31. Bimbang

1.1K 50 0
                                    

Olivia, duduk bersandar di dinding kamarnya sambil menatap layar hapenya, yang menampilkan sebuah roomchatnya dengan  Gara yang masih kosong, karna diantara keduanya tidak ada yang mengirimi pesan satu sama lain.

Olivia bimbang, mau mengechat duluan atau tidak. Jika kalian ingin tau Olivia mendapatkan nomor WhatsApp Gara dari mana? Jawabannya adalah dari bio facebook milik Gara, yang memang mencantumkan nomor hape di sana. Olivia tadi sengaja stalking sebentar untuk mendapatkan nomor Gara, untuk sekedar menyapa cowok itu lewat chat tapi ia tak berani.

Olivia sudah berkali-kali mengetikan pesan, tapi ia selalu menghapusnya sebelum dikirim ke nomor tujuan. Alasannya simple. Malu. Apalagi foto profil WhatsAppnya adalah fotonya sendiri, ia harus cepat-cepat mengantinya takut nanti dia beneran ngechat Gara, terus Gara ngenalin dia di sekolah kan malu.

"Aduh, gue ngechat apaan yah." gumam Olivia sambil mengigiti bibir bawahnya.

"Say hai, aja deh, siapa tau dia
bales."

Olivia mengetikan sesuatu pada kolom pesan, lima menit selanjutnya ia merasa bimbang sendiri, antara menekan tombol pesawat atau menghapus chat yang sudah ia ketik susah payah walau hanya sebatas dua patah kata.

Hingga tanpa sadar, jari tangannya menekan tombol pesawat, hingga chatnya pun terkirim, detik itu juga ia jingkrak-jingkrak tidak jelas, sambil mengerutu sendiri karena tindakan bodoh yang baru saja ia lakukan.

"Yah, pake ke kirim segala lagi, yah gimana dong ini." gumamnya sambil terus menatapi roomchatnya yang hanya tertera kata 'hai' saja, walau Gara sedang online, Gara tak kunjung membaca chatnya, apalagi membalasnya.

Sampai akhirnya, sebuah ketukan pintu kamarnya, membuatnya langsung bergerak menuju pintu lalu membukanya, ia melihat Mamanya di sana, dari ambang pintu kamarnya.

"Liv, tuh di depan ada Aras, lagi nangis-nangis nggak jelas, nggak tau kenapa, abis ditanyain Mama dia cuma diem aja, coba deh kamu samperin, kayaknya dia lagi ada masalah." ucap Mama Olivia. Lalu berlalu begitu saja, setelah memberi tau Olivia jika Aras datang ke sini.

"Kenapa lagi sih sama tuh bocah, ada-ada aja," gumam Olivia, sambil menutup pintu kamarnya dan berjalan menuju ruang tamu rumahnya untuk menemui Aras, ternyata benar cewek itu sedang menangis sesegukan dengan cepat Olivia langsung duduk di samping Aras.

"Kenapa Ras, kok nangis?" tanya Olivia dengan nada khawatir. Aras tak membalas, dia masih menangis sambil mengusap air matanya yang terus mengalir tanpa henti.

"Yaudah deh terusin aja nangisnya, abis itu lo cerita ke gue yah tentang masalah lo, siapa tau nanti lega."

Detik berikutnya, Aras berhenti menangis, dan hanya menyisakan sesegukan kecil saja, cewek itu kini mengeluarkan suaranya setelah sekian lama diam.

"Liv, gue bingung. Gue bingung harus gimana."

"Bingung gimana maksudnya Ras, gue nggak paham, beneran." ucap Olivia dengan dahi mengerut tajam.

Aras mengigiti bibir bawahnya. Sungguh kata-kata yang diucapkan Aras selanjutnya membuatnya sangat terkejut bukan main.

Jadi, masalahnya ini, pantesan dia nangis bombay kayak gini.

Olivia mengusap bahu Aras diiringi senyuman. "Saran dari gue, lo turutin aja kata hati lo, gue yakin yang dikatakan oleh hati lo, gue yakin itu akan menjadi hal yang paling terbaik buat lo." ucap Olivia.

Aras mengangguk, lalu berlahan memeluk tubuh Olivia erat-erat, air matanya luruh lagi, hingga membasahi baju yang digunakan Olivia, Olivia menyadari itu, tak apa katanya, jika seperti ini membuat Aras lega, Olivia rela bajunya basah oleh Aras.

"Makasih yah Liv, udah mau dengerin keluh kesah gue, lo memang temen sekaligus sahabat terbaik gue."

Gue belum ngerasa jadi temen sekaligus sahabat terbaik lo Ras, gue yakin setelah lo denger gue suka sama Gara, lo bakalan ngebenci gue, persis kayak Fira waktu itu.

Give Me GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang