Pertemuan

29 5 1
                                    

Pertemuan

****_+_****

Bumi terus berputar pada porosnya. Kehidupan semakin berkembang dan maju dari sebelumnya. Pengetahuan semakin banyak bagi dia yang bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Teknologi semakin merajalela. Bahkan mayoritas unsur kehidupan telah dipelopori oleh berbagai teknologi yang sangat canggih. Membantu manusia untuk melakukan aktivitas kehidupannya.

Pondok Pesantren juga tidak akan kalah dengan kemajuan teknologi. Mungkin banyak yang berpikiran bahwa Pondok Pesantren tidak pernah tersentuh dengan kecanggihan teknologi. Tetapi itu asumsi yang salah. Pondok Pesantren selalu berkembang seiring dengan perubahan zaman. Agar santrinya tidak banyak ketinggalan zaman ketika nanti sudah boyong. Begitu pula dengan Pondok Pesantren Darul Qur'an. Belajar mengajarnya sudah menggunakan teknologi. Ujianpun harus menggunakan teknologi. Seperti halnya UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer) yang sedang maraknya sekarang.

Waktu tiga tahun bukanlah waktu yang lama bagi para mujahid ilmu untuk mencapai kesuksesannya. Dia yang bersungguh-sungguh, maka dialah yang akan sukses. Semuanya berawal dari diri sendiri. Begitulah yang dialami oleh Syauqy dan Ra Ibor. Dengan niat yang kuat dan tekat yang bulat kini mereka sudah menjadi tutor di Club Bahasa Inggris. Dibalik kesuksesan pasti ada berbagai hambatan dan rintangan. Begitu pula dengan mereka. Pahit, manisnya perjuangan telah mereka cicipi selama tiga tahun. Akhirnya dengan bekal kesabaran, mereka dapat merasakan betapa nikmatnya buah dari hasil perjuangan.

Pagi mulai menyapa. Mentari telah menampakkan sinar indahnya. Embun mulai hilang ditelan sinar mentari. Kasak-kusuk suara para santri telah terdengar sejak dari sepertiga malam tadi. Ada yang membaca Al-Qur'an, Nadhoman, dan lain sebagainya. Suasana di Pondok Pesantren yang selalu dihiasi dengan lantunan kalam Ilahi Robbi dan pujian-pujian kepada sang Nabi.

Pagi ini mungkin gedung-gedung sekolah Pondok Pesantren Darul Qur'an tidak dipadati oleh para santrinya. Beralih pada kediaman Kh. Mas'ud Ibrohim yang mulai dipadati oleh para santri. Tak heran. Karena sudah menjadi rutinitas setiap akhir tahun, sebelum bulan puasa. Liburan memang hal yang dinanti-nanti. Hari ini santri Pondok Pesantren Darul Qur'an akan pulang ke kampung halamannya. Kembali bersua dengan sanak famili terutama dengan orang tua tercinta. Para santri tetap setia menunggu antrian sowan ke Kh. Mas'ud Ibrohim, meskipun teriknya mentari yang semakin lama semakin menyengat pori-pori tubuh. Menciptakan butiran air peluh yang mulai membasahi tubuh.

Akhirnya sosok yang ditunggu sudah muncul. Para santri langsung berdesakan demi mendapat giliran pertama. Butuh waktu yang cukup lama untuk sowan karena jumlah santrinya yang terbilang banyak. Syauqy dan Ra Ibor memilih menempati tempat antrian bagian belakang. Karena tidak tahan dengan desakan para santri yang lain. Mereka memilih untuk menunggu dibawah teduhnya pohon mangga yang tak lagi berbuah. Terpaan angin sedikit memberikan kesejukan.

"Syauqy, pulangan kali ini, boleh gak aku berkunjung ke kampung halamanmu...?" Pinta Ra Ibor penuh harap.

"Wah..... dengan senang hati Ra.... saya sangat senang mendengarnya." Syauqy sangat girang mendengar permintaan Ra Ibor.

"Seperti apa ya.... nuansa di kampung halamanmu." Pikirannya menerawang menangkap sebongkah daun mangga yang bertengger di atasnya.

"Kalau sampean tau betapa indahnya, saya jamin sampean tidak mau balik kesini lagi." Ucap Syauqy dengan bangganya.

"Halah............. masak sih...?" Ra Ibor mendaratkan pukulan ringan dibahu Syauqy.

"Nanti kalau sudah nyampek disana... saya akan ajak sampean ke suatu tempat yang indah."

"Okey....." Ra Iborpun mengacungkan kedua jempolnya. Canda tawa mulai menghiasi keduanya. Lama kelamaan, santri mulai berkurang.

"Mari kita sowan....." Ajak Ra Ibor seraya menarik tangan Syauqy.

MAHLIGAI CINTA SYAUQYWhere stories live. Discover now