Chapter 24

1.4K 123 63
                                    

Mata sendu itu masih memandang langit kelabu dari balik jendela. Kosong dan hampa yang terpancar dari kedua manik matanya. Separuh tubuh itu bersembunyi di balik selimut dengan kedua kaki yang terlipat dan menopang kepala kosongnya. Bibirnya masih terkunci rapat bahkan tak ada senyum yang biasa ia tampakkan. Wajah itu pucat sempurna.

Sudah beberapa hari kegiatannya hanya memandangi langit dan tidur. Semua orang bahkan gagal untuk berkomunikasi dengannya. Raganya memang tetap ditempat namun jiwanya pergi menjelajah bahkan kosong.

Setiap harinya para member berkunjung hingga larut malam. Mereka terus mengajaknya bicara, tertawa dengan hal yang bahkan tidak lucu, bertingkah hiperaktif dan segala hal yang mereka kira dapat menarik perhatian pemilik kedua mata sendu itu. Namun tetap tak berhasil, baginya langit lebih menarik dibanding segala hal.

Ia kembali merebahkan tubuhnya dan memandang kosong kearah langit-langit. Kedamaiannya terusik dengan suara pintu yang terbuka. Tampak Xiumin dan Sehun dengan membawa sebuah plastik besar yang sudah dipastikan berisi makanan. Mereka berjalan mendekat dan tersenyum ke arahnya.

"Hai Joon, kau sudah makan? Kami membawakanmu beberapa makanan yang enak. Makanlah!"

Xiumin mulai bermonolog. Ia mulai menyusun beberapa bungkus makanan di nakas. Sedangkan Sehun ia mengeluarkan ponselnya dan mulai bermain game.

"Hyung, lihat aku sudah naik level. Kau ingin memainkannya? Aku akan mengizinkannya walaupun pasti kau akan kalah"

Sehun terkekeh diakhir kalimatnya. Ia sedikit menggeser tubuh Suho dan ikut berbaring di kasur.

Usahanya masih nihil. Suho lebih memilih memejamkan matanya dari pada melihat wajah-wajah itu. Sehun sedikit menghela nafas dan menghentikan permainannya. Xiumin hanya tersenyum miris menatap ke arah Suho.

"Sampai kapan kau tidak mau bicara dengan kami? Jika kami salah maka tegurlah kami. Kau boleh berteriak dan mencaci kami, tapi tidak dengan seperti ini."

"Aku mohon Joon."

Nada suara Xiumin terdengar sedih dan hampa. Sehun pun bangkit dan memilih untuk duduk di sofa. Ia ikut memejamkan matanya dan bermain dengan pikirannya.

"Kami selalu ada bersamamu, kita adalah keluarga bukan? Kau selalu bilang 'We are One' , kita adalah satu. Jika kau sakit maka kami juga akan sakit. Jika kau senang maka kami juga ikut senang. Jika kau..."

Tak sampai pada akhir kalimat suara pecahan menghentikan Xiumin. Sehun pun sama kagetnya mendengar suara tersebut. Ya, Suho adalah pelakunya. Ia melempar gelas yang berada diatas nakas ke arah jendela, membuat benda itu hancur berkeping-keping

Xiumin berjalan ke arah pecahan gelas dan mulai membereskan pecahan tersebut. Suho hanya menatap tak suka ke arah Xiumin.

"Aku senang kau mau meresponku, ya walaupun aku harus membereskan kekacauan ini."

Xiumin kembali bermonolog. Sehun bangkit dan menatap ke arah Suho. Ia berjalan mendekat, menarik pergelangan tangan Suho dan mencengkeramnya kuat.

"Lihat aku hyung!"

Sehun berkata tegas. Tak kunjung mendapat respon Sehun pun menarik dagu Suho, memaksanya untuk menatap manik matanya.

"Lihat aku baik-baik hyung!"

Sehun berucap dingin. Suho hanya membalasnya dengan tatapan tidak suka.

"Disini tidak hanya kau yang terluka, kami juga sama terlukanya. Kau bukan satu-satunya korban disini, hyung. Berhenti bersikap menyedihkan!"

Sehun memberikan penekanan pada setiap kalimatnya. Kedua manik mata itu saling bertemu. Keduanya saling memancarkan kilat kemarahan. Suho pun menepis tangan Sehun. Ia menarik selimutnya hingga sempurna menyembunyikan dirinya.

I. When your smile has goneWhere stories live. Discover now