[12] Jiao zi

76 17 16
                                    

Setelah berusaha mencuri dengar dari balik pintu yang masih tertutup dan sudah cukup yakin, akhirnya Bram melangkah masuk begitu berhasil membuka pintu.

Kamar itu begitu panas. Sepertinya pengatur suhu ruangan dinyalakan terlalu tinggi. Buru-buru diraihnya remote yang ada pada meja di samping ranjang demi menurunkan suhu. Terlalu hangat semalaman juga tidak baik, apalagi untuk tenggorokan.

Fokusnya beralih pada sosok yang terbaring di atas ranjang dan berbalut selimut tebal.

"823." Bram memanggil lirih sampai berkali-kali tapi gadis itu sama sekali tidak merespon.

Ia kemudian mengulurkan lengan, menyentuh dahi gadis itu dengan punggung tangannya. "Panas."

Bram melirik sekeliling, "Dia nyimpen obat nggak ya?"

"Rin," Pemuda itu terkejut mendengar suara parau barusan.

"Obat lo di mana?" tanyanya. Siapa tahu direspon, meskipun kedua mata gadis itu masih terpejam rapat.

"La...ci."

"Hah? Di mana?" tanya Bram lagi, karena yang ia dengar barusan lebih seperti bisikan.

Bram mendekatkan wajahnya, "Laci." ulang gadis itu.

Sebelah tangannya terulur ke samping, membuka laci pertama yang ada, dan ya. Ada sebuah plastik bening berisi obat-obatan di sana.

Baru melihat tulisannya saja ia pusing. Semuanya aksara China yang tidak ia pahami sama sekali.

"823, yang diminum yang mana nih? Ada banyak."

Bram menyerah, gadis di sampingnya ini sama sekali tidak menyahut lagi. Ia berusaha tidak panik dan berlari ke kamarnya. Ada plaster penurun panas sisa kemarin.

Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Bram kembali untuk memasangkan plester penurun panas itu. Kemudian kembali membuka laci, mengambil sebuah handuk kecil yang dibentuk lucu dalam sebuah kotak.

Usai membasahi handuk itu dengan air hangat, ia menyibakkan selimut tebal yang menutupi gadis itu.

Bram membuka kancing kemeja gadis itu satu demi satu dengan santai. Ia menempelkan handuk basah itu ke ketiak si gadis. Sama seperti yang selalu Mamanya lakukan ketika Bram demam.

"Ma, kenapa ngomoresnya di ketiak, sih?"

"Soalnya di ketiak itu ada pembuluh darah besar yang mengatur suhu tubuh. Jadi biar demamnya cepat sembuh harus di kompres pakai air hangat deh ketiaknya."

Setelah mengompres gadis itu, Bram kembali membenarkan selimutnya, menariknya hingga sebatas dagu gadis itu.

"Cepet sembuh, biar nggak nyusahin tetangga mulu." lirihnya sambil berdiri dan berkacak pinggang, menatap gadis yang terlelap di depannya.

Ia kemudian menarik kursi meja belajar perlahan agar tidak menimbulkan suara, lalu duduk dan menatap serius pada layar ponselnya.
Sembari memegang bibir ia berpikir, "Makan apa ya yang enak buat ngeganjel perut?"

"Ini aja deh." pilihannya jatuh pada jiao zi* kukus dengan kuah hangat. Hanya butuh dua puluh menit untuk menerima pemberitahuan bahwa pesanannya sudah ada di meja dekat lobby lantai satu.

Tanpa menunggu lama, ia bergegas turun untuk menggambil makanan pesanannya. Bram menenteng kantong plastik dengan dua kotak sterofoam di dalamnya.

Setelah memindahkannya ke dalam mangkuk kecil, ia meninggalkan makanan itu di atas meja belajar, tidak lupa pula untuk meletakkan kartu kamar 823 di samping mangkok, sebelum dirinya kembali ke kamar.

Setelah memindahkannya ke dalam mangkuk kecil, ia meninggalkan makanan itu di atas meja belajar, tidak lupa pula untuk meletakkan kartu kamar 823 di samping mangkok, sebelum dirinya kembali ke kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*jiao zi: gue bingung jelasinnya gimana. Jadi, langsung kasih gambarnya aja lah ya 👇

 Jadi, langsung kasih gambarnya aja lah ya 👇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sweet Sour SyrupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang