6' Sabar

2.2K 97 0
                                    

Lembaran demi lembaran uang sedang dihitung oleh Alista yang terduduk di atas kasurnya. Serasa seperti pegawai bank, Alista begitu teliti membagi setiap kebutuhan keluarga dari gaji yang ia dapat.

"Ini buat kuliah Reka, keperluan Reka, biaya study Reka, dan ini buat keperluan sehari-hari," gumamnya.

Mendengar gumaman sang kakak yang begitu banyak menyebut namanya dalam pembagian kebutuhan tersebut, Reka segera mungkin menghampiri kakaknya di kamar.

"Kak, kenapa semuanya jadi keperluan Reka sih? Kakak juga kan butuh."

"Rekaaaaaa, asalkan kebutuhan kamu terpenuhi, kakak udah ngerasa terpenuhi kok."

"Maafin Reka ya kak. Jadi beban hidup kakak."

Wajah Reka tertunduk malu. Sudah sebesar itu, ia bahkan belum bisa menjaga kakaknya. Dan beralih, sang kakak yang terus menjaganya di setiap waktu. Merasa dirinya sudah dewasa, Reka pun serasa tak enak membebani Alista terus menerus.

"Jangan minta maaf terus, kakak gak suka! Mending sekarang kita makan, kakak mau masak."

Fajar datang. Sebentar lagi matahari memunculkan cahayanya. Beberapa perjalanan dari rumah menuju kampus Reka sambangi dengan kendaraan umum. Hingar bingar mahasiswa berlalu-lalang di halaman kampus, membuat suasana universitas semakin terpancar auranya. Seperti biasa, sebelum masuk ke kelasnya, Reka melangkah melewati koridor lebih dulu.

"Kayak ada yang ngikutin gue deh," gumam Reka seraya berjalan dengan santainya.

Ia merasa bahwa bukan hanya langkah kakinya yang bersuara. Memang tak salah jika Reka diikuti beberapa paparazi tak dikenal. Karisma dan ketampanannya membuat kaum hawa selalu ingin mendapatkan perhatiannya selama ini. Keluarga Alista memang memiliki sematan 'good looking' dari kebanyakan orang. Dan kini, bukan hanya sang kakak yang selalu digoba mahasiswa kampus. Tapi, Reka pun akhirnya menjadi banyak incaran para wanita dan menjadi most wanted kampusnya selama menjadi mahasiswa baru di sana satu bulan yang lalu.

"Reka kok lo telat?" Dika menghampiri. Rekan satu basket yang selalu menjadi bagian paling penting dari tim basket mereka.

"Sorry ya, tadi ada urusan bentar. Jadi latihan?"

"Ayo! Jadiin aja, siap gue."

Semenjak SMA, Reka memang sudah terbiasa dengan namanya basket. Ia pun sudah beberapa kali ikut turnamen dan pertandingan yang membawa timnya beberapa menorehkan prestasi dan membawa pulang banyak piala. Kini, walaupun mereka tak satu kelas, latihan tetap menjadi prioritas mereka untuk bisa berkumpul.

"Rey, lo liat deh itu cewek ngapain liatin lo terus dari tadi?" tanya Anjas dikala break mereka setelah menjalani latihan setengah jam.

"Cewek? Siapa?"

"Itu tuh yang lagi megang buku."

"Suka kali sama si lo," ucap Dika seraya mengusap wajahnya yang berkeringat dengan handuk.

"Ada ada aja lo, udah buru lanjut lagi."

Sudah lumrah bagi teman-temannya ketika melihat Reka memang selalu diikuti oleh para gadis. Namun, gadis yang memegang buku itu serasa membuat penasaran teman-temannya. Karena ia memiliki tampilan yang berbeda dari para gadis lainnya yang sebelumnya mengejar Reka.

ALISTAWhere stories live. Discover now