9. Rumah Aga

467 43 10
                                    

Abiegaill, Ulan dan Tere berjalan bersisian di koridor. Saat ini waktunya jam istirahat. Ulan dan Tere mau ke kantin sedangkan Abiegaill mau ke perpustakaan.

Ulan menggoncangkan bahu Tere sangat heboh saat ia melihat Aga. "Re, liat sana deh. Itu kan Aga. Apa dia mau ke kantin ya? Kalau iya. Gimana kalo kita ajakin makan bareng aja?"

Tere memandang Ulan jengah. "Dia nggak bakalan mau lah diajakin sama kita. Lo liat nggak? Kiri kanannya itu ada cewek semua, cantik-cantik pula. Dan yang lebih penting duo julid lagi nempel sama dia. Lo yakin mau nyamperin Aga?" tanyanya sembari menaik turunkan alis.

"Kayaknya lebih baik kita aja yang ke kantin," ucapnya kecewa. "Tapi gue pengen banget makan bareng Aga," sambungnya.

"Sebaiknya kemauan lo itu kita cancel dulu ya? Untuk kali ini. Nanti gue yang ngantri deh," hibur Tere.

Mata Ulan berbinar mendengar kata ngantri yang keluar dari bibir Tere. Huh, akhirnya dia tidak perlu capek-capek teriak tidak jelas di kantin. Maklum kantinnya itu kalau lagi jam istirahat, ramainya minta ampun. Ngalahin mau bagi sembako. Dan kalau mau pesan makanan siapin suara yang nyaring untuk memesannya. Karena kalau tidak seperti itu yang jualan tidak bakalan kedengaran. Ya, jadinya tidak dapet makanan. Disaranin bagi yang suaranya lemah lembut dan kemayu banget, jangan coba deh buat pesan makanan, yang ada bukan dapat makanan tapi malah badan kejepit.

"Re, lo liat deh kayaknya si Aga mau ke arah kita," tutur Ulan sambil menyenggol lengan Tere yang tengah asik dengan ponselnya.

"Kalo emang dia mau ke arah kita. Pasti juga cuma lewat doang. Lo kok antusias banget sih sama tuh orang," responnya kesal.

"Tapi Re, lo liat dulu napa sih! Dia tuh natap ke arah kita terus, padahal si Amel lagi ngajakin dia ngobrol loh."

Akhirnya Tere pun mengalihkan pandangannya ke depan. Dan benar dengan apa yang diomongin Ulan. Aga tengah menatap ke arah mereka bertiga.

"Iya Lan. Kok gue jadi deg-degan gini ya?" ucapnya salting.

"Ya ampun Re dimulut lo kayak nggak suka gitu sama Aga. Tapi dihati lain lagi." Ulan memutar bola matanya.

Abiegaill berdeham sejenak. "Lan, Re, gue mau ke ruang ke perpustakaan ya?" pamitnya.

"Oke," ucap keduanya.

Dari kejauhan Aga tersenyum kecil.

"Lan, dia senyum." Tere menepuk pundak Ulan pelan.

"Iya, Re. Ya Tuhan, manisnya. Senyumnya itu loh, bikin hati gue lumer," puji Ulan lebay.

Langkah Abiegaill terhenti karena seseorang yang berdiri tepat di depannya. Abiegaill mendongak.

Mata Abiegaill membola lalu ia mengelus dadanya. "Untung gue nggak jantungan," gerutunya sebal.

"Hai," sapa Aga sok kalem.

Orang-orang yang lalu lalang di koridor menghentikan langkahnya sejenak, menonton Aga dan Abiegaill. Kebanyakan para cewek memandang Abiegaill dengan tatapan iri , apalagi duo julid sedangkan yang lain menatap tidak percaya ke arah Aga yang berani menyapa singa betina.

Abiegaill menatap Aga malas. Ia menggeser posisi tubuhnya ke arah kanan, tanpa membalas sapaan Aga dan Aga juga menggeser ke kanan. Lalu Abiegaill bergeser ke kiri dan Aga juga bergeser ke kiri membuat Abiegaill menatapnya tajam.

"Apa sih mau lo?!!" Abiegaill mengatupkan rahangnya.

"Gue cuma mau nyapa lo. Salah?" ucapnya ringan.

Abiegaill berdecak geram. "Gue mau sekarang juga lo menyingkir dari hadapan gue!"

"Kenapa sih lo sensi banget sama gue?"

ABC (Antara Benci dan Cinta) TAMAT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang