Chapter 13

1.2K 122 14
                                    

"SUHO HYUNG BERHENTI!" Teriak Sehun sambil terus mengekor Suho.

"Yak hyung ku bilang berhenti!" Sudah berkali-kali Sehun mencoba menghentikan langkah Suho namun selalu gagal. Beberapa staff menatap mereka dengan pandangan bertanya. Tidak biasanya seorang Suho mengacuhkan maknaenya.

"Suho hyung ku bilang berhenti!" Dengan cepat Sehun menarik tangan Suho dan membuatnya sedikit terhuyung. Cengkramannya sangat kuat hingga buku-buku jarinya memucat.

"Hyung kita harus bicara!"

"Lepaskan, Hun! Tidak ada yang perlu dibicarakan!"

"Hyung jangan egois"

"Aku sudah cukup berkorban untuk kalian!" Suho menaikkan intonasi bicaranya. Sehun hanya mampu mematung sejenak.

"Sekarang lepaskan aku. Aku perlu waktu untuk menenangkan pikiranku" Suho menatap Sehun dengan pandangan sedikit memohon. Bagaimana Sehun tidak luluh jika harus melihat tatapan memelas seperti anak kucing tersebut.

"Baiklah hyung, tapi izinkan aku berada disekitarmu. Aku tidak ingin kau melakukan hal gila"

"Terserah apa maumu. Sekarang lepaskan tanganmu!" Setelah Sehun melepas genggaman tangannya, dengan cepat Suho menjauh darinya. Hal bodoh lain yang ia lakukan hari ini, yaitu melepaskan hyungnya.

Walaupun kakinya lebih panjang namun kali ini ia kalah dengan kaki pendek hyungnya. Suho sudah menghilang dibalik pintu masuk agensi, sedangkan dirinya masih berada diujung lorong. Ia pun segera mempercepat langkahnya.

Ternyata ia terlambat, Suho sudah memacu mobilnya menjauh dari agensi. Ia pun segera menghentikan taksi dan mengikuti mobil hyungnya.

***

Ketiga pria itu masih terlarut dengan bir kaleng digenggaman tangan masing-masing. Menyesap minuman itu nikmat. Tak ada pembicaraan diantaranya hanya bising kendaraan yang terdengar.

"Kau sudah memikirkannya matang-matang?" Luhan angkat bicara dan menatap temannya diseberang. Yang diajak bicara hanya memandang nanar gedung-gedung pencakar langit.

"Jika kau belum yakin, jangan dipaksakan"

"Aku sudah memikirkannya, ge"

"Jangan sampai kau menyesal, Lay!"

"Apakah kalian juga menyesal?"

"Kau tahu jawabannya" kali ini Kris angkat bicara. Wajahnya sudah cukup merah karena alkohol, namun kesadarannya masih penuh.

"Kalau aku memilih mundur bagaimana?"

"Aku sedikit kecewa padamu" Kalimat itu mampu membungkam semuanya. Kris yang notabennya 'dingin' ternyata bisa mengucapkan kalimat itu.

"Semua keputusan ada di tanganmu, Lay! Kau yang memintaku untuk segera menyelesaikannya"

"Baiklah, izinkan aku bersama dengan mereka untuk beberapa hari"

"Kau tidak perlu meminta izin pada kami" ucapan Kris membuat suasana kembali canggung. Luhan pun mengetuk-ngetukan jarinya pada kaleng bir. Ia sedang berusaha mencari topik pembicaraan. Suasana ini dari tadi membuatnya tidak nyaman. Seolah-olah mereka sedang berkumpul dengan orang asing.

"Hmm, apakah kalian ingin pergi ke restoran china?" Tanyanya sambil menatap kedua temannya bergantiian.

"Boleh, kurasa kita sudah terlalu lama tidak makan bersama" Setuju Lay. Luhan pun merangkul pundak sang adik dan berjalan beriringan.

I. When your smile has goneWhere stories live. Discover now