9. First Kiss

16.5K 864 7
                                    


Aku terbangun karna gejolak di perutku yang memaksa naik.

Dengan sedikit berlari aku melangkah menuju kamar mandi dan memuntahkan semuanya di wastafel.

Telingaku seketika berdengung dibarengi dengan denyutan di kepalaku yang terasa semakin berat.

Sial.

Aku memutuskan membasuh wajahku sebelum menatap pantulan diriku sendiri di cermin.

Rambut kusut, wajah pucat, kantung mata dan juga bekas tamparan.

Sungguh menyedihkan.

Aku refleks memeluk perut ku saat sesuatu terasa perih di dalam sana.

"Aku lapar" lirihku.

Jelas, aku belum memakan apapun sejak tadi malam.

Aku mendesah panjang.

Aku memilih untuk kembali berjalan gontai menuju kasurku sebelum sebuah nampan asing yang di letakan di atas nakas menarik perhatianku.

Aku mendudukkan diriku di tepi ranjang dan meraih sebuah note kecil yang di letakan disana.

Makan lah, aku tahu kau kelaparan.
maafkan aku.
- S

Damn! Entah sejak kapan sudut bibirku tertarik menjadi sebuah senyuman kecil.

Mendapati perlakuan manis Savio kali ini berhasil membuat sesuatu menggelitik di perutku.

Kembali aku tatap sebuah nampan berisi dua buah roti panggang, segelas susu beserta dua butir aspirin dalam piring kecil dengan tatapan berbinar.

Persetan. Aku kelaparan dan takan menyiksa diriku sendiri seperti gadis bodoh.

Dengan cepat aku melahap kedua roti itu dengan riang, meminum susunya beserta kedua aspirin yang seketika mengurangi beban kepalaku lalu bergegas pergi untuk membersihkan diriku di kamar mandi.

***

Jam digital di atas nakas telah menunjukan pukul 7 malam. sejak tadi siang aku memutuskan untuk tak keluar dari kamar sama sekali. Savio tak kembali mengunjungiku dan bahkan aku tak mendengar suaranya sedikitpun.

Bukankah dengan ia menaruh makanan untuk ku berarti dia masuk ke kamarku?

Sedangkan pintu kamarku jelasku kunci dari dalam.

Karna tak ingin mati mengenaskan hanya karna bosan. aku memutuskan untuk berjalan menuju pintu dan sedikit membukanya.

Dan bernafas lega saat mendapati jika pintu kamar Savio kini tertutup sangat rapat.

Apa ia pergi ke kentor?

Ya Tuhan, aku berharap, ya. Karna setidaknya aku tak harus bertatap muka dengan pria itu untuk saat ini.

Dengan begitu, perlahan aku memutuskan untuk keluar dan segera menutup pintu kamarku sepelan mungkin.

Aku lapar dan mungkin bisa membuat sesuatu di dapur untuk mengganjal perut ku hingga esok pagi.

"Hazel?" ucap suara bariton dari arah punggung seketika menghentikan langkah ku.

Refleks aku berbalik, dan mendapati Savio yang baru saja keluar dari kamarnya.

Sial, Jadi dia ada di dalam kamarnya?

"Umm, aku- kau tak pergi ke kantor, Savio?" ucapku gugup.

Savio bergerak menutup pintu kamarnya pelan sebelum berjalan mendekat hingga akhirnya menjulang tinggi di hadapanku.

Stockholm Syndrome (COMPLETED)Where stories live. Discover now