Secret Revealed

2.6K 343 108
                                    

"Setan!" Desis Renjun sebelum Mark menciuminya kasar.

Renjun mendorong tubuh Mark agar enyah dari tubuhnya. Tapi kekuatan orang mabuk sepertinya menjadi dua kali lipat sampai Renjun kalah sendiri. Tak mau menyerah Renjun menjambak rambut Mark, menariknya kuat tapi malah tangan Mark meraih tangan yang brutal menjambakinya.

Ciuman itu makin dalam, Mark menghisap bibir Renjun kuat-kuat hingga tak sadar menggigitnya. Karena rasa sakit tersebut Renjun pun menjadi sekian kali lebih kuat. Ia berhasil mendorong Mark.

Sial, saat Mark menciumnya paksa tadi, air matanya lolos. Antara sakit harga dirinya dipermainkan dan sakit karena bibirnya berdarah akibat ulah lelaki mabuk ini. Ia tidak peduli lagi, Mark terjembab dengan mata terpejam di karpet.

Renjun berlari ke kamarnya dengan Jeno. Mengunci pintu rapat dan menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut. Ia menangis dalam diam di sana.

_________________________________

"Renjun kemana?" Acara sarapan bersama terhenti sesaat ketika mereka baru menyadari satu orang lagi belum datang ke meja makan. Itu Yukhei yang bertanya. Ia menatap Jeno, salah seorang yang diyakini tahu jawabannya.

Lelaki sipit itu menelan makanannya, kemudian menjawab. "Dia masih tidur. Aku sudah membangunkannya untuk sarapan. Dia bilang tidak lapar."

Jawaban Jeno lebih dari cukup membungkam tanya mereka yang menanyakan keberadaan Renjun.

"Kudengar semalam kau keluar, Xuxi? Kemana?" Winwin bertanya merobek roti tawar di piringnya. Dia tidak terlalu lapar jadi hanya makan roti.

Lelaki bongsor itu tidak lantas menjawab, ada sedikit pertimbangan di dalam pikirannya untuk membelokkan fakta. Sedikit.

"Bertemu temanku." Jawabnya singkat, fakta ia bertemu teman memang nyata. Ia bertemu Mark.

"Dan mabuk?" Lanjut Winwin dengan nada datar. Membuat pergerakan tangan di atas meja terhenti, menatap bergantian pada Winwin dan Yukhei.

"Tidak." Ia menjawab sekenanya dan berdoa agar Winwin berhenti mengintrogasinya dengan jawaban yang ia berikan.

"Kau belum pintar berbohong. Jaketmu bau alkohol dan tergeletak begitu saja di lantai, sebelum kupindahkan ke keranjang cucian."

Sialan.

___________________________________

Itikad baiknya semalam salah besar. Niatnya memang menolong, tapi dia sendiri malah tercebur, ikut meneguk minuman keras meski tak sampai mabuk berat selayaknya Mark yang hampir tidak sadarkan diri.

Dia termenung di depan layar komputernya, main game, dia pikir akan jauh lebih baik jadinya. Tapi pikirannya masih saja melalang buana kepercakapan dengan sohib satu linenya, Mark.

Flashback On

"Kau itu menang banyak!" Yukhei tidak terlalu mendengarkan ucapan yang keluar dari lelaki setengah mabuk di sebelahnya. Ia sibuk membuka kulit kacang dengan tangannya atau giginya sesekali. Tidak mengerti juga apa yang sebenarnya dimaksud Mark.

"Aku ingin pindah dorm!" Yukhei pikir Mark sudah mabuk berat. Dia tidak memperdulikannya. "Berada di bawah atap yang sama. Kalau bisa satu kamar." Tapi korelasi kalimat orang mabuk yang satu ini cukup nyambung. Tapi Yukhei tidak terlalu peduli. Ia mengunyah kacang di mulutnya.

"Setidaknya aku bisa melihatnya setiap hari. Wajah itu, mata indahnya, hidung mancungnya, bibir tipis yang semanis ceri, mungkin..." Yukhei menyipit. Yang Mark maksud, siapa?

"Winwin hyung?"

Geplakan kasar diterima Yukhei di bagian belakang kepalanya. Untuk orang mabuk diberi pertanyaan seperti ini, mengerti?

"Injunie...."

Yukhei membenarkan posisi duduknya. Kali ini dia gusar. Setengah hatinya ingin tahu lebih banyak tentang perasaan Mark, pada Renjun? Biasanya orang mabuk itu bicara jujur.

"Maksudmu, kau menyukai Renjun?"

Anggukan ditambah senyum aneh alias mesum di wajah Mark teruntai. Sepertinya ia sedang berhalusinasi ada Renjun di depannya. Yukhei menjadi gundah. Bukan, sepertinya masalah akan terjadi. Ia meneguk alkohol di gelasnya. Menyesap rasa yang bergulir di mulutnya. Lalu serius dengan menempelkan tubuhnya dengan Mark.

"Sejak kapan?" Bisikan berbentuk tanya terlontar oleh Yukhei.

Mark menjauhkan tubuhnya. "Kau tidak boleh mendekatiku. Aku hanya mencintai Injunie..." Yukhei akan maklum kalau lelaki di sebelahnya mabuk, ia menahan dirinya untuk tidak bertindak sembarangan seperti menggeplak kepala Mark, mungkin.

Jadi dia memberi jarak pada tubuh mereka, "Sejak kapan?" Ulang Yukhei.

Mark menghela napas. Seakan melepas beban di pundaknya, menampung perasaannya sendiri dan ditutup dengan senyuman ikhlas selama ini saat Renjun dekat dengan orang lain. Membiarkan cemburu menggerogotinya. Rasa sayang tersirat dan ungkapan cinta yang tak tersampaikan. "Pertama kali bertemu," Senyum Mark merekah, memori ingatnya memutarkan peristiwa ketika ia bertemu Renjun pertama kalinya dan ia bahagia.

"Aku... aku... menemukan sesuatu yang berbeda dalam diri Renjun. Entah apa itu, tapi aku suka berada di sekitarnya dan kami memiliki posisi berdiri bersebelaha  di tiap kesempatan. Aku... entah bagaimana jatuh cinta padanya,"

"Apa yang akan kau lakukan?" Hanya pertanyaan terlontar yang karena Yukhei tidak mengerti harus menanggapi apa.

Mark menggeleng. "Aku tidak mau menyakiti hatinya dengan mengutarakan rasaku." Ucapnya tulus. Pada titik ini membuat Yukhei iba terhadap sahabatnya. "Andaikan dia perempuan..."

Mata yang memandang kosong lurus ke depan itu berkedip, "Tapi aku tidak yakin akan menyukainya saat dia menjadi perempuan HAHAHA."

Yukhei membungkam mulut Mark yang tertawa seenaknya dengan suara yang tidak bisa dikatakan pelan.

Kembali lagi Mark meneguk tiap tiap tuangan alkohol di gelasnya. Entah mengapa malam ini ia ingin menjadi orang lain dengan alkohol ini. Membuang segala rasanya sesaat menikmati lambungan dari minuman keras ini dengan sedikit imajinasi dirinya dan Renjun, sebatas di imajinasinya.

Flashback Off

-tbc-

Halau kawan, gimana kabar kalian~? Aku harap baik ya :)
Ok, ini bab lanjutannya rilis wkwkwk
aku tahu ini masih jauh dari kata baik, ceritanya pun tida jelas heuheuheu jadi bisa diberi kritik yang membangun juga saran yang menyenangkan wkwkwk

sampai jumpa hari Minggu, mungkin :)

happy weekdays, anyway~♡♡♡

[bl] love me like you do✔Where stories live. Discover now