My Fate 21 - Help me, please ....

3.7K 362 72
                                    


Happy reading 😘

***

Saatnya memimpin permainan ....

Dengan gaya anggun, gue melangkah menghampiri Lio. Pelan ... seperti model berjalan di atas catwalk.

Gue bisa melihat Lio tersedak ludah, hingga dia mengentikan tawa.

Bisa gue lihat netra Lio hanya terfokus sama gue.

"Anjani ...," desis Lio ketika gue duduk di pangkuannya.

Mencoba menebar senyum, tangan gue perlahan membelai wajah Lio. Gue bisa merasakan ketegangan pada tubuh Lio. Gerakan naik turun pada jakun Lio buat gue yakin, dia telah tergoda sama perlakuan gue.

Gue tertawa dalam hati karena berhasil membalas perlakuan Lio.

"An ...," desah Lio sambil memejamkan mata ketika gue meniup pelan daun telinganya.

Gue tahu apa yang gue lakukan ini berisiko, tapi gue nggak peduli. Gue bahkan bisa merasakan gairah Lio perlahan bangkit karena terasa keras di paha gue.

"Iyah?" Bagai wanita jalang, gue mengeluarkan suara desahan untuk menggoda Lio.

"Please ...." Suara Lio yang terdengar memohon membuat gue merasa menang.

"Please for what?"

"For this!"

Tangan Lio bergerak mengambil tangan gue dan membimbingnya pada pusat dirinya. Seketika gue terpaku ....

Apa yang harus gue lakuin?

Mikir Anjani .... Ayo mikir. Biasanya kalau diadegan novel itu .... Duh gue lupa!

Ya Tuhan .... Gue minus hal ginian. Biasanya gue cuma baca di novel-novel tentang adegan kaya gini. Tapi ketika gue mengalaminya sendiri terasa mati otak.

"An ...." Tangan Lio menuntun tangan gue untuk melakukan gerakan. "Jangan gugup, An, cukup gerakin aja."

Memejamkan mata. Gue berusaha mengikuti gerakan tangan Lio. Hingga ... sesuatu mengganggu.

Nggak! Gue nggak bisa.

Menarik tangan, perlahan gue bangkit dari atas tubuh Lio. "Makan yuk, gue laper."

"Jani?"

Lio berhasil menarik tangan gue ketika gue mau kabur ke dapur.

"Gue laper," bohong gue. Gue hanya mau kabur dari Lio.

"Lu laper atau mau kabur?" tanya Lio. Gue bisa lihat campuran antara kesal dan marah pada raut wajah Lio. Tapi gue nggak peduli. Gue nggak bisa dan gue bukan cewek murahan! Lio harus tahu itu.

"Gue laper!" tegas gue.

Mengembuskan napas pasrah, akhirnya Lio menerima keputusan gue yang minta makan. "Oke. Kita makan."

"Huum. Gue laper. Gue ambil piring dulu sama air di dapur."

Meski gue tahu, ada nada tidak ikhlas dari jawaban Lio tapi setidaknya gue bisa kabur saat ini.

Menyenderkan tubuh di konter dapur, gue bisa merasakan getar di jemari gue. Apa yang gue lihat ketika menutup mata teramat jelas.

Bocah laki-laki dalam mimpiku tadi terlihat marah hingga gue nggak sanggup untuk mengikuti gerakan Lio ketika menuntun tangan gue. Bahkan, tangan gue saat ini terasa kebas.

Apa ini?

Perasaan marah ketika gue sama Lio? Seakan ada tamparan mengenai tangan gue hingga terasa kebas.

Siapa bocah laki-laki itu? Wajahnya terasa familier dalam ingatan gue, tapi siapa?

"Anjani ...."

"I-iya ...."

Suara Lio berhasil mengembalikan pikiran gue ke alam nyata. Mengambil piring, sendok dan dua botol air mineral, gue kembali menghampiri Lio di ruang tamu yang merangkap menjadi satu dengan ruang santai.

"Maaf lama," kata gue.

"Nggak papa, asal lu nggak tidur aja di dapur," canda Lio yang sama sekali tidak berhasil memecah kecanggungan.

"Ini makanan kesukaan gue, cobain deh. Lu pasti suka."

Bebek?

Lio suka makan bebek ternyata. Beda sama gue yang suka makan sate ayam sama ketupat.

Dua porsi bebek peking dengan sapo tahu dan tumis brokoli lengkap dengan nasi adalah makanan yang dibawa Lio buat gue.

"Kayaknya enak ...."

Tekstur lembut dari daging bebek terasa ketika gue mencoba mengunyah. Benar kata Lio, ini enak. Biarpun gue malu mengakuinya, tapi ini beneran enak.

"Ternyata lu laper ya," tutur Lio.

Menatap Lio bingung, gue nggak sadar kalau gue makan banyak tanpa sadar. Mungkin gue laper, atau makanan yang Lio bawa terasa enak di lidah gue.

"Kan gue bilang laper. Lu aja yang nggak percaya," ketus gue. Lio bikin nafsu makan gue hilang deh.

"Iya iya ... sorry."

Gue rasakan elusan lembut di kepala gue.

Mendongak, Lio tengah menatap gue dengan senyum manis. Lagi ngapain sih dia? Bikin gue baper aja deh.

"Ah ada nasi di bibir lu."

Ketika jemari Lio mengambil nasi di sudut bibir gue, entah kenapa gue merasa dia semakin dekat ke wajah gue.

"Lu kalau makan kaya anak kecil, ya? Berantakan," kekeh Lio.

"Lu hina gue?"

"Nggak. Cuma lucu aja."

"Gue bukan badut!"

"Siapa bilang kalau lu badut?"

"Tadi lu bilang gue lucu. Yang lucu itu badut." Entah kenapa suara gue terdengar merajuk. Perasaan gue aja atau memang .... Benar.

"Jangan nething sama gue, Jan. Gue bilang lu lucu bukan berarti lu mirip badut."

"Terus?"

"Terus apa?"

"Terus gue mirip apa?"

"Mirip Husky," kata Lio.

"Siapa Husky?"

"Anjing gue," jawab Lio dengan tawa. Ngeselin. Dikata gue anjing.

"Tuh kan .... Ngeselin deh."

"Iya iya .... Becanda kok."

Menarik kedua tangan gue, tiba-tiba Lio melontarkan kalimat yang seketika bikin gue hampir kena serangan jantung.

"My fate .... Jadian yuk?!"

"Huh?"

"Jadian. Lu sama gue, pacaran. Gimana?"

To be continue.

Siapa dukung Anjani dan Lio jadian???

Bantu vote dan komen yaa ....

You're My Fate (Complete)Where stories live. Discover now