Saving Beam

2.4K 215 20
                                    




Beam berusaha membuka kelopak matanya yang terasa berat. Bagian belakang kepalanya begitu sakit hingga dia takut mungkin berdarah. Ketika dia hanya bisa setengah membuka mata, dia mencoba untuk menggerakkan bagian atas tubuhnya tapi gagal dan berakhir dengan erangan kesakitan.

"Jangan terlalu memaksakan dirimu, sayang. Kau akan menyakiti dirimu sendiri." Sebuah suara yang cukup familiar terdengar di telinganya membuat Beam segera membuka lebar lebar matanya hingga kepalanya semakin sakit.

"Aku menyuruhmu untuk rileks." Suara itu terdengar lagi ketika dia mendesis kesakitan.

"Apa yang kau inginkan, brengsek?" Suara Beam terdengar begitu serak membuatnya sadar jika tenggorokannya juga sakit.

"Jangan khawatir, sayang. Kita hanya akan melakukan sesuatu yang Yang Mulia sukai."

"Jangan konyol, Park! Lepaskan aku!" Beam ingin berteriak meskipun apa yang keluar dari mulutnya hampir seperti bisikan. Dia semakin takut ketika melihat ada tiga pria lain selain Park di dalam ruangan itu.

"Oh, itu tidak bisa, Yang Mulia. Kami telah dibayar. Kau tidak berharap kami akan mengembalikannya, bukan? Lagipula, tidak ada orang waras yang akan melewatkan kesempatan untuk tidur dengan seorang Ratu."

Kata-kata Park membuat Beam merinding. Dia tahu sekarang orang-orang ini memiliki niat lain selain memukulnya. Sambil tetap berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya, sesuatu yang dikatakan Park menarik perhatiannya.

"Siapa yang membayar kalian?" dia bertanya.

"Itu tidak penting, bukan? Tidak lebih dari apa yang akan terjadi padamu setelah ini." Park menyeringai padanya, menunjukkan hal-hal yang ditakutkannya yang mungkin akan mereka lakukan padanya.

"Berapa banyak mereka membayar kalian untuk ini? Aku bisa memberi kalian lebih dari itu." Menjadi pewaris keluarga Vongphipat, dia tahu bagaimana menghadapi situasi semacam ini. Memberikan kesepakatan untuk kesepakatan lain, apa pun bisa ditawar dengan menggunakan uang.

"Oh, sayang. Bukan hanya uang yang kita cari." Park perlahan semakin mendekati Beam sampai dia membungkuk di depannya. Beam masih terbaring tak berdaya di lantai. Karena rasa sakit yang dirasakan di sekujur tubuhnya, yang paling bisa ia lakukan adalah menggeser tubuhnya beberapa sentimeter.

"Aku mendengar sesuatu yang sangat menarik. Kau kekasih Dokter Phana, tapi kau jatuh cinta pada Forth. Apa aku benar? Sungguh seorang pelacur." Mendengar kata-kata kotor itu, tanpa sadar tubuh Beam menggigil dan menjadi hangat. Nafasnya tercekat dan menjadi lebih berat. Ada rasa menggelitik yang merayap dari perut hingga ke bagian bawah perutnya dan ini terasa tidak benar.

"Oho? Sepertinya obat itu sudah bekerja." Seru Park. "Apa ... yang kau lakukan?" Beam mendengus. Nafasnya terasa panas.

"Sesuatu yang pasti akan dinikmati oleh pelacur sepertimu.

*

"Tempat apa ini?" Kit bertanya setelah mereka tiba di sebuah gedung besar dan mewah dimana Ming membawa mereka.

"Hotel milik perusahaan Panitchayasawad. Ini adalah satu-satunya tempat yang bisa Wayo datangi dengan membawa seseorang tanpa dicurigai." Jawab Ming.

"Kau yakin ini tempat yang tepat? Dan bagaimana kita bisa menemukannya?" Pha bertanya-tanya apakah Ming benar-benar di pihak mereka ketika Bulan kampus baru itu hanya tersenyum pada resepsionis ketika mereka melewatinya. Dia hampir lupa jika Ming adalah sahabat terbaik Wayo. Mereka mungkin masuk ke dalam jebakan.

"Di sini ada satu kamar. Eksklusif untuk anggota keluarga Panitchayasawad dan orang-orang terdekat mereka. Dan akhirnya, selain Wayo dan ayahnya, aku adalah satu-satunya orang yang memiliki akses ke kamar itu." Ming memberitahu mereka setelah mereka masuk ke dalam lift dan menekan tombol 23.

Lies Between Us (ForthBeam FanFic Bahasa Trans)Where stories live. Discover now