The Truth Untold

2.2K 330 91
                                    

Deringan ponsel membuyarkan segala pikiran di kepalanya. Ia meraih ponsel yang layarnya menyala dan menampilkan dialog telpon masuk dengan nama kontak Minhyung dengan huruf Korea. Sedikit mengernyit sebelum mengangkat panggilan itu.

"Semalam apa yang terjadi?"

Yukhei sendiri masih belum tahu kapan Mark pergi meninggalkan dorm U dan Dream. Semalam dia mabuk dan dengan setengah sadar memberikan Mark pada Renjun sedangkan dirinya menuju kamar karena pusing akibat minum alkohol. Lalu paginya tidak menemukan sosok Mark kecuali ikat pinggang lelaki seumurannya itu tergeletak di ruang tengah, Yukhei mengamankannya.

Yukhei sih ingat yang Mark katakan tentang perasaanya pada Renjun. Entah lelaki yang bersangkutan itu bagaimana.

"Tentang perasaanmu," Dari reaksi yang Yukhei tangkap setelah mengatakannya, ia mengira Mark melupakan apa yang terjadi semalam. Lelaki di ujung telpon menghela nafas berat. "Kau kapan pergi?"

"Sekitar pukul 7, belum ada yang bangun aku langsung pergi." Jawabnya begitu saja. "Jadi kau sudah tahu masalahku?"

"Kau menyebut itu masalah?"

Mark tidak langsung menjawab. Membiarkan Yukhei menebak jawabannya. "Iya?"

Decakan sebal didengar Yukhei, "Kau tahu itu bisa merusak segalanya." Kemudian sambungan telpon terputus.

__________________________________

Lelaki itu beringsut di ranjangnya, setelah membersihkan diri dan mengisi perut sekedarnya. Kepalanya masih agak pusing karena minuman keras yang ia konsumsi semalam. Ingatannya payah, semuanya terlupakan ketika dia sudah mabuk berat.

Terakhir yang dia ingat ketika tangannya melayangkan pukulan di bagian belakang kepala Yukhei. Selebihnya samar.

Ia ingat pukul satu nanti ada latihan koreo bersama Dream, hatinya menghangat seketika mengingat sosok Renjun. Tapi ada getaran ketakutan juga yang melingkupinya. Entah mengapa.

Ponselnya bergetar dan ada pesan masuk dari Yukhei.

Lucas
|Semalam aku melemparmu pada Renjun saat kau mabuk berat. Apa yang kau lakukan padanya? Dia mengurung diri di kamar.
|Matanya bengkak.
|Bibirnya terluka.
|Mark aku akan membunuhmu jika yang kuperkirakan nyata.

Hati Mark serasa ditikam pisau tak kasat mata. Dia jadi gundah. Pikirannya tak sampai mengingat apa yang terjadi semalam. Satu-satunya yang tahu adalah Renjun.

Tangan kurus Mark menyambar jaket abu-abu lalu mengenakan topi hitam dan berlalu secepat kilat.

Ia bertemu Yukhei, di tempat yang hanya mereka datangi saat penat. Atap gedung SM Ent. Kedatangan Yukhei langsung menghadiahi Mark pukulan di wajah tampan pemuda Kanada itu. Mark tidak membalas. Dia juga akan menjebleskan kepalanya kalau sampai yang diperkirakan Yukhei benar. Ia tidak ingat apapun.

"Ku harap dengan pukulan itu kau mengingat sesuatu!" Dada Yukhei bergerak naik turun. Ia menaiki tangga bukannya lift karena malas menunggu lift turun.

Bugh

Satu pukulan lagi lolos saat Mark tersenyum kecil, merasa miris. "Ini karena kau sudah tidak waras!"

Bugh

Yang ketiga kali sampai ujung bibirnya berdarah. "Karena kau menyakiti adikku!"

Mark memegangi pipinya yang berdenyut. Ia menjauh dari Yukhei, mendudukkan diri di pijakan beton tempat ia berdiri. Bersandar pada tiang penyangga yang belum sempurna. Ia tertawa pelan lalu mengeras dan makin keras. Seperti orang kesetanan. Kali ini Yukhei membiarkannya, mereka di tempat yang aman untuk melakukan itu.

[bl] love me like you do✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang