[2] Dua Oknum Semalam

353 27 7
                                    

⚠️
Biar nanti bacanya nggak bingung jadi aku taruh di awal, hehe.

🔻
[1] Xie xie: Terima Kasih
[2] Shifu: Sebutan bagi orang-orang yang ahli pada suatu bidang. Juga biasa digunakan untuk menyebut bapak-bapak penjaga gedung.
🔺


 🔺

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.


"Shel," sapa Melda ketika keduanya tak sengaja bertemu di lobby asrama.

"Dari mana Mel?" tanya Shelda ramah.

"Dari bultang tadi sama si Wendy."

"Oh, kalo gitu gue duluan ya," pamit Shelda lalu kembali melanjutkan perjalanan menuju pasar kecil yang berada di sekitaran asrama.

Sudah dua bulan ini dia menetap di asrama, yang berarti sudah selama itu pula ia berada jauh dari keluarga. Tinggal jauh dari rumah membuatnya sadar kalau rasa nyaman itu harganya begitu mahal. Di rumah, dia lapar tinggal makan karena Oma pasti sudah masak sedari pagi. Sementara sekarang, kalau dia tidak masak ya sudah, kelaparan.

Tinggal di asrama membuat bobot tubuhnya menyusut akibat sering skip makan karena malas masak, ditambah terlalu pelit untuk makan di luar, apalagi memesan makanan melalui aplikasi pesan-antar dari ponselnya.

Tapi karena ini awal bulan, dia tidak perlu berpikir dua kali untuk pergi belanja. Setelah mendapatkan beberapa bahan makanan yang diperlukan, dia juga membeli beberapa camilan kesukaannya.

Kini gadis itu kembali melanjutkan perjalanan untuk kembali ke asrama, tidak lupa mampir ke lobi bawah untuk membeli segalon air serta roti titipan Karina.

"Xie xie Shifu," ucapnya yang berterima kasih kepada satpam asrama karena sudah berbaik hati membantunya membawa galon air sampai masuk ke dalam lift.

"Wait! Wait!" pekik seseorang sebelum pintu lift benar-benar tertutup. Shelda yang mendengarnya pun reflek menekan tombol, mencegah pintu lift tertutup demi membiarkan pemuda itu masuk. "Thanks."

Shelda hanya tersenyum ramah menanggapinya. Pemuda asing itu melirik ke samping, mengamati sosok Shelda yang kedua tangannya penuh dengan tas plastik besar.

Melihat Shelda yang kesulitan membawa belanjaan, pemuda asing itu pun menawarkan bantuan.

"I'll help you carry this," ujarnya lalu mengangkat galon air itu tanpa beban.

"Thank you," balas Shelda.

"Just leave it here, I'll take it later." imbuhnya, tak enak hati dengan si pemuda asing yang sudah mau membantunya ini.

"No, no. It's okay." Pemuda asing itu kukuh ingin membawakan galon air itu hingga ke depan pintu kamar. Melihat senyuman ramah pemuda itu Shelda pun tak kuasa menolak, hitung-hitung mengurangi bebannya juga kan.

"Thank you." Shelda berujar ramah dengan seulas senyum di wajahnya.

"No problem," balas si pemuda sembari tersenyum ramah kemudian berjalan melewati lorong, lalu berbelok ke kanan menuju lift.

Shelda menggunakan lengan kanannya untuk mendorong pintu kamar yang tidak terkunci, ada Karina sedang duduk di meja belajar.

"Kayak ada suara cowok?" tanya gadis itu sembari menghampiri Shelda, meraih salah satu tas plastik dari tangannya, sementara Shelda kembali keluar untuk membawa masuk galon air.

"Tadi ada orang yang bantuin bawa galon." jawab Shelda sembari mengeluarkan satu per satu belanjaannya.

"Siapa? Cowok sebelah?" tanyanya menduga-duga.

"Ya nggak mungkin lah," balas Shelda cepat. Selama dua bulan dia hidup di sini, dia sama sekali tidak pernah berinteraksi dengan penghuni kamar sebelah yang notabennya adalah tetangganya sendiri.

"Kirain." kata Karina.

"Tapi tadi gue bareng sama dia di lift," ucap Shelda, "sama cewek." 

"Tuh kan, apa gue bilang. Semalem tuh gue nggak salah denger." Karina berucap heboh.

"Udah gue bilangin juga, gue nggak percaya kalo belum denger sendiri." Shelda berkata sambil terkekeh.

" Shelda berkata sambil terkekeh

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
Sweet Sour SyrupHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin