Bagian 1 -Telat-

222 9 0
                                    

Hallo semua, ini cerita pertamaku. Semoga kalian suka dengan ceritaku yang sedikit absurd ini. Maaf kalo masih banyak kata yang typo.  Selamat membaca !!

_______________________


Kring... kring... kring...

Suara alarm terus bergema disebuah ruangan yang sering disebut kamar, tapi siapa sangka bahwa alarm yang terus meraung-raung itu tidak membuat sang empunya bergerak hanya sekedar mengolet dan meraih benda kecil diatas nakas kamarnya itu. Merasa diacuhkan benda mati itupun berhenti menyuarakan raungannya sendiri. Tak berapa lama alarm lainnya segera ambil alih, dengan gerakan cepat selimut yang membalut tubuh ramping itu disibakkan oleh seorang wanita paruh baya. Merasa selimut yang menutupi tubuhnya menghilang, dirabanya sekitar ranjang tidur berukuran Queen Size itu. Merasa usaha pencariannya sia-sia Necha gadis yang masih terlelap mengarungi mimpi indahnya itu mengerang.

"Arghkk !" dengan sangat terpaksa dibukalah kedua matanya itu.

"Udah jam berapa Necha ?" tanya Nina-alarm lainnya tadi.

Gadis itu duduk dan mengucek matanya, mencoba untuk mengumpulkan nyawanya yang masih berkeliaran dialam mimpi namun usahanya sia-sia. Direbahkanlagi tubuhnya. "Lima menit lagi nek.."

"Udah jam setengah tujuh loh" ucap Nenek Necha memeringatkan.

Belum sempat mendarat dengan sempurna tubuhnya terlonjak dengan posisi duduk sempurna dilantai. Dilihatnya jam yang berada diatas nakas kamar, gadis itu berdiri sambil meraih handuk yang tersampir dijemuran mini dekat meja belajar dan langsung ngibrit kearah kamar mandi.

Melihat cucu kesayangannya bertingkah seperti itu Nina hanya geleng-geleng kepala dan kembali menuju dapur untuk melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.

Setelah selesai bersiap-siap dengan cara super kilat, Necha menuruni tangga dengan tampang ditekuk macam pakaian yang belum diseterika.

"Nek, kenapa ngga bangunin Necha sih ?" protesnya tidak terima.

"Kamu aja yang susah dibangunin. Alarm udah bunyi dari kapan tahun masih aja betah merem. Untung ada nenek, kalo ngga nenek yakin kamu ngga bangun kalau belum jam sepuluh nanti."

'Salah siapa alarm bunyinya kecil, terus salah gue gitu? Ya salah alarmnya lah. Salah siapa itu alarm ngga bangunin gue dengan baik dan benar' batinnya nyatanya Necha sekarang ini hanya dapat nyengir kuda.

"Yaudah nek, Necha langsung berangkat. Udah telat banget ini, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam, hati-hati dijalan cah ayu"

***

Gadis ramping berambut panjang itu turun dari angkot dan menyebrangi jalan raya yang masih sepi menuju gerbang sekolah SMA Grafika. Saat ini jam menunjukkan pukul 07.15 WIB, itu artinya Necha terlambat masuk sekolah lima belas menit. Dilihatnya gerbang sekolahnya masih terbuka lebar, ia sengaja lewat gerbang depan karena selain yang lewat itu kebanyakan hanya guru dan staff sekolah, gerbang jarang ditutup, guru piket juga jarang berjaga di gerbang tersebut. Lagipula ini sudah jam segini jadi ngga mungkin pula masih ada guru yang akan datang.

Setibanya di depan gerbang gadis itu berjalan mengendap-endap layaknya seorang maling yang berhati-hati karena takut tertangkap basah. Beruntung satpam sekolah tidak ada dan benarkan dugaan Necha guru piket tidak ada yang berjaga.

Ia berjalan masuk dengan cara yang masih sama dengan tadi, diintipnya dari balik tembok ruang Tata Usaha yang menghubungkan dengan ruang guru, ruang BK dan barulah koridor menuju kelas. Memang besar resikonya tapi untuk menghindari guru piket ya lewat sinilah, tinggal lari kearah lurus sampailah jalur belakang sekolah.

Ditengoknya kanan-kiri, saat dirasa cukup aman ia mengambil ancang-ancang untuk berlari. Baru dalam hitungan ke dua yang ia ucapkan dalam hati, ada tangan dengan lancangnya menjewer telinga Necha.

"Aa.. aduhh.. saa..saakiit." rintih Necha

"Mau kemana kamu ?" tanya orang itu.

Reflek Necha menengokkan kepalanya ke belakang. Jarang ada yang berjaga gerbang sekolah depan itu bukan berarti tidak pernah dijaga. Oke, mungkin kali ini Necha sedang tidak beruntung.

"Eh pak mirin.." cengirnya.

"Mau kemana ?" ulang Pak Sumirin.

"Ee...enggak kemana mana kok pak."

"Ta...tadi cu..cuma pe.. pem.. pemanasan saa.. saya permisi ke kelas du..dulu ya pak." ucap Necha tergagap

"Enak saja ke kelas. Ikut saya !" perintahnya

Dengan wajah memelas Necha hanya pasrah dan mengikuti guru piket yang ternyata hari ini jatahnya Pak Sumirin yang berjaga. Sepanjang jalan kenangan, eh jalan menuju ruang BK maksudnya, Necha hanya dapat menghembuskan nafas pasrah. Kalaupun gurunya tadi melontarkan pertanyaan, ia hanya menjawab sedapatnya, seadanya dan sekenanya. Sesekali bibirnya dimanyunkan karena perkataan gurunya itu nyeleneh.

Seperti saat ini gurunya berasumsi bahwa alasan seorang Kamela Queenessa Brilliant terlambat itu karena siswanya ke sekolahan dengan cara merangkak. Yang benar saja, hellow gurunya ini sinting apa gimana sih ya. Ingin rasanya Necha melemparkan meja ke arah gurunya itu, tapi dia urungkan. Selain hukumannya bertambah, salah salah malah dia dilaporkan kepihak berwajib, ia juga akan mendapatkan dosa karena sudah bertindak kejam. Lagi pula Necha itu badannya kurus jadi mana kuat melemparkan meja sendirian.

Setibanya diruang BK, pak Mirin menyerahkan Necha kepada Pak Alex. Guru BK berkacamata hitam transparan ini sering menghadapi siswa-siswi yang kerap berurusan diruangan ini alias siswa bermasalah.

"Duduk dulu." titah pak Alex,

Necha mengangguk dan menurut.

Necha melirik pak Alex yang sedang mencari entah apa dirak dekat dispenser. Pikirannya melayang, dia jadi teringat dengan cerita yang dia dengar dari terdahulunya, cerita yang cukup melegendaris tapi sangatlah receh. Konon katanya kacamata yang di pakai pak Alex itu adalah kacamata tembus pandang. Jadi setiap beliau melihat orang, beliau akan tau apa warna pakaian dalam yang sedang dipakai orang yang dia lihat. Necha bergidik ngeri.

'Gimana kalo pak Alex sampai tau warna daleman gue. Waaaa kacau ini mah.' Batinnya.

Semetara saat ini pak Alex sudah kembali berhadapan dengan Necha. Dibukanya benda yang sedari tadi dicari, ternyata buku catatan siswa yang melanggar peraturan sekolah.

"Queenessa, sekarang alasan apa lagi yang mau kamu berikan kepada saya ?" tanya pak Alex tegas.

Ya, memang ini bukanlah kali pertama seorang Queenessa terlambat masuk sekolah, dan ini bukan juga kali pertamanya dia memberikan berbagai macam alasan selama hampir dua tahun dia menjabat sebagai siswa di SMA Grafika ini.

Tidak dapat memberikan alasan yang spesifik kepada guru bimbingan konselinya, Necha hanya dapat menyengir kuda.

"Jadi kamu minta hukuman apa ?"

"Saya ngga minta hukuman aja deh pak, capek tiap telat dihukum mulu."

"Queenessa !" panggil pak Alex dengan suara naik satu oktaf

Necha memanyunkan bibirnya, merasa tidak mengerti dengan gurunya ini. 'Tadi nanya giliran dijawab malah marah. Salah terus perasaan.' Batinnya.

Satu menit dua menit sampai lima menit suasana diruangan BK menjadi hening.

"Baiklah jika kamu tidak dapat memutuskan ingin diberi hukuman apa, saya saja yang akan memutuskan. Kamu bapak beri hukuman membersihkan kamar mandi dekat ruang guru. Kamu sikat semuanya sampai bersih dari bak mandi, gayung, dinding begitu juga klosetnya dan beri pewangi juga dikamar mandinya biar wangi, oh iya satu lagi, wewangiannya harus berbau strowberry. Kamu bisa minta ke ruang TU. Sekarang kamu bisa mulai melaksankan hukumanmu."

Tidak ingin mengulur waktu Necha menganggukkan kepala sebagai tanda mengerti dan langsung ngacir ke TKP.



******


 Kritik dan saran aku terima yaaaaa..  

Jangan lupa vote dan comment !!! :)

LawasWhere stories live. Discover now