Fobia

76 13 21
                                    

"Tha, itu mobil kok berhenti di depan rumah ya coba tengokin dulu siapa tahu mau tanya alamat," perintah Nita yang tak lain tak bukan ibunda dari Agatha.

"Bentar bun lagi pakai dasi," jawab Agatha. Sambil tetap memakai dasi Agatha berjalan menuju teras rumahnya, ingin tahu siapakah gerangan pemilik mobil hitam itu.

"Alex?"

Agatha terkejut, ia tak mengira bahwa Alex adalah pemilik dari mobil itu.

"Selamat pagi," ucap Alex sambil memamerkan smile morning-nya yang begitu melelehkan hati kaum hawa termasuk Agatha.

"P-pagi, kok lo ada disini?" tanya Agatha dengan muka polosnya.

"Katanya semalem mau bukti ya udah ini buktinya. Gue mau jemput lo," jawab Alex. Ia masih memamerkan senyum maut handalanya.

Tanpa disadari mulut Agatha sudah terbuka lebar ia masih tak menduga bahwa semalam yang berbicara via telfon denganya adalah Alex asli. Dengan cepat Agatha menutup mulutnya kembali, saat ini ia merasa malu sekali.

"Lo udah mau berangkat belum?" tanya Alex tiba-tiba.

"Eh? Ehmm ... gue ambil tas di dalam dulu ya? Lo masuk dulu gih daripada disini," ajak Agatha.

"Iya."

Alex segera mengikuti langkah Agatha, ia baru pertama kali ini menginjakan kakinya ke dalam rumah Agatha. Rapi dan nyaman, dua kata itu yang kini sedang memenuhi pikiran Alex.

"Bun kenalin ini Alex, Lex ini bunda gue." Agatha memperkenalkan Alex di hadapan bunda tersayangnya ini.

Nita menatap setiap bagian tubuh Alex dengan intens. Yang dipandangi pun hanya tersenyum kikuk sambil menyapa wanita yang jelas lebih tua darinya dengan sopan. "Pagi tante."

Nita tersenyum ia dapat melihat lelaki yang ada di hadapanya ini memiliki perangai yang baik. Terlihat sangat jelas sekali.

"Pagi juga, kalian temen sekelas?" tanya Nita.

"Nggak tante, kita beda kelas," jawab Alex  sopan.

"Ohh, kalau gitu ikut sarapan bareng ya," pinta Nita.

"Nggak usah Bun kita langsung aja." Agatha yang tadinya mengambil tas di kamar tiba-tiba saja mengagetkan sang Bunda dan Alex.

"Loh kamu juga belum sarapan Tha," bantah Nita.

"Nanti sarapan di sekolah aja Bun. Atha pamit ya, Assalamualaikum," pamit Agatha sembari mencium punggung tangan Nita.

"Kalo gitu Alex juga pamit sekolah tante." Segera ia meraih tangan Nita untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Agatha tadi.

"Walaikumsalam. Hati-hati di jalan."

Mobil hitam milik Alex berjalan pelan membelah padatnya aktivitas pagi hari, ia tak menduga hari ini ia bisa berangkat bersama dengan gadis idamanya. Ia tersenyum mengingat ketika dirinya begitu mudah mendapatkan nomor telepon Agatha dari Hana.

Lantas ia berpaling kesamping melihat gadis berambut panjang itu yang kini tengah memainkan ponselnya.

"Nggak papa kan pakai mobil? Sorry soalnya gue fobia naik motor," tanya Alex.

Satu fakta yang diungkap Alex berhasil membuat Agatha berhenti memainkan ponselnya. Ia menatap sang pengemudi tak percaya.

"Lo fobia naik motor?" tanya Agatha memastikan.

Alex tersenyum sembari menggaruk tengkuknya yang entah gatal atau tidak. "Iya. Karma buat gue tuh, dulu waktu masih SMP gue nekat naik motor baru pemberian kakek tapi bukanya berujung mulus di jalan raya gue malah terbaring di Rumah Sakit dan itu pertama kalinya gue lihat nyokap khawatir banget sama gue. Dan sejak itu gue jadi takut buat naik motor lagi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[Girls Series] AGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang