Happy reading
***
Bagaimana tidak syok, orang yang akan jadi suami adalah orang yang selama ini kamu benci.
***
Sudah sejamku di rias oleh Kak Fani. Merubah wajahku yang tadi biasa saja dan sekarang, aku kaget bagaimana bisa aku berubah hanya dalam satu jam? Maklum Aku gak pernah dandan kalau pergi kekampus, paling cuma memberikan bedak dan lipstik saja agar wajahku tidak terlalu pucat.
Memang top Kak Fani. Bahkan Aku jarang memakai gaun dan high heils yang tadi Bunda sudah belikan untukku, malah tidak punya gaun, tidak seperti Kak Fani yang feminim dan angun, berbanding terbalik denganku.
Aku menatap pantulan cermin di depanku, bener-bener bukan Aku banget. Polesan make up yang natural karena tadi Aku bilang jangan sampai tebal-tebal dan sekarang Aku masih menatap pantulan diriku, rambut disangul, make up natural tapi bagus, gaun berwarnah biru nevy, high hils yang senada dengan gaunya. Perfect.
"Wow cantik." Kak Fani menatapku kagum, dia masih tidak menyangka aku akan secantik ini jika di make up, jarang-jarang kak Fani melihatku begini hampir tidak pernah.
Ketukan pintu membuat kami menoleh ke arah pintu, Bunda datang dan berjalan menghampiri kami. Bagaimana reaksi Bunda? Sama, Bunda pun terkejut melihatku secantik ini.
"Wow. Anak Bunda cantik malam ini." Ucap Bunda masih memandangiku dari atas sampai bawah.
"Jadi Tania cuma cantik malam ini aja Bun." Aku mengerucutkan bibirku kesal, Bunda mengataiku jelek dan hanya malam ini saja aku terlihat cantik.
"Selalu cantik kok sayang." Bunda mencoba menenangkanku karena tadi aku sedikit marah sama Bunda "Ayo turun tamunya sudah datang."
Kami pun berjalan menuruni tangga. Aku agak kesulitan berjalan karena high hilsku yang tinggi, tidak terlalu tinggi si cuma aku yang tidak pernah memakainya. Kulihat sudah ada Ayah dan temanya Ayah itu dan juga istrinya. Mata mereka tertuju padaku saat Aku sudah tiba di depanya.
"Cantik anak kamu Ris." Ucap wanita yang duduk di samping teman Ayah, sudah pasti wanita itu istri teman Ayah.
"Iya dong, siapa dulu Bundanya."
Mereka tertawa. Aku tersenyum kikuk melihatnya, tidak bisa berkutik apa-apa kak Fani juga hanya memperhatikan mereka, mereka hanya bernostalgia dengan masa lalu saat masa SMA mereka. Tibalah datang seseorang dari arah pintu depan, entah siapa Aku tidak tahu karena Aku membelakanginya."Eh, sudah datang, sini sayang." Ucap wanita tadi, entah siapa namanya aku tidak tahu, yang aku tahu dengan anak mereka yang akan di jodohkan denganku.
Aku yang hanya melamun, tidak memerhatikan orang yang baru datang tadi, mengabaikanya dan tidak ingin melihat mukanya jika sudah om-om, bagaimana? Oh tidak.
Kak Fani menyengol lenganku, aku menatap Kak Fani apa? Dengan menaikan alisku bertanda bingung. Kak Fani mencoba menunjuk ke arah seseorang dengan matanya melirik ke arah depan. Aku menoleh, betapa terkejutnya Aku saat melihat siapa orang yang barusan datang, bukan hanya Aku saja yang terkejut dia juga. Bagaimana bisa dia ada di sini. Kalian pasti kaget siapa orang itu, adalah Adam. Orang yang selama ini menjadi musuh bebuyutanku itu malam ini berada di rumahku, jangan sampai dia yang akan di jodohkan denganku, jangan sampai ya Allah hamba mohon jangan dia.
"Lo." Ucap kami bersama, semua mata yang ada di meja makan menatap kami bergantian masih tidak mengerti.
"Kalian kenapa?" Tanya Ayah menatapku.
Aku ingin mangatakan bahwa dia itu musuhku tapi kuurungkan, tiba-tiba disambar oleh Adam "Ah. Tidak om, kami sudah kenal, satu kampus pula." Melihat Adam yang berbicara dengan Ayahku sangat lembut tidak seperti biasanya, dasar pencitraan di depan Ayahku.
"Sudah lengkap, sebaiknya kita makan terlebih dahulu." Ucap Ayahku.
Kamipun makan, Aku jadinya tidak berselerah makan melihat wajah Adam di depanku. Ah, kenapa harus dia? Kenapa tidak orang lain saja? Seperti kak Sam atau siapalah dan terkecuali dia. Bagaimana nanti jika sudah menikah, hidupku akan sengsara nantinya jika tinggal satu atap dengan musuhku si Adam.
Aku bisa melihat jika Adam sedang memerhatikanku, abaikan saja, Tania, masa bodoh.
Akhirnya makan malam sudah berakhir, tinggal berbincang lagi yang menurutku bosan, ingin meninggalkan meja makan, tidak sopan nanti pasti Ayah akan marah lagi, susah kalau harus membujuk Ayah agar memaafkanku.
"Langsung saja kita berbicara pada intinya." Jeda Ayah sebentar dan mulai melanjutkannya lagi "Anakku Tania sudah setuju dengan perjodohan ini, bagaimana dengan anakmu William?"
"Anakku si Adam juga setuju dengan perjodohan ini." Apa? Setuju, bagaimana bisa dia kan sudah punya pacar, dasar buaya darat, playboy cap kakap tidak cuma satu dia ingin banyak kekasih. Dan tadi apa kata Ayah bilang, kapan Aku menyetujuinya.
"Jadi kita akan menentukan tanggal pertunanganya dan juga pernikahan setelah pertunangan sekitar dua minggu atau kita secepatnya menikahkan mereka, aku sudah tidak sabar menimang cucu nanti." Ucap Ayah.
Aku kaget apa yang tadi Ayah ucapkan, pertunangan, pernikahan yang secepatnya dan juga cucu. Ah. Bagaiman bisa, aku hanya ingin mempunyai anak dengan suamiku yang benar-benar mencintaiku bukan dengan Adam, musuhku. Adam hanya diam saja seperti masa bodoh, sepertinya juga dia tidak mau di jodohkan sepertiku tapi kenapa dia tidak menolaknya saja? Gampangkan, tidak ada perjodohan. Entah apa alasanya? Pasti alasanya menyangkut orang tuanya sama sepertiku, ingin membahagiakan kedua orang tua.
"Bagaimana dengan kalian?" Om William menatap Aku dan Adam bergantian menunggu jawaban.
"Aku si om apa kata Adam aja." Semoga dia mengulur pertunanganya beberapa bulan mungkin saja beberapa tahun lagi, semoga.
"Secepatnya lebih baik Pa." Apa yang tadi dikatakan Adam? Secepatnya, bener-bener tuh orang tidak bisa diajak kompromi, aku juga melihat dia tersenyum menyeringai, pasti ada yang Adam rencanakan.
"Oke, kami akan mengadakan pertunangan minggu depan dan pernikahanya seminggu setelah pertunangan, deal." Ayah menjabat tangan om William.
Hancur sudah masa depanku, tidak ada yang membelaku, Bunda dan Kak Fani pun menyetujuinya mereka hanya menurut saja. Mereka tersenyum diatas penderitaanku ini, mereka tidak mengerti perasaanku, aku ingin menangis tapi ku tahan sekuat mungkin sebisa mungkin aku tersenyum dihadapan mereka, senyum yang hanya terpaksa di depan mereka.
______________________________________
Happy reading gues, semoga kalian suka ya.
Jangan lupa vote dan koment, terimah kasih yang sudah mampir ke ceritaku. Maaf kalau banyak typonya.
Dan jangan lupa baca juga ya ceritaku yang lain Pink vs Biru dan Benci jadi Cinta seru lo, mampir yuk.
Next buat part selanjutnya.
05 oktober 2018

YOU ARE READING
My Husband My Rival
Teen FictionBagaimana jadinya musuh bebuyutanmu sekarang menjadi suamimu karena perjodohan yang selama ini orang tuanya rencanakan. Bagaimana jadinya mereka sekarang apakah akan ada cinta diantara mereka? atau malah bertambah rasa bencinya? * update sesuka hat...