6

5 0 0
                                    

Lega rasanya ketika membaca isi grup whatsapp Panitia Eurolympic seminggu kemarin dan tahu bahwa seluruh rangkaian acara selama tujuh hari berjalan lancar tanpa kekurangan suatu apapun. Amanda bahkan sempat bercerita singkat melalui telepon kalau Pak Dubes memuji kinerja Adri dan panitia karena mampu menyelenggarakan acara cukup besar tanpa banyak persiapan, tim, dan pengalaman. Paling tidak, hari ini aku bisa datang ke acara final tanpa semakin merasa bersalah karena sudah melepaskan tanggung jawab sebagai panitia. Sebagai permintaan maaf, secara khusus aku juga membawakan oleh-oleh dari Berlin untuk Adri dan Amanda. Pagi ini kami janji sarapan di Verdi's Café sebelum berangkat bareng ke Eurolympic.

Bersamaan dengan pelayan Verdi's mengantarkan pistachio croissant yang baru saja dihangatkan ke mejaku, Adri dan Amanda tiba setelah kurang lebih lima belas menit aku menunggu mereka. Sengaja kulambaikan tangan untuk memberi kode dan mereka langsung berjalan ke arahku dari pintu masuk. Wajah mereka tampak ceria seperti biasanya meskipun tergurat garis-garis kelelahan. Pastilah Eurolympic telah menguras habis tenaga mereka.

"How was Berlin, darling?" Amanda menyapa sambil cipika cipiki.

Disusul oleh Adri yang mengikuti. "Welcome back, Ran!"

"Thank you guys! Berlin was good and I have something from there!" Aku mengeluarkan dua buah botol bir antik buatan Jerman sebagai pajangan dari kantong plastik yang kubawa. "Silahkan dipilih sesuai dengan selera masing-masing!"

"Gue yang ini! Merek bir kesukaan gue sama Fede soalnya!" Amanda meraih cepat botol bir berwarna cokelat lalu duduk di sebelahku. "Lucu banget sumpah, makasi ya Ran!"

"Memang punya lo doang yang lucu, Nda! Yang ini juga lucu, pas banget sama warna kesukaan gue." Adri meraih botol bir berwarna biru tua. "Thank you so much, Ran."

Aku tersenyum sambil mengangkat kedua alis beberapa kali. Bagus deh kalau Adri dan Amanda suka dengan hadiahku.

"Ngomong-ngomong kok lo balik tepat waktu sih Ran ke Milan? Payah!" Adri memulai topik baru.

"Loh kan sesuai sama jadwal awal. Memang kenapa? Bukannya malah bagus? Jadi kan gue bisa datang ke acara hari ini."

"Bagus sih, cuman Amanda gagal deh ngirim Carlos buat jemput paksa lo ke Berlin. Ya gak, Nda?" Adri tertawa jahil sebelum akhirnya ikut duduk menempati bangku di seberangku dan Amanda.

Amanda tidak terlalu menanggapi Adri, dia asik sendiri memainkan botol bir dariku.

"Masih saja ya Carlos dibawa-bawa! Mending lo cerita, gimana Eurolympic seminggu ini?" Gantian aku yang memulai topik baru, mengalihkan pembicaraan tentang Carlos.

Adri melingkarkan ibu jari dan jari telunjuk yang artinya baik dalam bahasa tangan orang Italia. "Sampai dengan hari ini belum ada hambatan sama sekali, Ran. Semua berjalan sesuai rencana. Amanda sudah cerita kan kita semua dapat pujian dari Pak Dubes?"

"Iya, Amanda bilang kemarin! Berarti sekarang tinggal fokus buat acara final hari ini ya Dri. Wooohooo!" Seruku senang.

"Buat acara hari ini komandonya tidak ada perubahan kan Dri?" Amanda kembali masuk ke dalam pembicaraan.

"Gak ada perubahan kok, Nda. Semua sesuai dengan komando gue kemarin." Adri mengeluarkan sebuah buku kecil dari kantong celananya dan membaca beberapa lembar pertama. "Iya benar, sesuai kok." Rupanya dia berusaha memastikan jawabannya tadi.

"Tugasnya Rania gimana Dri? Lo sudah kasih tahu dia?" Amanda bertanya lagi pada Adri tetapi matanya melirik ke arahku.

"Gue mengawasi pertandingan basket kan?" Kalau membaca grup whatsapp, itulah bagianku.

GroundiesWhere stories live. Discover now