DIRGA (8)

6.4K 229 22
                                    

Jika murid di tiap sekolah diberi pertanyaan 'hari apa yang tidak mereka sukai' maka sembilan puluh persen akan menjawab hari Senin. Dan upacara akan menjadi list teratas alasan mereka kenapa memilih hari Senin.

Upacara yang dilakukan selama kurang lebih satu jam dengan ditemani matahari bersinar terang dari atas sana adalah suatu persatuan yang paling tak disukai setiap murid di sekolah manapun. Termasuk murid SMA Rajawali.

Jam berwarna coklat yang melingkar manis di tangan Ana menunjukan pukul setengah delapan. Sudah dua puluh menit guru laki-laki berkacamata di depan sana memberikan amanat yang sebenarnya sudah di sampaikan di minggu sebelumnya.

"Sampai saat ini saya masih sering mendengar tentang murid yang terlambat. Ayok lah anak-anak jadikan bangun pagi menjadi kebiasaan. Ini tidak hanya untuk murid saja tetapi untuk teman-teman guru sekalian. Mulailah belajar menghargai waktu."

"Sama satu hal lagi, jika sampah di dalam wadah sampah sudah penuh segera buang. Jangan biarkan mengecer hingga jatuh dari wadah sampah karena tidak cukup untuk menampungnya lagi. Tidak harus menunggu giliran hari piket. Cukup kesadaran diri tentang kebersihan itu perlu dan kesehatan itu mahal."

"Kalo gak masalah terlambat ya paling sampah. Itu mulu di bahas." celetuk Andy seraya mengibas-ngibaskan topinya.

"Hei kamu. Topi itu di kepala bukan untuk di jadikan kipas." tegur Pak Ipul di sela amanat yang di sampaikan nya.

Sontak semua warga SMA Rajawali menoleh kearah Aldy yang membuatnya langsung kembali memakai topi dan tersenyum kikuk.

"Demikianlah amanat dari saya. Saya harap kesadaran untuk kita semua. Terimakasih atas perhatiannya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh." salam menyudahi amanat nya.

🍒

Setelah melaksanakan upacara, semua murid SMA Rajawali kembali ke kelas mereka masing-masing. Tapi itu tidak berlaku untuk tiga manusia yang sekarang sedang asik berada di kantin.

"Ga, gue mau nanya sama lo." ujar Rafa tiba-tiba. "Lo beneran suka sama Ana si cupu itu gak sih?"


"Dia nggak cupu Raf. Penampilannya normal-normal aja kayak cewek lainnya." belanya tidak terima dengan ucapan Rafa.

"Kok lo bela dia sih? Ketauan kan lo, beneran suka sama tuh anak." desak Rafa yang masih kepo akan perasaan temannya untuk gadis itu.

"Gue suka sama dia? Ya nggak lah. Kayak gak ada cewek lain aja haha." jawabnya seraya tertawa meremehkan.

"Maaf gue harus bohongin kalian. Gue cuma gengsi kalau gue jawab Iya." lanjutnya membatin.

"Serius lo? Tapi pernah tuh gue gak sengaja liat room chat lo ada nama Ana."

"Oh itu gue cuma nanya PR doang ke dia. Ya kali gue nanya ke kalian." alibinya.

"Beneran nih gak suka. Kok gue ngerasa lo bohongin kita ya gak sih Al?" desak Rafa dengan tatapan curiga.

"Kalo lo beneran suka sama dia, mendingan buang jauh-jauh deh perasaan lo itu. Gak sudi gue punya temen cupu. Serius."

Dirga menelan ludahnya pahit mendengar ucapan sarkastik dari Aldy. "Bener tuh. Gue juga gak sudi, Ga." timpal Rafa menyetujui ucapan Aldy.

"Kalian tenang aja dah. Nggak mungkin juga gue suka sama dia." seraya tersenyum. Senyuman yang di paksakan agar kedua temannya percaya dengan ucapannya.

"Ya udah ayok balik ke kelas." lanjutnya yang pergi lebih dulu lalu di susul Rafa dan Aldy.

🍒

"Gue ada kabar gembira buat kalian semua." ucap Dika, ketua kelas 11 IPA 2.

"Langsung aja Dik! Apa kabarnya?!" saut Ayu, sekretaris 11 IPA 2.

"Bu Teti sama buk Anum gak masuk hari ini. Mereka lagi ngikuti rapat yang artinya kita jam kosong sampai istirahat."

Langsung saja semua murid di dalam kelas bersorak gembira. Kecuali, Ana. Gadis itu hanya memasang senyum tipis. Lalu melanjutkan tidurnya karena masih ngantuk hasil begadang semalaman.

"Rame bener kayak pasar." ujar Dirga.

"Ya jelas, Dir. Butet gak masuk." ucap Dika yang menyingkat panggilan Buk Teti jadi Butet.

Dirga menganggukkan kepalanya paham. Kemudian berjalan menuju tempat duduknya di pojokan kelas begitupun dengan Rafa dan Aldy.

Dirga yang sedari tadi hanya diam dan fokus memainkan game di ponselnya berusaha menghilangkan ingatannya tentang ucapannya sewaktu di Kantin. Meski gadis itu tak tahu. Tapi rasa bersalahnya kini menyelimuti hatinya.

Sesekali ia melirik Ana di depan sana yang sekarang sedang bercerita dengan Lisa. Perasaan bersalah itu semakin menjadi disaat gadis itu menyadarinya dan tersenyum kepadanya.

Dirga yang melihat Ana tersenyum manis kepadanya kembali menatap ponselnya. Seolah ia sedang menerima sebuah notifikasi tapi nyatanya ia hanya menscrool layar benda pipih berwarna hitam di genggamannya itu.

Ana melihat Dirga yang tidak membalas senyumnya langsung menundukkan kepala bingung akan reaksi Dirga. Tapi ia tidak memperdulikan itu sepenuhnya. "Lo ke geeran, Na. huh." ujar Ana membatin.

"Mau kemana?" tanya Dirga ketika melihat dua temannya ini berdiri hendak pergi.

"Biasa. Rooftop."

🍒🍒

Rafa💚

Rafa💚

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Dirga (Completed)Where stories live. Discover now