LLD 1 : Dokter yang Angkuh

1.9K 38 2
                                    

Hai-hai~

Bagi teman-teman yang sebelumnya udah baca Sweet Story 5, ini cuma cerita selingan ya, sambil nunggu ide buat cerita yang ke-6 muncul. Bagi yang belum baca, boleh dilihat-lihat dulu cerita lainnya yang udah selesai :)

Berhubung di cerita sebelumnya belum sempat bilang makasih, kali ini aku ucapin makasih ya buat yang udah vote dan bersedia baca ceritaku XD Mohon kritik dan sarannya buat yang udah baca ya. Kalau ada typo harap maklum. Jangan lupa Vomment ya :) Let's read and happy reading!

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Lathifa berlari kecil menyusuri gang-gang sempit perumahan kumuh pinggiran Jakarta. Sesekali anak-anak kecil menyapanya dengan ramah yang dibalas senyum manisnya. Rambut sebahunya dibiarkan tergerai begitu saja. Senyum ceria menghiasi wajah manis berlesung pipinya. Ia terus melangkah sambil sesekali melirik jam tangannya.

Setibanya di jalan besar, gadis itu mempertimbangkan untuk naik bus yang kebetulan sedang berhenti di halte. Setelah berpikir sejenak, ia lebih memilih tetap berjalan kaki hingga tempat kerjanya untuk menghemat biaya. Lathifa terus melangkah riang sepanjang jalan, menatap kemacetan ibukota, melihat para gelandangan yang masih tertidur di emperan toko sampai petugas mengusir mereka nanti, dan memerhatikan anak-anak jalanan yang sudah berkeliaran di persimpangan lampu merah sepagi ini meminta uluran tangan mereka yang lebih beruntung hanya untuk sesuap nasi. Lathifa menatap mereka prihatin. Ternyata hidupku jauh lebih beruntung dari mereka, ucapnya dalam hati.

Ini baru pukul enam pagi dan mereka telah ada di sini. Jangan tanya apakah mereka masih sekolah, mungkin untuk mendapat tempat tinggal yang layak pun tidak.

Kemana perginya orangtua mereka? Kenapa para orangtua itu mengizinkan anak-anaknya untuk meminta-minta? Jika mereka adikku, jika saja aku ini orang kaya, aku takkan membiarkan anak-anak itu berkeliaran di jalan seperti ini, pikir Lathifa.

Gadis itu terus melangkah masih menatap sekitarnya. Teriakan orang-orang menembus kemacetan lalu lintas. Semua orang terburu-buru, semua ingin lewat dahulu, semua menjadi egois. Lathifa hanya tersenyum melihat pemandangan yang sudah biasa baginya. Semenjak dia memutuskan pergi dari panti tempatnya dibesarkan, suasana pagi seperti ini tidak mengherankan lagi. Dulu saat ia baru pertama tinggal di kawasan ini, Lathifa sempat bingung melihat keributan seperti itu. Kemacetan, teriakan orang-orang di tengah kemacetan, anak-anak jalanan di lampu merah, dan orang-orang yang tidur di emperan toko.

Lathifa jarang sekali naik angkutan umum. Selain karena macet, dia juga lebih senang berjalan kaki sambil bersenandung dan memerhatikan sekitarnya. Tanpa sadar ia telah tiba di restoran tempatnya bekerja tiga bulan belakangan ini. Gadis itu masuk ke dalam langsung.

"Hai, semua," sapanya sambil tersenyum.

"Hai, Thif. Kamu udah tau kalau restoran ini lagi disewa hari ini?" tanya salah satu temannya.

Lathifa membuka loker barangnya dan meletakkan tasnya di sana sekalian melepas jaketnya. "Oh, ya? Wah, emang disewa untuk acara apaan?" tanya gadis itu.

"Katanya sih disewa sama kumpulan dokter gitu. Kayaknya kumpulan alumni kedokteran seangkatan kalau gak salah dengar."

Lathifa tersenyum senang. "Berarti kalau udah selesai kita boleh pulang cepat, ya?" Matanya berbinar.

"Iya, Thif. Kamu langsung mikirin pulang aja. Nih, ya, kalau tempat ini disewa sama dokter, artinya kita punya kesempatan, Thif. Itu point pentingnya," ucap temannya tadi sambil tersenyum.

"Kesempatan apa?" tanya Lathifa polos.

Temannya memutar bola matanya. "Thifa, sayang, kalau yang nyewa para dokter, itu kesempatan kita untuk dapet pacar dokter. Kita kerja sekalian tebar pesona. Sekali seumur hidup, Thif. Kapan lagi dapet kesempatan kayak gini?" ucapnya dengan mata penuh harap. Lathifa tercengang. Ia menatap sekitar. Sekarang dia baru sadar kalau temannya itu dan sebagian pelayan yang lain sedang sibuk berdandan. Mereka yang biasanya berpenampilan asal, kini berubah bak putri kahyangan.

Lathifa's Last DreamWhere stories live. Discover now