[17]-Sisi lain Septian

2.1K 92 2
                                    

"Septian?"

Nabila semakin memperdalam pandangan nya dan mempercepat laju jalannya.

"Nabila!"

Mendengar teriakan seseorang yang sepertinya Nabila kenal, Nabila menoleh ke arah belakang dan melihat bu Cahya sedang melambaikan tangannya di dekat lapangan.

Nabila bingung sendiri harus bagaimana. Karena, jarak antara bu Cahya dan Septian dekat.

Jika ia menghampiri bu Cahya, berarti itu juga ia bertemu dengan Septian. Nabila dapat menebak bahwa Septian sedang di hukum oleh bu Cahya.

"Ada apa ya bu"

Nabila memberanikan diri untuk mendatangi bu Cahya. Karena, dirinya pun datang kesini atas perintah bu Cahya.

Nabila sempat melihat ke arah Septian yang juga sedang melihat ke arahnya dengan kening mengerut karena kepanasan. Tetapi, sedetik kemudian, Septian mengalihkan pandangan nya memandang sepatu nya.

"Bila"

Ucapan bu Cahya menyadarkan Nabila, Nabila memberhentikan aktivitasnya yaitu memperhatikan Septian.

"Ada apa bu?"

Meskipun Nabila tidak dapat melihat secara langsung ke arah Septian, tapi dengan sudut matanya Nabila melihat bahwa Septian sempat melirik ke arah dirinya. Meskipun sesaat.

"Kita ngobrolnya di sana saja ya" Tunjuk bu Cahya kepada salah satu kursi yang ada di tempat tersebut.

Tempat itu adalah tempat dimana ketika para murid terlambat, ada urusan dengan guru maupun orang tua. Mereka akan di panggil ke tempat ini, memang tempatnya juga dekat dengan lapangan upacara.

"Ada apa ya bu?" Tanya Nabila ketika mereka sampai di sofa, dilihatnya bu Cahya seperti sedang mencari posisi yang enak untuk duduk.

Setelah dirasa sudah mendaptakan posisi yang enak, bu Cahya melihat sekilas ke arah Septian.

Nabila mengikuti arah pandang bu Cahya. Kembali lagi di lihatnya Septian yang masih menatap ke arah dirinya tetapi muka Septian datar tanpa ekspresi.

Nabila tidak mempermasalahkan itu. Harusnya ia bahagia bukan? Karena Septian sudah bisa melupakan dirinya. Tetapi, tidak bisa Nabila pungkiri bahwa dirinya merasa kesepian dan juga merasa ada yang hilang dari hidupnya.

Nabila menggeleng gelengkan kepalanya mencoba mengusir jauh jauh pikiran tentang Septian.

"Kamu lihat kan Septian disana?" Tanya Nabila dan Nabila hanya mengangguk mengiyakan.

"Dia itu sedang ibu hukum" Jelas bu Cahya. Meskipun Nabila sudah tahu bahwa mengapa Septian berada di lapangan ini.

"Maap bu, kalau saya boleh tau. Septian dihukum karena melakukan kesalahan apa, bu?" Tanya Nabila dengan sopan dan tenang, meskipun tak bisa ia pungkiri bahwa di lubuk hatinya yang paling dalam ia merasa khawatir.

"Jadi seperti ini bil" Sebelum melanjutkan ucapannya bu Cahya berdehem sebentar sembari mengingat-ingat kejadian tadi siang.

Maklum sudah tua.

"Tadi ibu tidak sengaja berjalan ke arah kantin, ketika ibu sedang berjalan ibu melihat Septian sedang berada di kantin sembari memegang rokok" Bu Cahya terdiam sebentar. Tidak melanjutkan ucapannya membuat Nabila menjadi penasaran akan kelanjutan cerita bu Cahya.

"Ketika ibu panggil Septian, wajah Septian tidak menunjukkan wajah kaget ataupun takut sedrikitpun. Dia malahan terlihat sangat tenang sembari terus menghisap asap rokok"

Annoying BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang