Sudah satu minggu ini Olivia berada di rumah sakit ini. Ia sudah siuman, kondisinya pun kini semakin membaik, dan sudah dibolehkan untuk pulang ke rumah.
"Ma, lihat hape Oliv nggak?" tanya Olivia sambil menatap Mamanya yang sedang membereskan baju-bajunya ke dalam tas besar.
Mamanya menoleh. "Nggak tau sayang. Mungkin kelempar kali pas kamu kecelakaan."
"Yahh..." Olivia memberengut.
"Nggak usah sedih gitu dong. Nanti biar Mama beliin lagi deh."
Bukan itu yang ia harapkan, ia hanya ingin hape lamanya kembali kepelukannya lagi, karna di sana ada banyak sekali kenangan tentang Gara.
"Gimana Ma, udah selesai beres-beresnya?" tanya Papa Olivia dari ambang pintu.
"Udah kok Pa."
"Yaudah ayo pulang sayang." ajak Mamanya sambil memapah Olivia dan berjalan keluar dari rumah sakit ini.
***
Lima hari kemudian.....
"Liv, ada yang nyariin kamu tuh." ucap Mama dari ambang pintu kamarnya.
Olivia yang sedang membaca novel kini menoleh dan menutup novel bacaannya. "Siapa Ma?"
"Lihat aja di depan." ucap Mamanya lalu pergi.
Olivia angkat bahu, lalu berjalan menuju ruang tamu rumahnya. Kemarin teman-temannya, Fira, Avita dan Ria sudah datang kemari untuk menjenguknya karna ia memang belum sekolah kembali selama lima hari ini, karna kepalanya masih sering pusing. Yang ia bingungkan Aras tidak ikut menjenguknya. Entah ada apa dengan bocah itu.
Saat ia menuruni satu persatu anak tangga, ia melihat seorang cowok berpotongan rapi sedang duduk di sofa ruang tamunya. Sepertinya ia mengenal siapa orang itu, jangan bilang dia itu.....
"Gara?" ucap Olivia dengan wajah terkejut saat dia sudah berdiri di samping Gara.
"Erm, hai." ucap Gara sambil mengangkat tangan kanannya, melambai ke arah Olivia.
"Jelasin." perintah Olivia.
Gara berdeham, lalu mulai menjelaskan. "Gue tau rumah lo, dari nyokap lo, dia yang kasih alamatnya sendiri. Terus, gue udah tau lo kok, lo Oliv yang sering chattingan sama gue satu bulan ini dan hampir mau ketemuan sama gue tapi sayang mengalami kecelakaan." jelas Gara. Olivia tercengang.
"Terus tujuan lo ke sini apa?"
"Mau nyatain perasaan."
"Ke siapa?"
"Ya ke elo lah, masa ke tembok sih." ucap Gara mulai geram.
"Gue masih nggak ngerti deh." kening Olivia mulai berkerut-kerut karna bingung.
Gara berdecak. "Perlu gue jelasin lagi? Perlu lo tau yah Olivia Sagita---"
"Dari mana lo tau nama panjang gue." ucap Olivia menyelak dengan berapi-api.
"Bentar dulu nanyanya, biar gue jelasin dulu." Olivia mengangguk.
"Olivia Sagita, perlu lo tau yah, gue udah sangat jatuh cinta ke lo, ralat, lebih tepatnya gue jatuh hati sama lo bahkan semenjak kita belum bertatapan muka kayak gini, saat kita chattingan gue merasa sangat nyaman sama lo. Jadi, Olivia, will you be my girlfreind?"
Olivia membeku, detakan jantungnya pun mulai tak terkendali, pasokan udara pun rasanya menghilang, ia sepertinya mau pingsan, tapi tak jadi, karna takut Gara jadi ilfiel.
"Seharusnya gue nggak nanya yah, soalnya gue udah tau jawabannya, lo pasti mau." imbuh Gara dengan pede yang segede gaban itu.
Olivia terkekeh dengan gelinya. "Ih, pede banget lo. Tau dari mana kalo gue bakalan mau?"
"Dari sini." Gara mengangkat hape milik Olivia tinggi-tinggi, membuat Olivia mendelik tak percaya.
"Lo udah baca semuanya?"
"Udah."
"Balikin..." Olivia merengek sambil berusaha mengambil hapenya dari tangan Gara, tapi Gara terus meninggikan hapenya sehingga Olivia tak dappat mengapainya.
"Nggak, sebelum lo jawab pertanyaan gue tadi."
"Mauuuu.... Sekarang balikin."
"Mau apa dulu." sergah Gara.
Olivia berdecak kesal, "jadi pacar lo."
Gara tersenyum penuh kemenangan. Lalu mengembalikan hape milik Olivia.
"Yaah, semuanya udah pada jadian, Fira tadi juga abis jadian sama Agam. Lha gue kapan dong." ucapan dari Aras itu, langsung membuat dua sejoli yang baru saja jadian ini menoleh secara bersamaan.
"Aras? Ras, gue bisa jelasin kok." ucap Olivia mulai panik.
"Nggak perlu dijelasin Liv, gue udah ikhlasin Gara buat lo kok, lagian gue juga udah naksir sama cowok lain. Gara, tolong dong comblangin gue sama Radit, cowok mata sipit yang temen sekelas lo itu, yah, yah..." Aras merengek.
Gara terpaksa mengangguk. Olivia terkekeh, sedangkan Aras tersenyum malu-malu.
-TAMAT-
a.n yeay tamat juga akhirnya, makasih buat yang baca 💕💕 ini short story kedua aku setelah Chatting With Reyhan. Sekali lagi makasih yang udah baca 😄 sayang kalian semua ❤ masih ada tiga bonus chapter kok yang nanti aku publish, jadi tetep stay tune yah, jangan hapus dulu cerita ini dari perpustakaan kalian. Oke see you, bye-bye.
Salam,
Dari aku yang nggak jadi bikin sad ending. Hew hew hew 😂.

YOU ARE READING
Give Me Gara
Short Story"Sampai sekarang gue masih sama kayak dulu, yang diam-diam suka merhatiin elo, yang diam-diam menyukai lo dan yang diam-diam mengagumi lo. Capek sih, kayak gini mulu, tapi mau gimana lagi, gue bisanya cuma kayak gini doang, nulis dimemo hape gue aja...