four.

3.8K 604 1
                                    

[Name] melilitkan syal ke lehernya. Memakai kaos kaki dan memakainya lagi dengan ditumpuk. Dia berpikir, mungkin perlu di coba juga saran Tsukishima Kei tentang mengolesi tubuhnya dengan salep. Mungkin akan membuat hangat, dibanding berdouble-double dalam pakaian. Dia kemudian lantas tertawa, aneh juga cowok itu.

Memakai sarung tangan sebagai yang terakhir kali sebelum berangkat, [name] pun berbalik. Baru menyadari ternyata ibunya sudah ada di belakangnya.

"Kau tidak apa, [name]?" suara wanita itu keluar dengan lembut. Wajahnya yang terdapat guratan lantaran efek umur melukiskan kekhawatiran. Membuat anaknya yang melihat itu lantas melemparkan senyum.

"Tidak apa, Ma. Lagian ini belum musim dingin." jawab anak itu kemudian.

Masih merasa khawatir, ibu [name] kembali mengingatkan, "jangan terlalu banyak di luar. Ibu selalu memberimu permen jahe agar kau tetap merasa hangat. Semoga itu dapat membantumu."

[Name] hanya tersenyum. Tau kenyataan bahwa ia tidak pernah memakan permen jahe itu entah kenapa malah membuatnya tidak dapat membalas dengan perkataan. Dengan itu ia akhirnya berpamitan.

Merogoh saku, [name] menatapi bungkus permen khas tersebut. Ia sebenarnya paham betul maksud baik ibunya. Hanya saja, rasa trauma waktu dulu pernah mengunyah jahe secara langsung membuatnya masih belum mau mencoba permen ini.

Berjalan ke arah halte, [name] menerawang ke atas. Berpikir entah bagaimana ia akan melewati musim dingin tahun ini.

Tak membuatnya melamun lama, bis pun akhirnya datang. Namun tak benar-benar membuatnya berhenti, [name] kembali melamun seraya menatapi luar saat dirinya sudah mengambil kursi. Tangannya seperti biasa, selalu masuk untuk menggenggam handwarmer.

-----------

"Tsukishima?" [name] melangkah masuk ke dalam kelas yang masih sepi itu. Melewati kursinya di baris kedua, ia berlalu lurus menuju loker belakang. Menaruh beberapa barang di sana. "Kau pagi begini mau apa?" tanya gadis itu yang melihat Kei telah mengganti seragamnya dengan celana hitam dan sweater cream.

"Ekskul, memangnya apa?" jawab laki-laki itu. Terlihat mengurusi lokernya di sana.

[Name] mengangguk. Mengambil cuti di klubnya membuatnya lupa kalau hari ini adalah hari ekskul.

"Voli, ya?" tanya [name] seraya menutup lokernya, kini jadi menatap laki-laki itu. "Eh, aku kadang melihatmu berlari memutari gymnasium, apa itu bagian dari latihan?"

Kei hanya mendehem sebagai tanda positif. Berikutnya, ia juga sudah menutup lokernya, menoleh ke arah lawan bicaranya, Kei mendapati [name] tengah mendekat ke arahnya. Membuatnya hanya menunggu sambil menatap bingung.

"Ini."

Atensi Kei bergerak ke bawah sedikit, melihat apa yang tengah disodorkan gadis itu. Tiga buah permen jahe.

"Kau harus memakannya pagi ini agar sehat. Lari memang bagian dari olahraga, tapi kalau di tengah dingin seperti ini bisa saja membuatmu sakit."

Namun Kei masih belum bergerak. Dia kini hanya menatapi wajah itu tanpa ekspresi. Sampai berikutnya [name] sendiri, lah, yang menggerakan tangan pemuda tersebut. Meraihnya, [name] menaruh tiga permen jahe itu ke telapak tangan laki-laki tersebut.

Kei merasakannya, tangan [name] yang menyentuhnya terasa hangat. Berbeda dengan dingin di sekelilingnya. Tentu saja itu mungkin karena efek sarung tangan yang masih dipakai [name] saat ini. Ditambah gadis itu memang suka memegang handwarmer.

"Aku memberimu permen jahe agar kau tetap hangat. Semoga itu dapat membantumu." Ujar [name] meniru kalimat ibunya tadi pagi seraya melukis senyum.

Kei yang melihatnya entah kenapa merasa tak betah. Lantas ia mengalihkan pandangannya. Mau tidak mau menerima permen yang sudah diambil alih olehnya. Dia berbalik, namun belum juga berjalan, Kei ternyata ingin berbicara.

"Tidak usah pedulikan orang lain. Urusi dirimu sendiri, kau yang sering kedinginan." Katanya, lalu melangkah pergi.

[❄❄❄]

Akhir musim gugur berlalu cukup cepat. Kini awal musim baru pun kembali di mulai. Di mana putih akan segera menghampar dengan dingin ikut berselimut.

Uap yang keluar dari mulut [name] terlihat tebal. Tanda bahwa suhu tubuhnya berbanding terbalik dengan suhu lingkungannya. Gadis itu berjalan nampak cukup lesu memasuki kelasnya. Di depan baris ia terdiam sejenak. Seolah mengumpulkan tenaga. Hingga kembali berjalan, [name] pun mengeluarkan segenggam permen yang biasa ia bagikan. Kini tiga buah per meja. Nampaknya, ibunya itu hari ini membawakan lebih banyak untuknya.

Melirik salah satu meja yang tumben masih kosong, [name] memutuskan untuk menambah lagi dua permen di sana. Padahal laki-laki itu biasanya sudah datang sambil menenggelamkan kepala. [Name] kemudian menaruh permen tersebut dalam laci meja. Sementara sisa permennya yang lain sengaja di simpan untuk yang meminta lebih. Ada juga untuk Yamaguchi. Laki-laki yang telah dengan ikhlas memberikan bukunya untuk dicontek, atau sekadar menyalin catatan. Itu tandanya untuk berterimakasih.

Karena [name] tidak akan bisa memberikan terimakasih lewat chrismast gift seperti remaja lainnya.

.

.

.

continue

ginger candy » kei tsukishima.जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें