3

10 0 0
                                    

Amanda punya dua dosa besar terhadapku hari ini. Pertama, entah bagaimana ceritanya tiba-tiba dalam rapat sore tadi aku ditunjuk sebagai panitia oleh Adri, ketua PPI Italia sekaligus pemangku hajat Eurolympic tahun ini untuk membantu acara tersebut. Sontak saja aku hanya mampu mengangguk tak berdaya ketika Adri menanyakan kesanggupanku untuk bergabung di depan puluhan pelajar Indonesia yang sedang berkumpul. Sebagai anak baru mana mungkin aku mengatakan tidak. Otakku juga belum siap melontarkan alasan yang masuk akal apabila menolak karena pertanyaan itu secara mendadak aku dapatkan ketika sedang asik memainkan iPad untuk membunuh bosan ketika rapat berlangsung. Belakangan aku tahu ternyata ini semua ulah temanku sendiri yang tak lain dan tak bukan adalah Amanda. Sebelum rapat berlangsung, ternyata Amanda sudah menceritakan tentangku terlebih dahulu kepada Adri.

"Rania, makasih banget ya! Senang deh lo mau bergabung dalam kepanitiaan Eurolympic. Soalnya gue agak picky memilih panitia untuk acara ini. Cuma orang berkredibilitas tinggi dan bisa dipercaya saja yang gue minta terlibat mengingat acara ini cukup besar dan pak dubes akan datang nanti." Secara khusus Adri menghampiriku untuk mengucapkan terima kasih setelah selesai memimpin rapat.

Sumpah mati aku tidak peduli mau acara ini besar atau kecil dan apakah pak dubes akan datang atau tidak. Tadi itu aku terpaksa mengiyakan karena terjebak dan ingin sekali rasanya menarik kembali persetujuanku. Tapi beginilah takdir terlahir sebagai anak Jawa yang banyak merasa tidak enak sama orang. Susah banget mengatakan tidak, susah banget menolak sesuatu. Pada akhirnya aku menyerah atas kebaikan di wajah Adri dan menanggapi ucapan terima kasihnya dengan senyuman palsu walaupun sebenarnya aku agak bingung. Darimana Adri tahu kalau aku orang yang bisa dipercaya dan memiliki kredibilitas tinggi? Kenal saja baru beberapa jam. Datang ke acara PPI saja baru sekali. Pindah ke Milan saja baru hitungan bulan.

"Cerita Amanda tentang lo tuh bagai angin segar untuk gue dan panitia yang lain ditengah kepanikan kami. Maklumlah Ran, ini adalah kali pertama Italia menjadi tuan rumah acara Eurolympic sehingga kami minim pengalaman." Adri melanjutkan kalimatnya.

"Memang Amanda cerita apa?" Aku jadi penasaran begitu Adri mengatakan bahwa dia mendapat cerita dari Amanda tentangku.

"Ya tentang pengalaman lo aktif berorganisasi sejak sekolah dulu. Kalian satu SMA kan? Amanda berani jamin lo bisa bantu banyak untuk kesuksesan acara ini karena berpengalaman mengurus acara."

Aku tercengang mendengar jawaban Adri. Apa tadi katanya? Aktif berorganisasi sejak sekolah dulu? Berpengalaman mengurus acara? Baiklah, terjawab sudah tanda tanyaku mengapa Adri bisa sangat yakin menjadikan aku tim untuk acara Eurolympic.

"Kita mulai Senin dengan agenda kerja cek lokasi pertandingan ya, Ran. Lo bisa kan?"

"Senin? Senin besok?"

"Iya, gimana?"

"Senin besok gue ada seminar pembukaan tahun ajaran sih, Dri."

"Sampai jam berapa?"

"Sampai jam empat sore."

"Gak masalah, kita ketemu jam lima kalau gitu. Kampus lo dimana?"

"Universita Cattolica Sacro del Cuore."

"Kita ketemu di Stasiun Cadorna saja kalau gitu. Gak jauh dari kampus lo. Oke?"

"Oke."

"Sip, sampai ketemu Ran. Gue cabut duluan ya, mau ketemu sama calon sponsor."

Setelah Adri pamitan, Amanda yang sedari tadi berada tak jauh dari tempatku dan Adri berbincang, datang menghampiri dan langsung tertawa tanpa rasa bersalah.

GroundiesWhere stories live. Discover now