My Fate 23 - Siapa dia?

2.2K 198 12
                                    

Sebuah batu harus mengalami proses panjang sebelum menjadi berlian.

****

Haluu ... Sebagai pembaca yang baik. Jangan lupa follow ya, dan jangan lupa juga masukkan dalam library biar kalau update dapat inpoooh.

Yang ini part barunya. Terpaksa author naikkan semua karena kena demo. Katanya langsung aja ke part barunya 😂😂😂

Maapkeun yaa. Silakan baca. Jangan lupa tinggalkan jejak..

Happy reading 😘

Apa yang terjadi?

Kenapa gue di sini?

Ah ... lagi-lagi penyakit gue kumat.

Kalian pernah denger tentang astral projection nggak?

Astral projection atau biasanya disebut raga sukma itu merupakan salah satu kemampuan otak untuk memanipulasi alam bawah sadar secara sedemikian rupa, hingga tubuh halus dapat menembus dimensi ruang dan waktu. Lebih singkatnya, proyeksi astral bisa diartikan sebagai keadaan di mana jiwa kita melakukan perjalanan sendiri ke tempat lain, tepatnya terpisah dari tubuh. Tapi, hal tersebut nggak bisa dikategorikan sebagai mimpi karena jiwa kita benar-benar berada di tempat lain dan bisa melakukan segala aktivitas.

Bisa dibilang hal itu yang terjadi sama gue. Seperti saat ini, tiba-tiba gue pergi tanpa perintah, terutama karena gue nggak bisa mengendalikan kemampuan gue. Karena itu gue suka pingsan sendiri, kadang juga bisa sampai koma. Mungkin itu salah satu alasan Omah nggak mau lepas gue hidup sendiri. Takut gue pingsan dan nggak ada yang tau. Serem kan?

Oke, cukup di situ aja penjelasannya. By the way ... gue ada di mana?

Melihat sekitar, gue baru sadar kalau gue bukan lagi berada di apartemen. Sial!

Gue benci kalau indra gue makin tajam. Tapi kali ini, gue ngerasa ada yang beda. Seakan gue emang datang karena sebuah undangan.

Siapa yang berani undang gue, eh? Nggak tau apa gue lagi enak berdua sama Lio. Kurang kerjaan emang!

Menepuk daun kering yang mengotori celana, gue menatap sekeliling. Sepertinya gue ada di padang rumput yang sangat luas. Waw ... bagus juga, berasa di New Zealand.

Tanpa komando kaki gue bergerak menuju atas bukit. Ada sebuah pohon beringin yang amat besar berdiri kokoh dengan dedaunan rindang di atas sana. 

Ah, lagi-lagi bocah laki-laki itu. Ngapain juga dia di sana?

Atau jangan-jangan?

Berdecak kesal, gue berjalan menghampiri bocah kurang kerjaan yang gangguin acara romantis gue.

Apa dia nggak punya rasa kasihan sama gue?

Setelah mengalami masa jomblo yang terbilang cukup lama, akhirnya gue bisa jadian sama calon suami gue. Terus, setelah Lio nembak gue, dengan seenak udelnya dia main tarik gue ke sini. Dasar bocah kampret!

"Ngapain lu di sini?"

Bocah laki-laki yang gue tau bernama Amad ternyata lagi sibuk corat-coret drawing book. Gambar apa dia, eh?

"Lu yang ngapain ke sini?"

Ditanya malah balik nanya. Dasar bocah!

"Gue ngapain? Lu yang undang gue ke sini bukan?"

Iseng sih, tapi kali aja tebakan gue bener. Entah kenapa sejak perjumpaan terakhir gue sama Amad, ini bocah keliatan ganggu banget.

"Gue perlu ucapin selamat nggak?"

"Huh? Selamat buat apaan?"

"Selamat karena lu berhasil melepas status jomblo," ejeknya. Kurang ajar!

Ada yang ya, yang lepas masa jomblo harus diselametin?

Meski gue tau si Amad ngomong sama gue, tapi mata dia masih fokus sama kertas yang ada dipangkuannya. Sok sibuk banget ini bocah.

"Nggak usah sebut-sebut gue bocah. Gue bocah yang bisa bikin bocah!"

What the?

"Hebat banget lu bisa tau isi otak gue. Lu mata-matain gue, ya?"

Aneh banget kan ini anak, gimana dia tau coba kalau gue baru jadian sama Lio?

Ngomong-ngomong soal Lio, gimana sama dia dan tubuh gue? Kelebihan ini kadang bikin gue lelah.

"Berasa gue nggak ada kerjaan mata-matain lu!"

"Terus? Kenapa gue ada di sini coba?"

"Mana gue tau, mungkin lu aja yang pengen ke sini. Kangen kali sama gue."

Omong kosong macam apa itu?

Jelas banget kan gue lebih memilih dalam pelukan Lio daripada di padang rumput dengan bocah nggak sopan macam dia?

Terus apa tadi dia bilang? Bocah yang bisa bikin bocah? Dia kira bikin bocah semudah bikin adonan kue.

Bentar deh, kok gue ngerasa ini anak nggak ada sopan-sopannya ya sama gue. Padahal kan gue lebih tua.

"Eh, bocah, lu kalau ngomong sama yang lebih tua itu harus sopan tau. Lu sama gue udah jelas lebih tua gue. Yang sopan napa!"

"Ck! Badan gue doang yang kecil, kalau lu mau juga gue bisa kawinin lu sekarang. Justru bikin bocah lebih gampang daripada bikin adonan kue."

KAMPRET!

"Berhenti baca pikiran gue!"

"Kenapa? Lu keganggu?"

Amad melepas pandangan dari buku gambar dan beralih ke gue. Entah kenapa gue merasa mengenali tatapan milik dia. Terasa hangat dan familiar. Meski terlihat menyebalkan, tapi gue merasa sudah kenal dengan bocah yang ada di depan gue.

"Gue boleh nanya nggak si?"

"Tanya aja, nggak gue pasang pengumuman dilarang bertanya kan?"

Tuh kan, ngeselin. Mirip sama Iqbal. Kok gue jadi inget dia, ya?

"Terakhir gue ketemu lu, lu bilang kalau apa yang gue lihat belum tentu baik, iya kan?"

"He'em, kenapa emang?"

"Kok lu bilang gitu ke gue? Emang apa yang salah dari yang gue lihat?"

"Lu nggak sadar salah lu apa?"

"Gimana gue bisa sadar kalau gue nggak tau?"

"Egois seperti biasa. Katanya lu bisa lihat masa depan, gitu aja nggak tau?"

"Siapa bilang? Dari mana lu tau itu, huh?"

Gue merasa aneh. Bocah bernama Amad ini serasa tau banyak tentang gue.

"Darimana gue tau itu nggak penting. Yang namanya masa depan itu bisa berubah tergantung manusianya. Selama ini emang apa yang lu lihat selalu bener?"

Nggak juga sih, tapi ... kadang ada benernya.

Amad menatap gue dalam. Tatapan anak laki-laki ini menenggelamkan gue dalam rasa tenang dan damai. Sebenarnya dia itu siapa coba?

"Siapa lu sebenernya?" Suara gue terdengar lirih.

Alusan ringan terasa di pipi gue. Gue bisa lihat jelas ada senyum yang bisa dibilang manis di wajah Amad.

"Sebuah batu harus mengalami proses panjang sebelum menjadi berlian. Begitu pula dengan sosok yang lu cari. Terkadang, melihat yang lebih bersinar sering menutupi cahaya alami. Lihat sekeliling, sosok yang lu cari nggak jauh. Dia dekat tapi lu buta. Kembalilah, maaf, kalau gue udah ganggu."

Kalimat dari Amad membuat gue terdiam dan terperosok jatuh dalam kegelapan.

To be continue.

Komen next untuk tunggu update part selanjutnya.

You're My Fate (Complete)Where stories live. Discover now