6 : Nervous

5.2K 253 46
                                    

Tepat jam delapan malam, kedua lelaki gagah itu sudah tiba di lokasi. Mereka masih terpaku melihat keajaiban yang ada di lokasi itu.

Lampionnya indah sekali. Lelaki itu tersenyum karena melihat puluhan lampion yang dibebaskan ke langit. Suasananya terasa sangat damai dengan pancaran sinar bulan pada malam itu.

"Lampionnya oke?" Franhan menunjukkan sebuah lampion berwarna biru kepada Mr. Kim.

"Menurut saya, Anisya cocok sebagai model promotor."

"Anisya?" Franhan mengerutkan dahinya sejenak.

"Gadis itu agresif, saya rasa dia bisa."

"Fine aja sih, memang mendukung, wajahnya sedikit mirip chinese."

Franhan pun mengeluarkan sebuah kamera Sony Alpha ILCE - A7 Mark II untuk memulai pendokumentasian. Bukan hanya kamera saja, berbagai macam peralatan yang akan digunakan untuk dokumentasi sudah disusun rapi oleh Franhan.

"Mulai dari mana kita?"

"Tunggu sebentar! Lampion akan dibebaskan, kita ambil moment itu."

"I-iya, siap." Franhan akhirnya mengambil posisi duduk disebuah kursi berwarna pelangi.

Tak lama kemudian, ada seorang gadis yang wajahnya seperti bukan orang Indonesia. Gadis itu mendekati Mr. Kim pelan-pelan kemudian menyapanya dengan lembut.

"Hai! Lagi ada project?"

"Kenalin, nama gue Liedya."

Gadis itu mengulurkan tangannya, tetapi Mr. Kim tidak menyambut tangan Liedya. Lelaki itu mengacuhkannya, sama seperti ketika Anisya mengenalkan diri padanya kemarin.

Franhan menelan salivanya ketika melihat rekan kerjanya itu tetap saja bersikap sama. Padahal Liedya tak kalah cantik dengan Anisya, sayang sekali untuk dilewatkan. Akhirnya Franhan berjalan mendekati Liedya dan mencoba menggoda gadis itu.

"Hai Liedya! Aku Franhan, boleh kenalan dong." Tidak butuh waktu lama, Liedya langsung menyambut uluran tangan dari Franhan.

"Lagi ada project apa nih? Mana modelnya?" Tanya gadis itu sambil celingak-celinguk mencari siapa model dalam agenda pendokumentasian tersebut.

"Modelnya belum sempat dihubungi, gimana kalau Liedya aja sebagai percobaan." Franhan mengedipkan sebelah matanya dan tak lupa memasang wajah nakalnya di depan Liedya.

"Ihh, boleh banget." Ujar gadis itu sambil melirik nakal ke arah Mr. Kim.

Liedya tampaknya lebih agresif jika dibandingkan dengan Anisya. Bahkan gadis ini berani merangkul tangan Mr. Kim untuk mengajaknya melakukan dokumentasi tersebut.

"Lepas..."

Gadis itu menatap Mr. Kim dengan sorotan mata manjanya. Ia mengamati bentuk wajah lelaki tampan di hadapannya saat ini, sehingga Ia mengabaikan ucapan lelaki itu.

"Ternyata... Lo dingin banget." Liedya mendekatkan wajahnya ke wajah Mr. Kim dan hidung mereka hampir saja bersentuhan. Tetapi, Mr. Kim segera memutar kepalanya ke arah lain.

"Menarik dan gue suka cowok kayak gini." Liedya mengusap dagu Mr. Kim dengan lembut, hal ini membuat Mr. Kim terperanjat namun Ia tak ingin berlaku kasar kepada perempuan.

"Ikut aja, ini cuma percobaan." Liedya menggoda Mr. Kim dan kali ini Ia mengusap lembut bagian dada lelaki itu.

Akhirnya Mr. Kim menuruti kemauan Liedya dan ini adalah malam yang buruk baginya. Mengapa Ia harus bertemu dengan makhluk sejenis ini lagi.

Mr. Kim [Completed] √Where stories live. Discover now