My Fate 25 - Hantu Perawan

2.1K 210 9
                                    

Kalau cemburu cukup bilang ; iya. Kalau nggak, cukup pendam aja.

Happy reading 😘

"Mau temenan sama gue nggak?"

"Nggak!" tolak gue.

Stok temen gue banyak, meski yang kelihatan cuma si Iqbal kampret yang lagi selingkuh sama cewek gatel macam Susi.

Selingkuh? Tinggi amat derajatnya. Kagak pantes buat Iqbal.

"Kalau lu nggak mau temenan sama gue entar lu kesepian. Kan temen lu dah berpaling dari lu."

Berpaling??? Lucu sekali Anda!

Cari mati emang ini setan satu!

Tapi kok gue jadi kesel, ya?

"Gue nggak se-desperate itu!"

Sial!

Karena gue kesel jadi nggak sadar kalau gue teriak tanpa sadar. Apalagi mereka nggak bisa liat ini hantu perawan. Jadi tontonan kan gue!

"Lu sih. Dilihatin orang kan gue," cerca gue kesal. Sementara tangan gue memegangi mic headset agar mereka mengira bahwa gue lagi ngobrol lewat telepon.

Tindakan cerdas, An.

"Ya salah lu sendiri pakai toa."

"Lu kata gue lagi di masjid."

Ah, tau lah gue pusing. Mending gue masuk kelas.

"Lu ngapain teriak-teriak di koridor?" tegur Iqbal tiba-tiba.

Ini anak kaya jin yang tiba-tiba ada depan gue. Perasaan dia tadi ....

"Siapa juga yang teriak?" sangkal gue.

Ngapain juga dia sok peduli. Pedulikan aja itu si kutil.

"Kalau lu nggak teriak, ngapain orang-orang liatin elu, dodol!"

"Gue bukan dodol, ya, gue Anjani! Koreksi itu, tolong."

"Mau cari perhatian kali dia," sambar Susi. Lah, ngapain ini si Wewe ikutan? Oh ya, gue lupa kalau tadi dia bareng Iqbal juga.

"Nggak usah nyamber deh! Dasar Wewe!"

"Apa lu bilang?" teriak Susi nggak terima.

Hampir aja Susi menarik rambut kesayangan gue, tapi gagal karena ditahan Iqbal. Meski suka malas keramas, tapi rambut ini setidaknya bikin nilai gue jadi nggak jelek banget. Untung ada Iqbal, tapi maaf, gue nggak akan bilang makasih.

Eh tunggu, gue bilang apa tadi?

Mata gue menangkap gerakan Iqbal yang memegangi tangan Susi yang hendak meraih gue. Bagai adegan slow motion, mata gue melihat dalam pergerakan lambat. Gimana Iqbal menahan dan mencoba menenangkan Susi. Seakan itu bukan hal baru, padahal biasanya Iqbal nggak akan sedekat itu sama Susi kalau ada gue.

Apa itu tindakan Iqbal ke Susi kalau gue nggak ada?

Entah kenapa gue jadi nggak suka.

Gue benci Susi!

Dan gue lebih benci sama Iqbal. Rese pada.

Mengabaikan keduanya, gue berjalan pelan seakan nggak punya semangat. Iqbal sama si cewek kutil berhasil menghancurkan mood gue pagi ini.

Menghiraukan teriakan kutil yang mengatai gue sebagai pelakor, perusak hubungan dia sama Iqbal. Gue tetep berjalan dengan muka datar dan tegar menghadapi tatapan anak-anak yang berada di koridor. Seakan-akan mereka membenarkan ucapan Susi akan gue. 

You're My Fate (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang