five.

3.6K 588 6
                                    

Kakinya menyusuri koridor. Tangannya menggenggam erat handwarmer yang hampir menetral di sakunya. Kepalanya bercelinguk, dengan seluruh leher yang ia tenggelamkan ke dalam syal. [Name] tidak bisa lagi menunggu lama. Mengantri di kantin hanya akan membuat handwarmer-nya semakin netral. Ia butuh yang hangat. Dan mesin minumanlah yang menjadi sasarannya kini. Walau ia juga agak lapar.

Pilihan yang paling dekat memang mesin minuman di belakang gymnasium jika memang datang dari arah kantin. Maka dari itu [name] melangkah ke sana. Agak ragu juga karena ia harus menyusuri koridor luar di mana dingin akan langsung menusuk wajahnya.

Terdiam di tempat kala maniknya mendapati sosok yang baru saja keluar dari pintu gymnasium, dia pun mengangkat tangannya yang dibalut kain halus; menyapa pemuda itu. Tsukishima Kei.

Kei, tidak membalas, lantas berbelok dari arah pintu. Sepertinya tujuan mereka sama.

"Kau sedang berlatih?" tanya [name] kemudian. Melongok seraya melangkah pada pintu gymnasium yang terbuka lebar.

"Hanya pengarahan," itu jawaban Kei. Terdengar singkat, namun memang itulah faktanya.

Mereka pun berbelok ke belakang gymnasium. Kei yang sampai lebih dulu lantas memasukan koin ke dalam mesin. Maniknya memilih.

[Name] di belakangnya mengeluarkan handwarmer, merasa-rasanya ke pipi, mengecek apakah masih hangat atau tidak. Tidak menyadari manik yang tadi memilih minuman itu kini telah melirik ke arahnya.

"Kau suka susu stroberi?" Kei tiba-tiba bertanya. Diikuti kemudian suara kelontang khas kaleng minuman jatuh.

[Name] yang masih sibuk dengan itu lantas menjawab tanpa menatap yang berbicara, "hm, enak." jawabnya agak tidak nyambung.

Mendapat jawaban, Kei pun merunduk. Mengeluarkan dua minuman yang ternyata telah di pesannya, salah satunya teh jahe.

Dan susu stroberi yang kini ia sodorkan ke hadapan [name].

Gadis itu menatap kotak susu, sebelum merayap naik menatap manusia yang memegangnya.

"Ini buatku?" [name] mengeluarkan suaranya.

Kei mengangguk. Mencoba menatap tanpa getar gadis tersebut.

Mendapat respon positif, [name] pun meraih kotak susu tersebut. Alih-alih berterimakasih, [name] malah mengatakan hal lain.

"Ah, aku inginnya kaleng, biar terasa hangat." ucap gadis itu. Lantas malah mendekat ke arah mesin minuman. Melongok isi di dalam sana. Apa yang telah didapatinya di dalam kini hanya tinggal kaleng bersisihkan tulisan 'jahe'. Melihat itu sontak dia memutar, melihat kaleng yang dipegang Kei.

Teh jahe.

[Name] berpikir, apakah mungkin Kei sebenarnya lebih ingin susu stroberi yang ada di tangannya daripada teh jahe namun memilih mengalah?

[❄❄❄]

"Karoke?"

Seorang gadis mengangguk semangat. Duduk di atas meja. Kini kelas sedang dalam jam kosong. Teman-temannya yang lain berkerumun di baris depan. Saling mengobrol dan berbagi.

"Iya, biasanya remaja akan menghabiskan malam natalnya dengan teman maupun kekasihnya. Ya, kalau tidak ada acara dengan keluarganya, sih." jelas salah satu dari murid itu. Yang menyetujui ajakan untuk berkaroke di malam natal.

"Wah boleh, boleh! Sekelas harus datang, ya. Biar seru. Sebelum kita pisah kelas di tahun berikutnya." Sambung yang lainnya ikut menyetujui.

[Name] salah satu murid yang ikut mendengarkan tukar-menukar pembicaraan di baris kedua tersenyum. Hanya membayangkannya saja rasanya sudah terlihat seru menghabiskan natal bersama teman sekelasnya ini.

Yamaguchi yang berdiri di belakang kursi [name] ikut berbinar semangat, sebelum dia menurunkan atensinya pada gadis yang masih saja meremas handwarmer. "Kau mau ikut, [last name]?" tanya laki-laki itu kemudian.

Mendengar suara dari arah belakang, [name] pun memutar kepala. Dia lantas tersenyum saat baru tersambung dengan pertanyaan tiba-tiba di tengah kebisingan yang lain.

"Aku tidak ikut sepertinya." Jawab [name] pada akhirnya.

Salah satu temannya di sekitar situ yang mendengar jawaban [name] lantas menyambung, "yah, kok kamu tidak ikut?" tanyanya. Membuat murid lain di sana kini serempak menoleh ke arah [name].

Melemparkan senyum, [name] lantas berucap, "maaf ya, tapi aku tidak dapat memastikannya bisa ikut atau tidak."

"Kenapa?" Yang lain ikut bertanya. [Name] sudah menjadi bagian dari kelas ini. Apalagi belakangan terakhir, gadis itu selalu membagi kehangatannya; permen jahe ke setiap meja.

Jeda sejenak, [name] pun menjawab singkat, "dingin." diikuti dengan senyum menyipit.

Merasa bagai lelucon, temannya itu terkekeh. Mengatakan bahwa [name] harus ikut menghabiskan waktu di malam natal bersama.

[Name] sendiri tidak yakin. Jika salju telah turun sejak itu, maka [name] tidak akan bisa ke luar rumah. Jadilah ia saat ini hanya membalas formal seperti, 'iya aku usahakan' sambil tertawa renyah menutupi kekhawatiran dirinya.

Tsukishima Kei yang tidak ikut menimbrung di baris depan sana hanya bisa mendengarkan dari kursinya. Seraya mengecap hangat khas dari permen jahe, dia menatap ke luar jendela di seberang barisan.

.

.

.

continue

ginger candy » kei tsukishima.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora