Third Times

1.5K 238 23
                                    

Seusai latihan Mark mendekati lelaki Hwang yang berjongkok di pojok ruangan meminum mineralnya. Ia berjongkok di hadapan Renjun dan melakukan hal yang sama.

"Kau sudah baikkan, kan?"

O jelas kalau menanyakan kerja jantung Renjun benar-benar tidak baik-baik saja. Jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelum kedatangan lelaki yang diciumnya tempo hari lalu ke sini.

Menutup botol mineralnya dengan rapat. Lalu berdiri. "Aku baik." Jawabnya singkat dan datar. Dia bingung harus bersikap yang seperti apa. Dia malu. Padahal saat sakit kemarin ia ditunggui Mark sampai tak sadar mereka tertidur bersama di satu ranjang.

"Syukurlah." Mark turut berdiri dan tersenyum. Senyum Mark membuat Renjun galau. Jujur entah bagaimana hatinya menjadi tertekan melihat senyum itu. Melihat air wajah Renjun yang kikuk, membuat Mark bertanya lagi. "Kau benar-benar baik saja?"

Renjun mengangguki. Ia mengintip dari bahu Mark kalau anggota Dream yang lain berada jauh di belakang mereka sehingga tidak ada yang mendengar percakapan mereka. "Hyung aku bingung."

Alis Mark terangkat. Tanpa melontar tanya, ekspresi yang terbuat di wajah Lee itu berupa pertanyaan.

Renjun ingat di ruangan ini terdapat cctv, jadi dia mengurungkan niatnya. Ia mundur dan menjauh dari Mark yang makin membuat Mark bingung. "Kenapa?" Tanya Mark.

Gelengan cepat Renjun lakukan sebagai bentuk jawaban.

"Jangan tiba-tiba mendiamiku lagi." Ucap Mark dengan nada memohon.

Renjun tercekat. Mau tidak mau dia harus bicara. "Kau tidak marah tentang yang kemarin?" Akhirnya Renjun menanyakan.

"Yang kemarin? Apa?" Fine, tipikal Mark yang suka loading lama kalau diajak bicara begini. Renjun sudah tahu.

"Saat di kamar." Tunduk Renjun.

"HYUNG KALIAN MASIH LAMA TIDAK? AKU SUDAH LAPAR?" Chenle yang sudah menahan lapar sejak satu jam lalu dan hendak memutar knop pintu ruang latihan menuju luar mencari tempat makan yang enak.

"Sebentar lagi-" Renjun ditahan oleh Mark.

"Tinggal saja!" Mark menyuara.

Renjun menatap Mark yang bicara serius menitah adik-adik mereka untuk pergi duluan.

Ada satu manusia yang tersenyum miring ketika melangkah keluar meninggalkan ruang latihan ini.

_____

Keduanya sadar benar kalau tidak mungkin melakukan perbincangan serius di ruang latihan yang terdapat cctvnya. Jadi Mark membawa Renjun ke dalam ruangan lain yang adalah tempat rekaman yang kedap suara dari luar dimana cctv terpasang. Ya, mereka duduk bersebelahan sambil menyandar pada dinding ruangan yang tak seberapa besar ini. Mark duduk bersila dan Renjun menekuk lututnya.

Tak langsung bicara, Mark masih menunggu lelaki di sebelahnya ini berucap duluan. Dia tidak akan mendesak atau memaksa, ia membiarkan Renjun melakukan apa yang diinginkannya.

Yang mengisi suara di sekitar mereka adalah deruan nafas yang saling berburu secara teratur, kediaman tanpa suara yang dihasilkan pita suara. Keduanya masih betah berargumen masing-masing di kepalanya tanpa menyuarakan apa yang dipikirkan.

"Hyung..." Akhirnya yang lebih muda bersuara. Membuat Mark otomatis menoleh, menunggu dengan sabar kalimat lain yang akan dikatakan lelaki di sebelahnya. Ia tersenyum menanggapi dan seakan berkata; katakan apapun, aku menantinya. "Maafkan aku..."

Salah. Kalau itu yang dikatakan oleh Renjun yang ada membuat Mark tidak enak hati. Kali ini biar ia meminta penjelasan, "Apa yang harus dimaafkan?" tanyanya pelan.

[bl] love me like you do✔Where stories live. Discover now