Wanna Try?

1.8K 288 104
                                    

Semua kembali normal kecuali Mark dan Jaemin yang seolah kucing-kucingan. Jaemin selalu memerhatikan gerak-gerik Mark. Terlebih jika Mark berada di sekitar Renjun, kini Jaemin tahu sorotan yang terpancar dari mata Mark ketika memandang Renjun sama dengan dirinya. Rasa ingin memiliki yang tertahan.

Ia mendekati Mark dan berbisik. "Hari ini dia sangat manis ya," dengan mata yang terkunci menatap Renjun. Bocah itu hanya mengenakan kaos putih dan celana jeans serta lilitan kemeja merah di pinggang. Itu dikatakan manis oleh Jaemin.

Mark juga tak henti memandang sosok itu. Ia mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan Jaemin.

"Andaikan dia perempuan," kekehan Jaemin membuat Mark sadar kalau perbincangan mereka tidak sehat. Ia menjauh dari Jaemin. Menatap horror lelaki yang lebih muda darinya. Matanya masih fokus pada Renjun yang menari sambil melihat pantulan dirinya di cermin.

Jaemin itu saingannya dalam mendekati Renjun, kan, artinya.


__________________________________


"Kupikir kau sudah ingat ya tentang apa yang kau lakukan pada Renjun malam itu?" Yukhei menaikkan alis kanannya, menyelidik pada Mark yang duduk di meja makan dorm U dan Dream. Mark menginap malam ini, besok ada rekaman jadi anggota Dream akan berangkat bersama langsung menuju studio. Suasana dorm sudah sepi karena malem pun menjemput larut.

Lelaki kelahiran bulan Agustus itu mengangguk tanpa memindahkan pandangan pada air di dalam gelas yang terletak di hadapannya. Setengah isi gelas sudah berpindah ke perutnya.

"Bisa ceritakan padaku?" Yukhei menawarkan baik-baik. Dilihatnya Mark meneguk salivanya, memandang Yukhei yang tersenyum kecil untuknya.

"Tonjokanmu masih berbekas dan beberapa hari yang lalu dia juga melakukannya padaku,"

Mulut Yukhei menganga tanpa menimbulkan suara. Ia tidak habis pikir kalau Renjun juga meninju Mark. Tapi dirasanya itu ukuran yang pantas jika apa yang Mark lakukan pada Renjun seperti apa yang ia terka.

"Sejauh apa yang kau lakukan padanya, Mark?"

Mata Mark memicing, ia tidak suka dituduh mesum begini padahal waktu itu hanya karena ia di bawah pengaruh alkohol. Tapi apa yang dilakukannya memang di bawah kendali dirinya.

"Aku hanya... aku hanya menciumnya!"

Yukhei mengalihkan wajahnya ke samping, menahan diri untuk tidak melayangkan tinju pada lelaki seumuran dengannya ini.

Kesunyian menyelimuti mereka. Yukhei diam tidak ingin melanjutkan percakapan dengan Mark tapi ada hal lain yang harus ia pastikan di sini.

"Dia tidak tahu kan kalau kau..." Yukhei menghentikan kalimatnya. Langkah seseorang yang mendekat itulah yang menjadi alasannya. Dan sosok yang masuk ke arena dapur ternyata adalah orang yang sedang mereka bicarakan.

Renjun dengan kaos oblong dan celana rumahan masuk ke dapur sambil mengucek matanya yang mengantuk.

"Kalian sedang apa?" Yang baru datang bertanya. Yukhei memberi isyarat pada Mark untuk menajwab. Bocah Vancouver itu menatap Yukhei dengan ekspresi apa.

"Mengobrol, rap." Jawab Mark setengah berbohong. Apa yang mereka lakukan memang mengobrol hanya saja kan jauh dari kata rap.

Renjun mengangguk. Tujuan ia ke dapur karena lapar. Bocah itu membuka lemari pendingin dan mengambil beberapa camilan di sana. Baru ia duduk di dekat Mark.

"Lapar?" Tanya Mark mrncoba basa-basi. Yukhei hanya diam memerhatikan setiap momen yang berlangsung. Renjun hanya mengangguk sebagai jawaban. Mulut bocah manis ini sibuk mengunyah.

[bl] love me like you do✔Where stories live. Discover now