Part 34

3.5K 138 0
                                    

Terima Kasih untuk semuanya

$$$

~ Jangan sampai hari ini meninggalkan penyesalan ~

$$$

Arza tersenyum sinis. Lagi-lagi dia dihadapkan dengan seseorang yang paling dia benci. Meskipun bukan list paling atas tapi dia bisa membuat Arza emosi sewaktu-waktu.

"Gue nggak pernah takut sama lo." Arza memandang remeh cowok yang ada dihadapannya ini. Selalu saja begitu. Dari dulu tidak ada tatapan bersahabat.

"Dan seorang Fandi nggak bakalan mundur ngelawan elo," jawab Fandi tak kalah sinis.

Anak-anak muda dilokasi balapan kali ini berkumpul, membentuk setengah lingkaran. Terdapat Bayu dan Julian yang sedari tadi membuntuti kemana Arza pergi sedang berdiri diantara kerumunan.

Mereka berteriak heboh, ada yang menyerukan nama Arza, ada pula yang menyerukan nama Fandi. Masing-masing sudah bersiap dengan motor dan peralatan pribadi mereka.

Cewek cantik yang mengenakan rok selutut berdiri diantara Arza dan Fandi, berhadapan dengan mereka. Dia mengangkat kain hitam tinggi-tinggi lalu menghitung mundur.

Setelah terdengar kata Go, Arza dan Fandi menunjukkan kecepatan motor mereka. Ini bukan soal menang atau kalah tapi ini sudah menyangkut harga diri.

Jalanan berliku, gelap, dan sepi tak menyurutkan semangat mereka. Baik Arza maupun Fandi sama-sama menambah kecepatan motor agar sampai di finish terlebih dahulu.

Riuh pendukung Arza terdengar ketika motor Arza melewati garis finish terlebih dahulu daripada motor Fandi. Hanya selisih beberapa detik, Fandi baru muncul mengikuti Arza.

"Gue mau ngomong empat mata sama lo," kata Arza, menghampiri Fandi yang baru saja melepas helm dan turun dari motornya.

Fandi melepas sarung tangannya. " Mau ngomong apa ? Kalau lo mau ngomong tapi ujung-ujungnya ngajak berantem, gue lagi males ngeladenin elo sekarang."

"Gue juga ogah berantem sama elo. Sekarang ikut gue."

Arza melangkah menuju tempat yang cocok untuk mengobrol serius, dengan Fandi yang menyusul dibelakangnya. Julian dan Bayu mengawasi gerak-gerik mereka. Takut jika pertempuran tiba-tiba terjadi. Karena biasanya akan seperti itu.

"Mau ngomong apa lo ?"

Arza berdiri didepan salah satu toko yang sudah tutup. Dia memandang Fandi datar, seperti ingin mengucap sesuatu tapi bingung harus mulai darimana.

"Gue mau minta maaf sama lo."

Ucapan Arza sukses membuat Fandi mengerutkan keningnya. Lelucon apalagi ini ?

"Gue nggak salah denger ?" Fandi bertanya, memastikan.

Arza menggeleng. "Lo nggak salah denger. Gue minta maaf sama lo karena kesalahan gue ke elo. Mulai dari kenapa lo benci banget sama gue."

"Kelakuan lo tuh yang bikin gue benci sama elo."

"Maka dari itu, Gue mau minta maaf sama elo. Atas kesalahan gue selama ini. Dan gue mau ngejelasin sesuatu sama elo."

Kening Fandi mengkerut, alisnya beradu, memandang Arza heran seperti menerka-nerka.

"Soal Ricky, gue minta maaf. Gue waktu itu kalut banget. Ya lo tau gimana sayangnya gue sama adek gue lah tapi tiba-tiba dia meninggal. Apalagi adik gue sebelum meninggal dia hancur banget karena kabar Ricky sama Bunga jadian." Arza terdiam sesaat, mengisi pasokan oksigen banyak-banyak, karena mengatakan ini sangat sulit baginya. " Gue waktu itu emang punya niatan buat ngebalas hancurnya hati adek gue ke Ricky. Tapi Ricky yang menghindari pertempuran malah bawa motornya pergi. Otomatis gue ngejar dia. Dan akhirnya Ricky yang nggak fokus hilang kendali pas di tikungan lalu dia kecelakaan nabrak truk," sambungnya.

Kamu Spesial (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang