On Date

1.6K 264 61
                                    

Renjun baru keluar kamar dengan pakaian kasual dan mendapati pertengkaran omong kosong Mark dan Yukhei di dapur.

"Dasar ingkar janji!" Mark merajuk dengan wajah cemberut, ia duduk di bangku.

Renjun mendekati kedua hyung 99 line itu. "Kau tidak ingin pergi denganku, hyung?" Renjun menaikkan sebelah alisnya. Duduk di sebelah Mark.

Kedua lelaki itu tidak tahu kapan datangnya Renjun karena sibuk beradu mulut dan kini Renjun sudah duduk.

"Bu... bukan begitu!" Gagap Mark. Renjun tersenyum.

"Hatiku tidak terluka!" Katanya enteng. Yukhei menertawakan sahabatnya. Dia merasa puas melihat Mark tergagap di depan someone he crush on.

Bukannya Yukhei mendukung Mark mengenai perasaan bocah itu kepada Renjun. Dia hanya senang melihat orang yang disayangnya, ok sahabatnya, senang. Dia hanya membantu sedikit, tujuannya membuat Mark senang. Itu saja.

"Tidak mungkin aku atau kau yang menyetir. Kita pergi dengan siapa lagi?" Tanya Renjun yang tangannya menyomot roti tawar di meja. Memakannya cuma-cuma tanpa olesan selai atau yang lain.

"Johnny hyung. Dia akan pergi ke suatu tempat."

"Kenapa tidak pergi dengannya?"

"Aku mengajak Lucas."

"Ya sudah. Aku bisa pergi tidur lagi,"

"Ya! Kau sudah berpakaian rapi, Renjun. Aku harus pergi ke kelas. Temani Mark!"

"Kenapa harus aku?"

Renjun ingin menguncir bibirnya. Kenapa seenaknya saja meloloskan tiap argumen di otak yang mengalir ke mulut dan menyuara dari bibirnya. Sial.

"Kau jobless."

Ah sialan. Renjun diam.

"Kalau kau tidak mau juga tidak apa-apa sih..." Kedua lelaki China ini memandang Mark yang berekspresi pasrah. Jelas keduanya iba. Mark seperti bocah terbuang tidak diinginkan.

Renjun mau tidak mau pun membuka mulut, "Aku juga ingin jalan-jalan. Tidak usah sungkan!" Katanya mencoba santai.

__________________________________

Mark dan Renjun diturunkan di depan deretan toko di tengah kota. Mark sudah tahu toko mana yang akan dia datangi. Ia berjalan lebih dulu kemudian diikuti Renjun.

Pelayan toko menyambut kedatangan mereka dengan antusias.

"Whats up Mark!" Sapaan akrab dari lelaki yang lengan atasnya bertato itu diterima baik oleh Mark. Bergantian ia juga menyalami Renjun dan tersenyum ramah padanya.

"Kau mencari gitar yang seperti apa kini?"

"Melihat-lihat dulu. Nanti kalau cocok kuambil,"

"Silahkan tuan Kanada!"

Mark mulai menyusuri deretan gitar yang ditata berdiri oleh sang empu. Rasanya ingin memiliki semuanya tapi dia tidak punya cukup uang untuk membeli itu semua. Renjun hanya mengikutinya saja sambil sesekali menyentuh gitar yang dipajang dan iseng memetik senarnya.

Mark tidak membeli gitar. Dia benar-benar hanya melihat-lihat. Untung pemilik toko yang sekaligus penunggunya tadi baik dan tidak memprotes, jadi Mark atau Renjun tidak perlu merasa tidak enak. Mengatakan akan datang lain waktu.

Mereka sudah berada di luar toko. Penampilan mereka sederhana dan wajah mereka tersamarkan dengan kacamata dan masker. Mark memakai kacamata bulat serta masker hitam. Renjun sendiri hanya memakai masker, ia juga pakai topi. Seperti orang biasa sih. Mereka mulai berjalan menyusuri trotoar. Bingung harus kemana karena Johnny bisa menjemput 2 jam lagi.

"Kita naik taxi saja hyung!" Renjun mencetuskan ide. Bukan salah satu yang buruk. Mark mengangguk juga. Mereka berhenti dan menanti taxi yang lewat.

Semuanya berjalan normal hingga kini. Tidak ada sesuatu yang membuat Renjun berpikiran aneh-aneh tentang ketua timnya ini. Ujung mata Renjun melirik pada lelaki yang menyandarkan tubuhnya di sandaran bangku dan mata yang memandang keluar dari kaca taxi.

Tepukan di paha Mark membuat lelaki Kanada itu agak terlonjak dan memberi atensi pada pelaku di sebelahnya.

"Kau tidak lapar apa? Aku sih lapar," Renjun bertanya iseng. Ia lupa mengenyahkan tangannya dari paha Mark. Membuat Mark menggila sendiri karena disentuh Renjun begini. Ia melirik tangan Renjun yang diam di atas pahanya.

"A... aku akan memasakanmu." Ini kali kedua Mark tegagap di depan Renjun. Renjun mencemeeh dengan raut wajahnya. Membuat Mark gemas di dalam dan menahan diri untuk bersikap sewajarnya. "Serius."

Tangan Renjun beralih dari sana. Mark melengus lega.

"Aku tidak selera makan telur gosong." Timpal Renjun sarkatis membuat Mark sakit hati, sedikit.

"Baiklah, kita bisa memesan makanan kan."

"Baik! Kau yang bayar." Renjun menaikkan alisnya disertai senyum miring di wajahnya. Mark tidak bisa untuk berkata tidak pada lelaki di sebelahnya. Lelaki yang sudah lama menjajah hatinya tanpa yang bersangkutan itu tahu.

-tbc-

Ini pendek banget. Jangan timpukin aku wkwkwkwkwk aku lupa kalau ini hari Jumat. Kok ya cepet banget sih guys? Kalian ngerasa begitu nga? Perasaan baru kemarin minggu udah Jumat lagi aja. Hmmmm. Ok, kalau sempat, aku nga janji sih, tapi Minggu aku update lagi hehehehehehehe

With all of my heart, ar

■181019■

[bl] love me like you do✔Where stories live. Discover now