Kampung Halaman Awang pt.2

10.9K 1.6K 1.9K
                                    

Pada hari kedua mereka di rumah kakek Awang, kakek Awang menyarankan mereka untuk berkunjung ke Hutan Pinus Darmacaang. Saran itu langsung disambut antusias oleh semua anak Komet, mereka langsung antre mandi seperti anak kecil sejak pagi dan Awang yang kebagian mandi paling terakhir.

"Nanti ikutin jalan dari google maps aja ya, Bah? Yang ini bukan?" Tanya Rama yang duduk di sebelah Abah di meja makan, ia mendekatkan layar hpnya pada Abah.

Tanpa melirik layar hp Rama, Abah mengibaskan tangannya, "Ngapaiiin. Gak usah nanya hp. Ada yang nganter kalian kok. Tau jalan."

"Siapa?" Rama langsung bingung, begitu juga Awang yang baru keluar kamar mandi, masih handukan dengan tetes-tetes air di lengannya.

"Neng Silpi, abah udah bilang tadi pagi. Katanya dia mau nganter."

"HAH????" Genggaman tangan Awang di handuknya nyaris mengendur, ia langsung meloncat ke meja makan. "Ngapain?? Kok dia yang jadi tour guide???"

Rama melotot, "Wang, Wang, pake baju dulu sana Wang."

Sebaliknya, Abah dengan santai seolah sudah sering melihat Awang handukan—hampir melorot—hanya tertawa, "Kunaon kitu? Udah bagus Neng Silpi mau. Jadi gak bakal nyasar, ya Ram ya?"

"Ngg, iya hehe."

"Awang gak ikut deh."

Rama langsung menoleh, "Lah, kenapa Wang? Bukannya lo belom pernah ke sana?"

"Ntar juga ikut, sok, liat aja." Abah tertawa meremehkan membuat Awang langsung cemberut seperti relief.

Benar saja, meskipun sambil merengut tidak jelas, akhirnya Awang masuk ke mobil saat mereka siap berangkat jalan-jalan ke hutan pinus.

Sylvi yang hari itu memakai kaus panjang dan rok selutut berwarna cokelat muda tersenyum malu saat dipersilakan duduk di jok penumpang depan, sebelah Acid yang kebagian tugas jadi sopir berangkat, pulangnya baru Rama.

"Yakk, pake seatbeltnya ya." Instruksi Acid, "Argonya saya nyalain ya Neng Sylvi. Heheheh."

Sylvi yang pada dasarnya memang sedikit-sedikit tersenyum dan tertawa seolah tidak pernah sedih itu, langsung cekikikan, "Temennya A Awang lucu-lucu yah."

"Pelan-pelan aja, Cid jalannya. Nanti pas mau nyampe banyak tanjakan." Kata Rama yang sedang browsing tempat di jok belakang.

"Iya nanti pas mau nyampe ada tiga tanjakan curam gitu, harus pada turun dulu." Timpal Sylvi.

Awang yang sengaja duduk di jok paling belakang lagi bersama Opang menggerak-gerakkan bibirnya seperti sedang senam wajah campur kesal. Ia melirik tajam ke kaca spion depan dan langsung memalingkan wajahnya ke Opang begitu mata Sylvi menangkapnya dari spion.

"Apa?" Tanya Opang datar karena jarak mukanya dan muka Awang menjadi dekat.

Awang mengembuskan napas kesal, "Gak."

"Silpi, Silpi, nanti ada tempat ngojaynya gak?" Tanya Wawan.

Rama berdecak, "Wan, lo kan baru sembuh demam, Wan."

"Biarin aje Ram, justru gue menantikan saat-saat ngehanyutin dia di sungai Ciamis." Acid menanggapi dari depan.

"Kayak kaos dalem yang lagi dicuci ibu-ibu di kali, anyut. Hahahaha." Satrio tergelak.

"Gak ada tempat mandi, A. Di sana mah hutan aja." Sylvi menjawab pertanyaan Wawan dengan nada ramah.

"Tau, namanya aja hutan pinus, Waaan, Waan." Jime menggeleng-geleng.

Komet 101Where stories live. Discover now