Happy reading
***
Pagi-pagi aku sudah berada di kampus. Tadi si memang telat lima menit dari waktu yang jadwalkan. Hari ini ada pembahasan tentang hari dimana wisudaku dan yang lainnya. Semua anak sudah berkumpul di gedung auditorium dari semua jurusan di kampus.
Aku senang bisa lulus hanya 4 tahun dari fakultas kedokteran. Rasa bersyukur ku panjatkan di setiap doa-doaku. Enggak tahu kayaknya seneng banget bisa lulus tahun ini, apalagi dengan lulus bareng mereka bertiga. Memakai baju kebaya dan memakai toga, tak terbayangkan rasanya.
Sekitar satu jam akhirnya acara ini selesai juga. Bokongku sampai panas karena duduk terlalu lama. Aku beranjak berdiri saat semua orang sudah berlalu. Aku sampai lupa keberadaan mereka bertiga, dimana ya? Mataku mencari berkeliling, kali aja masih berada di ruangan ini. Tetapi tidak mungkin aku bisa menemukan mereka di kerumunan manusia di sini. Bagai mencari jarum di tumpukan jerami, bayangkan saja bagaimana carannya.
Aku berjalan keluar gedung. Kakiku melangkah di kerumunan pintu keluar gedung, berdesak-desakkan di kerumunan. Akhirnya aku terbebas juga dari luapan manusia. Berjalan menuju ke cafe biasa tempat kami menongkrong setelah lepas mata kuliah dulu. Tapi sekarang mungkin itu akan menjadi kenangan setelah lulus nanti, sedih juga.
Ting..
Bunyi bel di atas pintu masuk cafe. Kulirik mataku mencari-cari keberadaan mereka. Hap, itu dia. Aku melangkah ke arah pojok cafe, tempat yang biasa kami kumpul. Ku hempaskan bokongku di kursi sebelah Nelly setelah sampai. Aku memasang wajah cemberut tadi, mereka menatapku terheran-heran.
Tanganku bersedekap, memasang muka jutek kepada mereka. Mereka sama sekali tidak bilang-bilang akan berkumpul di sini dan meninggalkan aku yadi di gedung. Bayangkan satu jam tak ada teman cerita hanya mendengarkan kata-kata yang di depan.
"Lo kenapa si Tan." Tanya Fathin.
Ku minum capucino di depanku, entah punya siapa aku tidak tahu dan masa bodoh.
"Maaf tadi ninggalin lo. Lo si dateng telat." Ucap Juli. Sungguh aku akan memeluk Juli, dia yang selalu tahu bahwa aku sedang kesal kepada mereka. Kue brownis ku lahap, biar saja kalau mereka marah.
Fathin mengeleng kepalanya. "Gitu aja marah."
Aku hanya diam membisu, menikmati kue brownis yang ku makan. Tanpa menghiraukan dumelan akan sikapku ini. Entahlah.
"Oke gue maafin."
"Iyalah di maafin, sesudah kue brownis kita di makan habis sama lo." Dumel Nelly dengan memutar bola matanya malas.
Senyumku tercetak jelas di depan mereka. Lumayan dapat makanan gratis untuk penganjal perut di siang bolong.
***
Akhirnya setelah berdebat akan warna kebaya yang akan kita kenakan di hari kelulusan nanti, kami berada di butik kebaya langanan Mamanya Fathin. Saat perjalanan kami berdebat karena memilih warnah yang cocok pada kebaya nanti.
Aku berpendapat warnah peach dan bawahan rok span panjang cokelat. Tetapi di sangkal mereka bertiga. Nelly memilih warnah soft pink, Fahtin warnah gold dan Juli memilih warnah putih. Perbedaan membuat pertengkaran di setiap jalan tadi. Dan pada akhirnya kami memilih warnah sesuai yang di inginkan dengan model baju yang sama.
Mobil Fathin berhenti di depan sebuah butik mewah. Kami turun dari mobil Fathin setelah memakirkannya.
Aku tadi ke kampus mengunakan taksi karena motor meticku ngambek, mogok tidak mau nyalah yang membuat aku terlambat tadi.

YOU ARE READING
My Husband My Rival
Teen FictionBagaimana jadinya musuh bebuyutanmu sekarang menjadi suamimu karena perjodohan yang selama ini orang tuanya rencanakan. Bagaimana jadinya mereka sekarang apakah akan ada cinta diantara mereka? atau malah bertambah rasa bencinya? * update sesuka hat...