Pengabdian

23 2 1
                                    

Pengabdian

****_+_****

Hiruk pikuk keramaian para santri telah menghiasi Pondok Pesantren Darul Qur'an. Tak ada yang berubah. Seperti tergambar enam tahun yang lalu. Namun, perkembangannya setiap tahun semakin meningkat. Pepohonan yang dulunya masih setinggi badan, kini sudah tumbuh besar menjadi pepohonan yang rindang. Tak jarang para santri merehatkan hati dan pikiran di bawah naungannya.

Enam tahun telah berlalu semenjak kedatangan Syauqy ke Pondok Pesantren. Begitu banyak sesuatu yang telah dia dapatkan. Bukan hanya segudang ilmu, namun juga pengalaman yang sangat luas telah menghiasi hari-harinya di Pondok Peasantren. Dia telah menyelesaikan Madrasah Aliyah dengan nilai yang cukup memukau. Kini, saatnya dia melaksanakan tugas pondok pesantren yang akan menjadi syarat kelulusannya. Menjadi guru tugas. Begitulah yang sudah menjadi syarat baginya. Dia akan diutus sebagai guru ke berbagai madrasah-madrasah bahkan Pondok Pesantren. Butuh ketekunan dan kesabaran dalam menghadapinya.

Pondok Pesantren Darul Qur'an telah mengutus beribu-ribu guru tugas setiap tahunnya. Tak heran, jika jebolan santrinya banyak yang menjadi ulama-ulama besar yang menyeluruh di penjuru nusantara. Pada tahun ini, pondok pesantren darul qur'an mengutus 1200 calon-calon ulama ke berbagai wilayah. Tepatnya diseluruh pulau jawa.

Syauqy dan Ra Ibor tiba pada waktu yang akan membawa mereka dalam status sosial yang baru yaitu menjadi Guru tugas. Sebelum mereka dilepas bersama para santri yang lain, mereka diberi pembekalan. Pada malam pembekalan para santri yang akan bertugas berkumpul di Masjid. Tak terasa acara tersebut berjalan dengan lancar, meskipun menguras pikiran dan menyisakan kelelahan.

Malam semakin larut. Tak semua santri memejamkan matanya. Ada yang tengah berbincang-bincang perihal keagamaan. Terutama bagi mereka yang akan diutus menjadi guru tugas. Malam ini mungkin mereka akan berjaga semalam penuh untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk pemberangkatan besok pagi. Mereka mulai memasukkan beberapa pasang baju dan sarung. Dan tak lupa, mereka memilah-milih kitab yang akan mereka gunakan ditempat tugas. Namun, entah apa yang dilakukan oleh Syauqy dan shabat sejatinya, Ra Ibor. Mereka tengah membincangkan sesuatu.

"Perpisahan selama satu tahun itu sangatlah lama dan akan membuat kerinduan dalam keseharian kita" Dauh Ra Ibor. Pandangannya menatap kosong ke langit yang berhias bintang.

"Teruntuk sahabat, apalagi sahabat sejati itu memanglah sangat sulit untuk merasakan sebuah perpisahan. Namun karena ini hidup, pastilah akan merasakan perpisahan. Tapi, pada saat inilah kita akan mengamalkan ilmu yang telah kita tuntut selama ini. Kita akan mendapatkan ilmu dan pengalaman yang berbeda yang akan menjadi cerita untuk kita nanti pada saat pertemuan menyapa kita kembali." Rintah Ra Ibor.

"Tunggu.... tunggu apa aku gak salah dengar. Hey sejak kapan seoran Ra Ibor menjadi cengeng...heh" Ledek Syauqy. Ra Ibor menatapnya tajam.

"Sorry, sorry. Don't be angry okey. I'm understand yoour felling like that." Bujuk Syauqy.

"Benar sir, itu pasti. Besok saya akan ditugaskan ke Pulau Masalembu, sedangkan kamu ke Bangkalan. Sungguh jarak yang begitu jauh." Ujar Ra Ibor dengan nada sedih.

"Saya merasa tidak cocok ditempatkan di Pondok Pesantren yang sama besarnya dengan Pondok Pesantren kita. Bahkan, Ustad Kholiq mengatakan bahwa pondok yang akan menjadi tempat tugasku adalah salah satu pondok yang diasuh oleh dulurnya kiai. Saya semakin tidak percaya diri." Keluh Syauqy. Jari-jarinya memainkan rerumputan yang tengah tumbuh.

"Sudahlah, kamu harus optimis. Saya yakin kamu pasti bisa. Dengan kemampuan bahasa inggris dan ilmu yang telah kamu peroleh, Insya Allah kamu dapat mengharumkan nama Pondok Pesantren kita." Ra Ibor Meyakinkan Syauqy. Senyum semangat mengembang dari bibirnya.

MAHLIGAI CINTA SYAUQYUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum