prolog.

6.9K 764 7
                                    

Pagi ini suhu menurun menjadi lebih dingin dari pagi sebelumnya. Padahal baru memasuki bulan kedua musim gugur, namun suhu telah berangsur turun begitu cepat.

[Full name]. Gadis remaja dengan tingkat sensifitas cukup kritis mengenai dingin, kini telah siap dengan syal dan kaus kaki panjang. Di kantungnya juga tersimpan dua handwarmer dan beberapa cadangan lain di tas. Tadinya, ia ingin lengkap memakai earmuff juga. Namun merasa berlebihan sementara masih masuk musim gugur, jadilah ia hanya membawa stok handwarmer lebih saja.

"[Name],"

Ibunya memanggil, menghampiri [name] yang masih merapikan kembali lilitan syalnya. Wanita itu memberikan segenggam bungkusan langsung ke telapak tangan anaknya. Ginger Candy. Keluarga [name] selalu membuat permen itu saat mulai masuk musim dingin.

"Ma, buat apa aku membawa sebanyak ini?" tanya [name] kemudian. Melemparkan tatapan 'mengapa' pada ibunya itu. 'Aku, kan tidak suka permen jahe,' batinnya melanjutkan bicara. Tak berani berucap langsung dan membuat raut kecewa di wajah ibunya yang sudah membuatkannya permen jahe tersebut.

Ibunya lagi-lagi memberikan senyum, respon biasa kala anaknya itu terus menanyakan kenapa ia selalu memberi banyak permen jahe. Padahal wanita itu hanya khawatir pada anaknya yang sensitif terhadap dingin tersebut.

Lelah terus menjawab jawaban yang sama, wanita berkepala tiga itu lantas membalikan punggung anaknya. "Sudah bawa saja," katanya seraya menepuk bahu [name].

[Name] mendesah. Menurut saja, ia lalu memasukan beberapa bungkus permen itu ke dalam tasnya. "Aku lebih baik mengunyah handwarmer-ku daripada permen jahe," celetuk anak itu. Membuat ibunya menoyor kepalanya pelan.

Membalikan tubuh lagi, [name] lantas memberikan senyum. Sebelum akhirnya ia melangkah pergi ke sekolah.

"Aku pergi, Ma!"

.

.

.

continue

ginger candy » kei tsukishima.Where stories live. Discover now