[7] Cowok Brengs*k

165 24 2
                                    

'Dasar cowok brengs*k,' batin Shelda melihat bagaimana pemuda itu begitu tega mengusirnya di saat dunia di sekitarnya masih terasa berguncang seperti sekarang.

Dia menyibakkan selimut tebal dari tubuhnya lalu perlahan beranjak dari atas ranjang. Dia meraba-raba dinding demi menuju pintu lalu meraba daun pintu. Kedua matanya masih terlalu berat untuk terbuka.

Bram hanya menatapnya dari atas kursi di dekat meja belajar. Dia meraih kartu kamar di dekatnya lalu mengikuti Shelda. Pemuda itu memasukkan kartu kamar 823 lalu membukakan pintu kamar gadis itu tanpa banyak bicara, dan segera kembali ke kamarnya sendiri.

Shelda masih terhuyung-huyung masuk ke dalam kamarnya sebelum akhirnya dapat merebahkan diri di atas ranjangnya sendiri. Kamar masih sepi, berarti Karina belum kembali. Dia menarik selimut tebalnya hingga menutupi sekujur tubuhnya yang terasa menggigil.

Di kamar sebelah, ada Bram yang nampak bersiap-siap akan menemui kekasihnya malam ini. Dia mengeluarkan salah satu sepatu terbaiknya dari dalam kotak, lalu mendengus begitu melihat sepatu tetangga sebelah masih tergeletak di depan pintu kamar.

Dia melirik pintu kamar 823, bahkan gadis itu meninggalkan kartu kamarnya di luar. Bram menghampiri pintu kamar sebelah lalu menarik kartu kamarnya, memastikan pintunya benar tertutup sebelum berbegas pergi.

Pemuda itu pergi menemui kekasihnya dengan mengantongi kartu kamar Shelda. Sama sekali tidak berniat mengembalikannya meski dia barusan berpapasan dengan teman sekamar gadis itu.

Karina dan Melda baru saja kembali dari acara makan bersama di salah satu restoran, "Kayak pernah lihat."

"Apa?"

"Cowok barusan ..." jawab Melda.

"Oh, dia tetangga gue yang pernah gue ceritain." Karina menyahut malas.

"Yang berengs*k itu?" tanya Melda memperjelas. Karina hanya mengangguk membenarkan.

"Lah, kayak pernah lihat," ujar Karina sembari menunjuk sepasang sepatu yang tergeletak di depan pintu kamar 822.

"Mirip sepatu Shelda bukan, sih?"

"Lah, iya." Karin membenarkan, lalu buru-buru menghampiri pintu kamarnya, ingin memastikan keberadaan Shelda. Apakah gadis itu ada di dalam atau tidak?

"Shel," Karina bernafas lega begitu menemukan Shelda yang sedang terbaring di atas ranjang.

"Badannya anget, Rin." Melda memberi tahu. Karina pun segera mengeluarkan plester penurun panas yang sengaja dibelinya tadi, lalu menempelkannya ke dahi gadis itu.

"Udah minum obat?" tanyanya penuh perhatian, Shelda hanya menggeleng lemah.

"Ya udah, makan dulu nih. Tadi kita beli in huang men ji." suruh Melda sembari membukakan penutup makanannya.

Shelda merasa paling sedih dan kecewa ketika dirinya harus merepotkan orang lain seperti sekarang, tapi dia tetap bersyukur karena Tuhan sudah memberikan teman-teman yang peduli padanya seperti sekarang.

Makasih Rin, Mel, ujarnya tulus dalam hati.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sweet Sour SyrupWhere stories live. Discover now