Janji Jime pt.1

16.8K 1.8K 2.7K
                                    

Bagi beberapa orang, jatuh cinta bisa terjadi lewat medium-medium yang unik, misalnya datang di tengah obrolan saat minum kopi di satu meja karena kadang komposisi kopi terbaik adalah jika ditambah perbincangan hidup di antara dua cangkir yang bisu. Bagi orang lain, jatuh cinta terjadi lewat sapaan setiap hari, atau lirikan mata yang diam-diam saat tidak sengaja berpapasan untuk kesekian kalinya dalam seminggu.

Bagaimana pun caranya, apapun akhirnya, jatuh cinta selalu menjadi bagian dari setiap kisah manusia. Because love is the best thing we can do.

Untuk Jerry Iman Muarief sendiri, jatuh cinta terjadi lewat perkenalan di bus kota, sewaktu ia semester satu kuliah S1. Waktu ia belum tinggal di Komet dan masih pulang pergi ke rumah saudaranya yang beda kota dengan kampusnya.

Jime ingat di bus waktu itu, sebelum perempuan yang juga teman sekelasnya itu tahu-tahu merangsek duduk di kursi di sebelahnya, Jime sedang mendengarkan lagu Kahitna di earphonenya.

Mungkinkah dia jatuh hati

Seperti apa yang kurasa

Mungkinkah dia jatuh cinta

Seperti apa yang kudamba.

Lagu itu yang membawanya pada kesimpulan ia jatuh cinta, karena beberapa hari setelahnya lagu itu terputar otomatis di kepalanya setiap ia bertemu dan mengobrol lagi dengan perempuan itu.

Perempuan yang kini jadi teman akrabnya.

"Sibuk ngapain sih, Din?" tanya Jime pada perempuan yang duduk di depannya, menulis-nulis sesuatu, karena penasaran, Jime menjulurkan kepalanya lebih dekat. "YAILAAAAAH, barang bawaan buat supercamp udah lo tulis dari sekarang? Ntar aja napa, santai, santai."

"Tinggal tiga hari lagi, Jiiim." balasnya senewen, "ntar temenin gue belanja yah?"

Alis Jime sedikit terangkat sebelum menjawab santai, "Iyaaaaaa."

"Fotoin dari situ dong, Jim." Tiba-tiba suara perempuan lainnya terdengar dari sebelah Jime.

"Masih aja ni nyai foto-foto. Makanan udah dateng nih wey? Ntar napa fotonya ntar??" Jime misuh tapi pada akhirnya tetap mengambil hp perempuan itu dan membuka kamera.

"Justru pas masih ada makanannya dong ah, masa foto pas piring-piring udah kosong?" tukas perempuan itu sambil menata rambutnya, "Udah cakep kan gue, Jim?"

"Udeeeh." sahut Jime, "Ini dari tadi udah gue foto lho, Ka?"

"Ih bentar dong! Belom siap, lo arahin gaya dong kayak biasa."

Jime mengernyit, masih sambil mengarahkan hp. "Ya udah, lo-nya ngadep sana coba."

"Hah ke mana? Ke sana?"

"Iya,"

"Tembok dong??? IH JIMEEE, emangnya pose cicak!!!!" Perempuan itu memukul bahu Jime sebal, yang dipukul malah tertawa ngakak.

"Hahahah, ok, ok gue becanda. Sekarang serius bukan pose cicak, tapi pose toke."

"Jimeeee!!!"

Sebelum kena cakar—Jime sudah biasa dicakar, kadang malah ia mencakar balik—ia langsung mengarahkan hp lagi, "Nih sekarang serius, badan lo tegak aja, tapi pala lo nengok."

"Gini?"

"Iya."

"Gak keliatan gendut kan, Jim?"

"Nggak kok, keliatannya kayak gentong dawet."

"JIMEEEE!!! UDAH AH SINI GUE MINTA FOTOIN GUNTUR AJA."

Komet 101Where stories live. Discover now