Happy reading
***
"Sangat lembut, sampai aku terbuai karenanya."
***
Angin sempoy-sempoy menerpa wajahku. Memandang rembulan dimalam hari dari balkon kamar Adam. Malam ini terasa sejuk, angin manyahut-nyahut. Mungkin nanti malam akan turun hujan, melihat tidak ada bintang sama sekali.
Makan malam tadi begitu menyenangkan, mendengar mamanya Adam bercerita sana-sini tentang waktu kecil Adam yang nakal. Mengingat itu membuat sudut bibirku terangkat membentuk senyum kecil. Lucu, entah kenapa malam ini mendengar ceritanya mamanya Adam membuatku senyum-senyum sendiri.
Entah sedang apa sekarang Adam yang sedang mengobrol dengan papanya di ruang kerja. Pasti membicarakan tentang pekerjaan.
Dan ting. Kata anak terbesit dalam kepalaku. Saat perkataan mamanya Adam waktu makan malam. Pikiran itu entah kenapa malah menyangkut di kepalaku, sudah aku usir jauh-jauh tapi tetap saja masih tergiang.
Rintikan hujan mulai turun semakin deras. Aku melangkah masuk ke kamar, menutup pintu balkon agar air hujan tidak dapat masuk. Akhir-akhir ini memang sedang musim hujan.
Di atas ranjang sudah ada Adam yang sedang berbaring. Bagaimana bisa dia sudah ada di sini? Aku sama sekali tidak mengetahuinya bahwa Adam sudah berada di kamar saking terhipnotis dengan pemandangan malam hari ini begitu sejuk.
"Ucapan mama ngak usah lo pikirin."sebuah suara menghentikanku saat sedang mengambil baju tidur.
Aku tidak menanggapinya, berjalan ke kamar mandi untuk menganti kaos yang ku kenakan dengan baju tidur bergambar doraemon.
***
Setelah pulang dari rumah orang tua Adam, kami kembali seperti biasa selayaknya orang asing yang tinggal berdua dalam satu atap.
Malam ini seperti hari-hari sebelumnya. Ibu kota di guyur hujan deras, membuat suasana begitu dingin seperti aku dan Adam. Aku merasa sendiri di kamar ini, tidak ada pembicaraan diantara kami.
Tiba-tiba saja suara petir mengagetkanku yang sedang membaca novel. Hal yang paling aku takutkan adalah mendengar suara petir, jika saja ada Bunda sudah ku peluk erat tapi sekarang aku ketakutan. Adam bagaikan robot tidak tergaget seperti aku.
Aku beranjak mengambil bantal dan selimut. Mengejutkan, lampu tiba-tiba saja padam, membuatku tambah takut. Refleks aku naik ke atas ranjang untuk memeluk apa saja yang ada di sekitarku. Tapi aku malah memeluk Adam sangat erat.
Entah kenapa jantungku berdetak sangat cepat. Waktu melambat seketika, kami saling menatap satu sama lain, setelah tadi aku melepaskan pelukannya. Adam menatapku sangat intens, membuat kerja jantungku semakin cepat. Jarak kami terlalu dekat hampir tidak ada ruang untuk bernafas. Tepat muka Adam semakin mendekat, aku bisa merasakan hembusan nafas Adam menerpa wajahku, seketika membuat bulu tangganku meregang.
Semakin menipis jarak di antara aku dan Adam. Adam memiringkan wajahnya, entah kenapa aku seperti terhipnotis dengan memandang matanya, memejamkan mata saat Adam mulai mendekat lagi. Sampai aku bisa merasakan benda kenyal mendarat di bibirku. Hanya menempel saja lama kelamaan melumat dengan lembut membuatku terbuai dengan kejadian ini.
Pungutan itu terlepas ketika suara petir kembali mengagetkanku. Kami semakin kaku tak menentu, membuat salah tingkah.
Aku baru tahu bahwa ciuman ini adalah ciuman kedua bagiku yang sudah di renggut oleh Adam, musuh bebuyutanku yang sudah menjadi suamiku. Memang benar kami sah-sah saja melakukanya, tapi aku sungguh tidak rela sebelumnya dan kenapa aku malah menikmatinya tadi.
Ciuman tadi terasa berbeda dengan saat yang pertama. Ciuman ini terasa nyata bagiku. Adam pun sama dalam keadaan sadar tanpa pengaruh alkohol.
Adam bangkit dari ranjang, berjalan ke lemari pakaian, mengambil sesuatu tapi tidak ada benda yang dia ambil, mengacak-acak isi lemari, membuatku semakin kikuk dalam suasana saat ini.
Suasana semakin hening dimalam ini hanya ada suara jangkrik yang berasal dari luar. Canggung, kata itu yang mengambarkan suasana diantara kami. Pasalnya kejadian tadi secara tiba-tiba saja, tidak dirancanakan sama sekali. Tidak terpikirkan olehku bahwa kejadian barusan akan menghantuiku setiap malam dan akan merasa canggung jika bertemu dengannya nanti, sekarang saja Adam keluar dari kamar, sudah pasti tidur di kamar lain, menghindariku.
***
Terlepas kejadian malam itu, suasana semakin canggung bahkan beberapa hari ini aku tidak melihat Adam di rumah. Entah kemana sekarang ini keberadaannya. Tapi kenapa aku harus khawatir, Ah. Pasti cuma angin lewat saja aku memikirkan Adam.
Setelah menikah aku jarang berkumpul dengan sahabat-sahabatku. Dan sekarang aku mengajak mereka keliling mall untuk menghabiskan masa libur di hari minggu. Mereka pasti senang, apalagi jika sudah menyangkut dengan kata soping, juaranya pasti Nelly yang sudah tergila-gila dengan merek-merek baju ataupun tas terkenal yang hargannya setinggi langit.
"Eh, liat kesana yu. Kayaknya ada diskon baju tuh." Nelly menunjuk toko pakaian yang sekarang ini sudah banyak luapan manusia yang sedang mengantre sana-sini untuk mendapatkan benda yang di inginkan.
"Gila. Kayak antre sembako." Juli mengeleng-geleng kepalanya. Hari ini Juli libur dari pekerjaan, yang ku paksa sebenarnya.
"Iya ni Nelly. Gue ngak mau desak-desakan di sana." Fathin menyahut.
Aku pun sama menolak kesana, bagaimanapun melihatnya membuat bergidik ngeri, jika pun ke sana pasti kepencet-pencet, mengingat badanku yang kecil ini, tapi tetap imut.
"Kita makan aja yuk." Ajakku. Mereka menyutujuinya.
Kami berjalan meninggalkan tempat tadi menuju restoran cepat saja, cacing diperut sudah berbunyi sendari tadi karna sudah satu jam keliling mall hanya untuk mengikuti Nelly membeli ini-itu.
Aku mengajaknya ke mall untuk refresing otak, kini malah membuat pusing tujuh keliling. Kakiku saja sudah seperti talas bogor.
Kami duduk dan memesan makana. Selagi menunggu makanan datang, kami mengobrol tetang sana-sini, entah mengobrol apa?
Kebahagian bisa datang dengan silih berganti. Membuat kita sadar hidup itu tidak hanya bahagia saja, ada juga kesedihan yang bisa datang kapan saja, Seperti roda mobil terus berputar dikehidupan kita.
Aku merasa bahagia saat ini, diwaktu yang sama, di bumi yang sama. Dengan mereka yang selalu ada di hidupku jikala aku sedang sedih dan membutuhkan bantuan. Sahabat. Ya, itu mereka, yang sedang duduk bersamaku, bersenda gurau membuat pikiranku teralihkan dengan bayang-bayang kejadian beberapa hari yang lalu, terus menghantuiku dimalam hari. Tapi kenapa jika aku menginggatnya membuat sudut bibirku terangkat. Aku pasti sudah gila karena terus memikirkannya, memikirkan kejadian tak terduga yang secara tiba-tiba itu.
Jangan sampai hal-hal aneh menyerang hatiku. Dia adalah musuhku akan tetap menjadi musuh kalaupun dia sudah menjadi suamiki. Aku berusaha melupakan perasaan yang akan datang kapan saja. Kalaupun nanti aku akan kecewa.
______________________________________
Jangan lupa untuk vote dan komen ya sebelum membaca. Dan terus ikuti kisah selanjutnya ya. Jangan lupa untuk mampir ke ceritaku yang lainya. Maaf kalau banyak typonya.
Saya mengucapkan selamat Tahun baru 2019 🎉🎉
Next untuk cerita selanjutnya...
26 Desember 2018

KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband My Rival
Teen FictionBagaimana jadinya musuh bebuyutanmu sekarang menjadi suamimu karena perjodohan yang selama ini orang tuanya rencanakan. Bagaimana jadinya mereka sekarang apakah akan ada cinta diantara mereka? atau malah bertambah rasa bencinya? * update sesuka hat...