Menyesal

700 41 0
                                    

Septi yang istirahat siang tidak mau ke tempat praktik lagi hari ini. Ia lelah, pikirannya yang lelah. Ia mengusap matanya dengan kasar. Ia tidak akan menangis lagi. Kering sudah air matanya untuk semua kesedihan ini.

Tidak ada gunanya untuk menatapi semua hal yang telah terjadi. Ia seorang wanita kuat.

"Engkau akan selalu ada dalam kenangan saya Aa.. "

"Walaupun Aa. tidak lagi mencintai saya.. biarlah saya yang mencintai Aa.."

"Maafkan saya jika tidak terbuka akhir-akhir ini.. "

"Saya sangat tertekan dengan meninggalnya putri kita itu."

"Bayi mungil tanpa dosa yang harus dengan cepat meninggalkan dunia ini."

Septi terduduk di sofa dengan pandangan kosong. Ia menonton TV tanpa minat.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 3 sore. Ia mengatuk dan memejamkan matanya lalu tertidur dengan cepat di sofa depan TV dengan posisi memeluk tubuhnya sendiri seolah kedinginan dan kesepian.

Satu jam berlalu, pintu kamar tidur terbuka dan seorang lelaki mendekati Septi. Lelaki ini mengusap lembut pipi wanita yang sudah menjadi istrinya selama ini.

Yah, Giri menatap dengan penuh penderitaan pada wajah istrinya yang tenang. Ia akan membuat keputusan sulit untuk mereka berdua. Semoga mereka akan bahagia kedepannya nanti.

Dengan tangan agak gemetaran, Giri berlalu untuk masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri lalu ke tempat praktik istrinya dan menemui Nini untuk memberikan wanita itu apa yang patut di terimanya.

***

Giri sudah menemui Nini di tempat praktik. Nandini staff satunya sang istri melihat dirinya dengan pandangan seolah ingin membunuh. Giri sih santai saja, toh dirinya yang berurusan dengan Nini bukan dengan Nandini.

"Ni.. nanti jangan lupa ya, hari Minggu kamu kan libur, aku setelah pergi ke rumah mertuaku akan kembali untuk menemui kamu." ujar Giri dengan tersenyum misterius.

Nini berteriak kecil dan bertepuk tangan senang. Sedangkan, Nandini ingin mencolok mata Giri dan Nini dengan jarum suntik melihat kelakuan kedua orang tersebut.

"Baiklah kang, aku akan siap dengan gaun yang telah akang berikan tadi siang.. btw, gaunnya cantik." balas Nini renyah malah membuat Andini ingin muntah tapi ia akan tetap memantau wanita itu agar tidak hilang kendali pada Giri. Kalau sampai Nini berbuat hal yang tidak senonoh, Nandini akan menjambak rambutnya nanti ancam Nandini dalam hati.

Giri tersenyum lebar dan menatap Nandini dengan sorot mata misterius. Lelaki itu seolah mengatakan padanya untuk bersiap-siap akan sesuatu hal yang terjadi di tempat praktik ini.

"Ok.. aku masuk ke rumah induk dulu untuk istirahat.. bye Ni?" ujar Giri pada Nini tapi tidak pada Nandini.

Nini berdiri dan menari dengan senang. Nandini menganggap Nini sudah gila begitu pula dengan suaminya Septi. Ia sepertinya bisa meracik obat untuk Giri agar lelaki itu otaknya sadar kalau berbuat seperti ini akan menyakiti banyak pihak.

"Dasar lelaki bodoh." desis Nandini sendirian. Nini malah cengar-cengir saja.

Dengan wajah sumringah Giri masuk ke kamar tidur dan mengangkat istrinya untuk tidur di ranjang. Ia walaupun agak tidak peduli dengan istrinya tapi wanita ini masih tetap istrinya. Ia tidak akan membawa wanita ini ke rumah mertuanya dalam keadaan tidak enak badan karena tidur di sofa sempit.

"Cepi.. Cepi.. kamu ini sudah membuat masalah bagi kita.. "

"Aku berkali-kali mencoba mendekati kamu, tapi kamu tidak ada respon.."

PERJALANAN CINTA {Geng Rempong : 8}Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin