18 : Marah

3.6K 173 38
                                    

"Sudah tenang Nona?" Lelaki itu bersandar di pintu kamar miliknya dan dapat melihat Anisya yang sejak tadi menyembunyikan diri dibalik selimut abu-abu. Tetapi, gadis itu enggan untuk menyahut ucapan bosnya.

"Maaf atas perlakuan saya semalam." Ujar Mr. Kim yang sedang berusaha untuk membujuk gadis yang sedang merajuk itu.

"Anisya?" Lelaki itu diam sejenak dan maju beberapa langkah. "Masih marah dengan saya?"

"Ini sudah siang, saya tahu kamu tidak tidur semalaman. Mau saya antarkan pulang sekarang?"

Masih hening, bahkan Anisya tidak menggerakkan tubuhnya barang sebentar. Mr. Kim juga tidak mengetahui apakah gadis itu sudah tidur atau masih terjaga.

"Anisya?" Mr. Kim coba memanggil gadis itu sekali lagi.

"Tidak mau jawab saya?"

Karena Anisya tidak juga memberi respon kepadanya. Mr. Kim pun berniat untuk menghampiri dan membuka selimut yang menutupi gadis itu.

"Jangan diam, Anisya." Ujarnya sambil menarik perlahan selimut Anisya. Lelaki itu jongkok disamping ranjang dan menatap mata Anisya yang sembab, sepertinya gadis itu menangis semalaman. Mr. Kim tahu jika Anisya sangat marah kepadanya, sehingga ucapannya tidak diberi respon sama sekali oleh Anisya.

"Lihat saya." Mr. Kim menelengkan kepalanya untuk menepatkan posisinya dengan tatapan kosong Anisya. Tetapi, berusaha seperti apapun Mr. Kim. Anisya tetap tidak ingin menatap mata lelaki itu.

"Maaf, saya minta maaf." Ujarnya diiringi dengusan napas kasar.

Mr. Kim tidak bisa mengucapkan kalimat apapun, selain kata maaf. Berharap, Anisya mau menatapnya meskipun sejenak.

"Mari saya antarkan pulang."

Mendengar kalimat itu, Anisya menggerakkan tubuhnya dengan malas. Dia berusaha berdiri dengan keadaan yang lemah. Lalu Anisya berjalan dengan lunglai dan tidak stabil.

Mr. Kim dari belakang mengawasi Anisya, khawatir jika sekretarisnya itu tiba-tiba jatuh. Sejak malam itu, lelaki ini memang berbeda. Entah karena sedang merasa bersalah atau ada tersemat niat lain, Author juga kurang tahu.

Tetapi, tak lama lelaki itu langsung meraih tangan Anisya dan menggenggamnya. Anisya tidak menghiraukan, pikiran gadis itu masih belum stabil karena sikap bosnya semalam.

Selama diperjalanan, tidak sepatah kata pun keluar dari Mr. Kim ataupun Anisya. Tetapi, Mr. Kim hanya merasa ngeri saja kepada sekretarisnya itu. Tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Apakah Anisya mau memaafkannya atau pun tidak.

"Anisya, saya harap kamu bisa memaafkan saya." Ujar lelaki itu sebelum meninggalkan halaman rumah Anisya. Tetapi Anisya, dia bahkan tidak melihat Mr. Kim saat lelaki itu meminta maaf lagi untuk kesekian kalinya.

***

"Master, Ibu Anisya belum datang juga ke kantor. Tidak ada satu pun yang memberi laporan tentang Ibu Anisya." Mr. Kim menerima laporan tersebut dari salah satu asistennya yang lain selain Franhan, dia Rico yang selalu di tugaskan mengawasi sistem kerjasama dan pendirian usaha di luar kota.

Lelaki itu menghela napas berat, hatinya semakin berkecamuk saat mengetahui sekretarisnya sudah menghilang dari hadapannya, dari kantor, bahkan hampir seminggu.

"Tolong siapkan semuanya, saya ingin mencari dia."

"Tapi, bukannya Master harus menghadiri peresmian usaha kita di kota?"

"Tunda saja, kita akan meresmikan lagi setelah saya menemukan Anisya."

"Baik, Master."

Mr. Kim [Completed] √Where stories live. Discover now