Kadang, ada hal yang nggak bisa disampaikan secara langsung. Nggak bisa dibilang sedikit, tapi bukan berarti banyak juga. Hanya kalau dibicarakan lewat kata-kata terkesan berlebihan dan cenderung bikin malu hingga ujungnya canggung.
Percaya nggak percaya, kita itu sebenarnya selalu punya firasat kalau akan ada yang terjadi beberapa waktu ke depan. Tapi kitanya aja yang nggak sadar dan tahu itu maksudnya apa. Pun nggak sedikit juga orang yang paham betul arti dari tanda-tanda semesta.
Ya, itu juga yang jadi salah satu penyebab kotak kayu yang sekarang berada di tangan Utara diberikan oleh pemiliknya sehari sebelum segalanya menghilang dari jangkauan. Karena ia lebih dari sekadar paham, surat-suratnya harus sampai. Segala rangkaian kalimatnya juga harus diterima dalam waktu yang tepat. Seperti hari ini. Saat semuanya sudah kembali berkumpul, dan sudah lebih dari cukup untuk menerima apa-apa yang telah berakhir.
"Jangan buka sekarang, nanti aja di rumah, pesen doi sih gitu. Sumpah demi apa pun gue gatau isinya. Jangankan punya kalian, punya gue aja baru berani gue sentuh hari ini."
Begitulah kalimat yang mengiringi amplop-amplop berwarna putih bersih itu sampai di tiap persona yang masih lekat menatap apa yang ada di genggaman mereka tanpa berkedip.
Dan ya, inilah waktunya untuk semesta yang menjadi perantara satu per satu kata itu sampai pada pemiliknya. Bersiap ya! Jangan dulu ke mana-mana. Jangan coba alihkan dan berhenti hanya di satu paragraf. Karena pesannya akan sampai dengan rasa yang utuh jika diberi perhatian penuh.
Untuk kalian, segalanya tersurat di sini....
***
***
YOU ARE READING
Keping Ingatan (Elegi Renjana)
ספרות נוערBila selamanya hanyalah sementara, mungkin memang benar beberapa kenangan akan menghilang bersama ingatan yang memudar. Tapi bagaimana jika ingatan itu tak hanya dibawa oleh satu persona? Yang kemudian masing-masingnya kembali bersua dalam satu titi...