S E P U L U H

48.1K 5.8K 329
                                    

Sebelum ke cerita, aku mau tanya:

ADA YANG BACA DARA-DIRA? Atau ada yang mau baca Dara-Dira?

Kebetulan udah proses penerbitan dan PO juga segera dibuka yeayyy!! Besok aku mau tanda tangan novelnya hahahaha gaya yah ya ampun :"

Untuk info lengkap pemesanan bisa pantengin IG nya RDM Publisher aja ya. Atau ke IG aku tanya juga boleh @riset95.

Okey.

Selamat membaca ^^



***


"Ma, waktu Mbak Irdina fitting buat baju pengantinnya, dia dateng sama cowoknya kan?"

Rina yang sedang sibuk mengelap bunga-bunga plastik di rumahnya menoleh pada anaknya, "Enggak. Dia bawa contoh baju buat cowoknya aja. Katanya sih cowoknya susah buat diajak ngukur-ngukur baju begitu, kebetulan lagi sibuk juga katanya."

"Tapi Mama tahu kan muka cowoknya?"

"Tahu lah kan Mama follow instagramnya Irdina."

"Terus masa Mama nggak ngenalin gitu siapa cowoknya?"

Rina menatap anaknya dengan kerutan di keningnya, "Emang dia siapa?"

Tersenyum, Vica menjawab, "Dia guru les Vica waktu SMP Ma, yang vica les di rumah Dewi itu loh."

Rina mengerutkan keningnya, "Wah? Yang kamu kegatelan sama dia itu?" tanya Ibunya tak menyangka.

Oh Tuhan, sepertinya 'Vica yang kegatelan pada Dimas' akan selalu terbawa hingga ujung usianya. Sungguh memalukan. Kenapa juga orang-orang tak melupakannya sih?

Vica memilih untuk tak menjawabnya sementara ia sibuk menunggu Ojek online yang sudah dipesannya. Begitu sampai, wanita itu berpamitan dengan penuh senyuman, ceria seperti anak sekolah baru dibelikan tas dan sepatu baru hingga membuat Ibunya mengerutkan kening.

Apa yang terjadi dengan anaknya pagi ini?

Yang barusan tersenyum cerah begitu, Vica kan? Anaknya yang kemarin-kemarin seperti ayam sedang sakit?


****


Adel datang lebih dulu untuk membuka toko, tempat kecil di sebrang toko Vica masih gelap, si Arshad belum kelihatan juga batang hidungnya. Sementara Vica, wanita itu mengabarinya kalau dia masih di jalan sehingga Adel membereskan toko seorang diri. Ia memindahkan beberapa gulungan kain untuk dipajang di bagian depan kemudian Adel juga membenahi letak jarum-jarum yang menyatukan kain yang tersampir dalam manekin yang sudah ia pindahkan ke bagian terdepan toko.

Selesai.

Walaupun tidak secepat Vica, tapi Adel sangat senang karena ia bisa membereskan semuanya. Pencapaiannya ini sebuah prestasi kerja loh. Serius.

"Selamat pagiiiii..."

Suara Vica menyapa telinganya. Adel menoleh dan ia mengerutkan kening saat melihat Vica merentangkan tangan untuk mengucapkan selamat pagi dengan wajahnya yang sumringah.

Sebentar... sebentar.

Kenapa wajah Vica bisa secerah itu pagi ini?

"Tumben amat nyapa selamat pagi?" tanya Adel keheranan.

Vica tersenyum lebar, "Emangnya nggak boleh? Kan berbagi kebahagiaan di pagi hari."

Dengan jawaban yang dilontarkan oleh Vica, Adel malah semakin kebingungan, "Lo kenapa? Ada hal baik yang terjadi?"

ODIVICATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang