Jafar & Perempuan pt.2

13.4K 1.9K 4K
                                    

Sore di selasar masjid kampus adalah waktu dan tempat favorit Jafar. Biasanya perkuliahannya sudah selesai sebelum jam lima sore, jadi dia punya waktu cukup senggang untuk duduk di selasar masjid setelah salat ashar, jika sedang tidak ada kegiatan LDK.

Sudah hampir pukul lima sore saat Jafar duduk di lantai selasar yang dingin, angin mengoyak bagian depan rambutnya. Jafar masih tertunduk membuka chat-chat yang masuk ke whatsappnya saat matanya menangkap kibasan rok panjang yang melintas di depannya.

Jafar mengangkat wajahnya dan mendapati sosok yang ia kenal baru saja melewatinya. Adelia. Mengenakan rok panjang, dengan langkah terburu-buru menuju deretan rak sepatu. Jafar mengulum senyum, pasti Adelia pura-pura tidak melihatnya yang duduk di sisi selasar.

Senyum Jafar mulai terkembang melihat Adelia kebingungan di depan rak sepatu, mencari-cari tempat ia menaruh sepatunya. Perempuan itu masih belum berubah.

"Mungkin kamu lupa naronya bukan di rak." Adelia nyaris jantungan begitu suara ramah itu terdengar dari belakang.

Arrrrgggh gue pikir dia gak bakal nyadar gue lewat. Ia menggerutu dalam hati, sebelum dengan enggan campur malu menoleh menatap Jafar yang berdiri dengan tali ranselnya tercangklong sebelah ke bahunya. Tuh kan, kenapa sih mesti senyum??? Gak usah senyum baik kayak gitu. Nanti gue susah lupaaa!!!!

"Terus di mana? Kayaknya gak mungkin gue taro genteng deh." Adelia mencoba menguasai diri dan memasang tampang cuek.

Senyuman di wajah Jafar masih belum hilang ketika dia menunjuk ke arah sepatu-sepatu yang berjajar di bawah tangga sebelum batas suci, "Mungkin di situ."

Adelia menepuk dahinya dan bergumam tidak jelas yang kedengarannya seperti 'Kenapa gue bego banget sih.'

Tanpa menunggu Jafar bicara lagi Adel melesat dan meraih sepatunya, meski sekali lagi ia kesulitan karena yang ia temukan hanya sepatu sebelah kanannya.

'Pake acara jadi Cinderella segala lagi gue.' Umpatnya seraya celingukan mencari pasangan sepatunya.

Ketika ia menemukan sepatunya tertumpuk di bawah wedges, Adelia langsung duduk di ujung tangga dan mengenakan sepatunya dengan tergesa-gesa, berencana langsung kabur. Tapi lagi-lagi Jafar tidak melepasnya begitu saja.

Jafar tahu-tahu sudah duduk di ujung tangga yang lain, sama-sama mengikat tali sepatunya. Angin sore kembali meniup bagian depan rambut mereka selagi mereka tertunduk mengikat tali sepatu.

Dalam hati Adelia tidak henti-hentinya menyesal kenapa tadi ia tidak langsung pulang ke kos begitu perkuliahan selesai. Dia sudah tahu pasti bahwa kemungkinan ia akan bertemu Jafar di masjid kampus sangat besar tapi dia tetap membiarkan langkah kakinya ke sini, dikomando sesuatu yang tidak ingin Adelia beri nama. Sesuatu yang menurut teman-temannya adalah perasaan suka, yang membuat matanya selalu mencari Jafar meski setelah itu ia langsung mengalihkan perhatian ke arah lain.

Tepat ketika Adelia selesai mengikat tali sepatunya, Adelia melihat sepasang sepatu yang lain tidak jauh di depan ujung sepatunya, sepatu keds berwarna hitam yang simpul talinya rapi.

"Mau pulang ke kosan?" Tanya suara pemilik sepatu itu, tanpa perlu mendongak, Adelia tahu ada senyum di wajah orang yang berdiri di depannya.

"Iya." Jawabnya gugup.

"Bareng aja, saya juga mau pulang. Jalan kaki kan?"

Adelia memejamkan matanya, mencoba menenangkan gemuruh dalam dirinya yang sudah ribut sedari melihat Jafar duduk di selasar.

Komet 101Where stories live. Discover now