Satu Kelas

117 38 90
                                    

Memang kadang apa yang kita harapkan tak selalu sejalan dengan kenyataan yang ada.

$$$

Sudah tiga bulan ini Agatha belajar di Sma Bakti Negara tepatnya di kelas sepuluh satu.

Awalnya ia merasa senang bisa berada di kelas yang katanya unggulan itu. Tapi ternyata praduganya salah, kelas yang sering di elukan sebagai kelas berprestasi itu nyatanya berbanding terbalik dengan kenyataan yang selama ini ia dengar.

Sebagian siswa cowo di kelas tersebut adalah tipe murid yang suka melanggar peraturan, sering terlambat, membolos, bahkan yang lebih sering membuat keributan di kelas adalah kaum lelaki. Mereka sering membuat keonaran, menjahili teman sendiri, sering menggoda para perempuan bahkan guru yang cantik pun juga ikutan kena goda oleh mereka.

Hal seperti itu sudah menjadi rutinitas tersendiri bagi mereka. Untuk kaum perempuanya rata-rata adalah murid yang tidak banyak tingkah. Bahkan sebagian dari mereka seringkali menjadi korban candaan para kaum lelaki, termasuk Agatha sendiri.

Dan yang membuat kelas X1 dicap sebagai kelas teronar tiada lain dan tiada bukan karena terdapat satu anak yang kini memiliki predikat sebagai "Biang Rusuh Kelas". Siapa lagi kalo bukan Morgan Alle Gonzano, dialah dalang dibalik terciptanya kerusuhan siswa X1.

Bahkan seringkali dalam sehari maksimal hanya ada dua guru yang mengajar di kelas tersebut, yang lainya pasti hanya memberi tugas.

Seperti hari ini pak Ponimin sedang ada tugas yang harus segera ia selesaikan, makanya hanya diberi tugas merangkum saja. Tapi sepertinya mereka tahu kalo pak Ponimin adalah tipe guru yang pelupa, jadi mereka santai saja.

Kelas langsung berubah jadi konser dadakan kalo tak ada guru, siapa lagi kalo bukan Morgan yang memulainya. Ia kini tengah berada di depan kelas sampil memegang gagang pel yang sebelumnya ia sengaja patahkan. Di ikuti kedua temanya, Surya yang  memegang sapu untuk dijadikan gitar dan Aji yang duduk dibelakangnya sambil memegang ember.

"Selamat pagi menjelang siang para fans," sapa Morgan sembari melambai-lambaikan tanganya. "Oke kita kembali lagi disini untuk menghibur kalian-kalian yang tentunya pada kangen banget sama perform kita."

"Cuihh.. mending lo sekarang ke UKS deh minta obat supaya penyakit lo itu nggak kambuh," komentar seorang cewe berambut poni yang tak lain yaitu Agatha, memang cuman dia satu-satunya perempuan yang berani pada Morgan.

"Guys denger nggak berasa ada yang ngomong tadi, tapi siapa ya kok nggak kelihatan wujudnya," balas Morgan, ia mengusap tengkuknya supaya menambah kesan ia sedang ketakutan.

Tawa mereka sudah tak bisa dibendung lagi, mereka sudah terbiasa dengan percekcokan antara Morgan dan Agatha. Sama-sama tak ada yang mau mengalah dan keras kepala.

Agatha hanya mendengus kesal melihat sikap Morgan yang masih  seperti kekanak-kanakan, ia bersumpah akan membalasnya suatu saat nanti.

Sedangkan Morgan dan kedua temanya itu segera memulai konser mininya tersebut. Morgan menyanyikan lagu lapang dada milik Sheila on 7.

"Apa yang salah dengan lagu ini kenapa kembali ku mengingatmu seperti aku bisa merasakan getaran jantung dan langkah kakimu kemana ini akan membawakuuuu."

"Duh Can pergi yuk, lama-lama kuping gue budek kali denger suara macam kaleng rosok kaya dia." Rasa-rasanya Agatha ingin menghilang dari bumi saja saat Morgan mulai berulah, masalahnya saat dia berulah semua pasti dapat getahnya.

"Kenapa sih lo, suara Morgan tu bagus tau nggak. Dan gue salut sama dia, dia bisa nunjukin aslinya dia gimana tanpa perlu jaga image nggak kaya Devano tuh."

"Oh jadi lo lebih milih belain si garandong itu ketimbang sahabat lo sendiri, lagian suaranya bagus dari mana sih Can. Bagusan juga suara RM oppa." Agatha memang sangat menyukai oppa-oppa korea, apalagi biasnya Rap Monster yang punya dua lesung pipi dan itu membuat Agatha meleleh seketika. "Kalo lo nggak mau pergi ya udah gue aja yang pergi pusing gue denger suara tu anak."

"Ya udah sono pergi lagian pelajaranya pak Ponimin bentar lagi selesai dan kalo lo sampai telat masuk di kelasnya bu Win siap-siap aja dapat hukuman," ujar Candy santai saat ia melihat Agatha yang hendak beranjak dari kursinya.

Untuk kedua kalinya Agatha mendengus kesal, benar sih yang dikatakan Candy telat semenit saja langsung di hadiahi hukuman oleh bu Win. Dia kembali duduk di kursinya dan akhirnya memilih untuk membenamkan wajahnya dengan kedua tanganya di meja. Sementara itu suara Morgan masih saja bergema di kelas tersebut.

"Kau harus bisa bisa berlapang dada kau harus bisa bisa ambil hikmahnya karena semua semua tak lagi sama walau kau tahu dia pun merasakanya... kemana ini akan membawaku aku tak kan pernah tau."

¤¤¤

[Girls Series] AGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang