Serendipity Pertama - Potret Berkas Ingatan

12.6K 489 231
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Alarm di ponsel berbunyi ketika jam dinding mengarah ke angka sembilan, dan aku sedang mengeringkan rambut dengan handuk di depan lemari.

Kutolehkan kepala ke tempat tidur sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Yee, telat lo! Gue udah bangun dari tadi, malah udah mandi juga. Dan elo baru bunyi?"

Aku menggeleng puas seraya mencari kaus di antara tumpukan yang mulai tak beraturan. Nyaring alarm yang tak jua berhenti membuat pengang di kuping semakin menjadi.

Kutarik kaus berwarna abu-abu dengan asal untuk segera mematikan alarm. "Buset, sabar kek, berisik banget. Gue udah bangun ini, yaelah."

Belum sempat menghampiri tempat tidur, sebuah buku terjatuh tepat di samping kakiku. Aku mengernyit menatapnya, namun lekas beranjak mematikan alarm yang masih terus bersuara tanpa ada jeda.

Dering panggilan yang tiba-tiba hadir membuatku terlonjak dan melempar ponsel kembali ke atas kasur. Aku berdecak kesal, mengangkatnya dan bersiap ingin memaki namun sudah lebih dulu disemprot oleh si penelpon.

"Nyet, elo di mana? Ini semua udah pada ngumpul elah, ketinggalan pesawat baru tahu rasa lo!"

Aku menekan pengeras suara lalu mulai memasukkan beberapa barang ke dalam ransel. "Sabar, ini gue udah mau jalan. Mepet-mepet dikit paling entar pas nyampe. Bilang aja sama pilotnya, suruh tungguin gue gitu."

"Emang ini pesawat bapak moyang lo? Buruan! Kalo sampe ketinggalan—"

Kujepit telepon di antara bahu kanan dan telinga sambil mencangklong ransel dan kamera yang tergeletak di atas meja di sudut ruang. "Kalo sampe gue ketinggalan, ya nggak bakal ada yang foto sama bikin videonya lah."

"Eh si anak kampret. Itu elo tahu, ya makanya cepetan kek."

Aku terbahak, masih santai menanggapi kecemasan teman-temanku yang berulang. "Gimana gue mau cabut kalo elo masih nyerocos di telepon? Kan gue mau pe—"

Keping Ingatan (Elegi Renjana)Where stories live. Discover now