29. MHMR

25.9K 975 19
                                    

Happy reading

***

Pukul 17.30 waktu mendekati matahari akan terbenam di muka bumi ini. Selepas kembalinya Tania dari restoran, Tania kembali berkumpul ingin melihat sunset yang tidak akan terlewatkan. Kapan lagi mereka bisa melihat sunset jika bukan hari ini. Hari ini tidak akan pernah terulang kembali.

Duduk lesehan bersama teman-teman, memandang lautan lepas.

Matahari mulai melambaikan ingin istirahat sejenak, menghilangkah yang tadinya terang terganti gelapnya bulan.

Bagi para pengunjung mengabdikan momen itu yang tak lepas dari sudut mata. Pemandangan ini memang bukan pertama kali, tapi menyaksikan sang raja matahari tergantikan bulan itu suatu yang sangat mengesankan.

Angin senpoy-sempoy di malam hari menerpah kulit  Tania, membawah hawa dingin di pingir pantai. Seharusnya ia tadi memakai baju panjang saja, bisa jadi nanti ia terkena flu karena angin malam.

Punggung Tania di tepuk seseorang. Tania menoleh, dilihatnya Adam yang menepuk punggungnya. Tangan Adam menyodorkan segelas plastik cokelat hangat, diberikannya kepada Tania. Tangan Tania terulur menerima segelas cokelat panas. Kenapa Adam bisa tahu kalau ia saat ini kedinginan. Terlintas pikiran itu di pikiran Tania.

"Thanks." Lirih Tania. Adam mengangguk, mungkin lirihan Tania tadi di dengar oleh Adam.

Mereka kembali melihat hamparan luas lautan sampai menjelang mangrib. Selepas itu mereka menunaikan kewajiban bagi umat islam, solat berjamaah di masjid yang tidak jauh dari mereka duduk. Setelahnya mencari restoran di dekat-dekat pantai, mengisi perut yang sudah keroncongan minta di isi.

***

"Tan. Minta udangnya dong, kayaknya enak tuh?" Ujar Nelly. Setelah mendapatkan anggukan kepala Tania, langsung saja Nelly mencomot udang dan melahapnya.

Perut sudah kenyang karena tadi Tania sudah makan, ia hanya memesan sedikit saja.

Selepas solat tadi mereka akhirnya memilih restoran saefood yang jaraknya cukup dekat dari masjid. Memasan makan sepuasnga tapi bayar sendiri.

Sore sudah terganti malam yang sejuk. Semilir angin sampai ke restoran. Karena mereka memilih makan di luara tidak di dalam. Menikmati pemandangan malam hari di pantai kuta tidak akan di lewati mereka. Malah di jam-jam seperti ini ramai pengunjung, entah makan atau ke pantai. Jika di pagi atau siang memang panas sekali, apalagi panasnya sudah seperti di gurun pasir saking panasnya.

Acara makan mereka terhenti saat seseorang perempuan berteriak memanggil Adam.

"Adam..."

Adam terperangah mendengar teriakan itu, matanya mencari siapa yang memanggilnya. Senyum di bibrnya tersunging tak kalah wanita tadi berjalan ke arah Adam dengan senyum lebar.

Mereka yang ada di meja makan mengerut tanda heran, siapa gerangan wanita cantik yang mendatangi Adam? Sudah tidak heran jika yang di samperi Adam wanita cantik. Tapi mereka tidak pernah melihatnya di kampus. Atau teman Adam yang mereka tidak mengetahuinya.

Semua mata tertuju pada Tania, kecuali Adam yang masih tersenyum menyambut wanita tadi. Meminta jawaban siapa wanita itu, di jawab mengedikan bahu tidak tahu. Ia lah mana mau Adam memeperkenalkan Tania istrinya.

"Hei Luna. Apa kabar?" Tanya Adam pada wanita tadi yang di sebut bernama luna.

Tunggu-tunggu sepertinya Tania pernah melihatnya. Di lihat dari jarak jauh tadi Tania tidak tahu. Ah. Ya Tania tahu, wanita itu yang sudah teriak-teriak di depan rumahnya waktu itu yang sudah di juluki Tania bule sinting. Memang wanita yang bernama Luna itu cantik, modis, fashionya gila gaul abis, kayaknya juga orang luar negeri.

Luna masih tersenyum saat sudah di depan Adam. Tanpa di duga Luna mencium pipi Adam, membuat mereka melotot apalagi Tania syok. Beraninya Luna itu mencium di depan Tania yang notabenya istri Adam. Adam malah tidak menolaknya.

"Aku baik Dam. Kamu?" Tanya balik Luna setelah duduk di samping Adam. Fathur pindah saat Adam menyuruhnya duduk di tempat lain.

"Alhamdulillah." Jawab Adam.

"Tante sama om apa kabar Dam." Tanya lagi wanita yang bernama Luna itu.

Kalau sudah menyangkut orang tua berarti sudah pasti wanita yang bernama Luna itu teman dekat Adam.

"Baik juga." Jawab Adam.

Mereka mengobrol tanpa memerhatika di sekelilingnya yang sudah menjadi kambing congek, terlupakan. Tania merasa panas, entahlah. Panas dengan melihat Adam yang berinteraksi dengan Luna atau memang malam ini terasa panas.

Oh. Ayo lah masa Tania di perkenalkan sebagai teman saja buka teman hidup, yang benar saja apa Adam malu mempunyai istri seperti Tania sampai tidak mau mengakuinya.

Tania berdiri, membuat mata memandangnya. "Gue ke toilet dulu." Setelah mengucapkan itu Tania beranjak meninggalkan meja dan orang-orang yang tadi menatapnya.

Tania melangkah bukan ke toilet melainkan ke arah pantai. Hatinya sesak melihat Adam panjang lebar menceritakan sana-sini dengan begitu lancarnya. Tania tidak menyangka, Adam boro-boro pernah cerita padanya. Mungkin memang jika Adam masih menganggapnya musuh.

Sebulir air mata turun setetes. Air mata yang tidak ingin keluar tapi kenapa keluar. Tania memang orang yang cenggeng, apalagi menyangkut hati.

Duduk lesehan menatap hamparan laut di depanya. Udara semakin dingin malam ini. Tania lupa membawah jaket tadi. Angin malam berhembus mengelitik kulitnya.

Setiap mata memandang di samping kanan-kirinya, Tania melihat sepasang kekasih yang sedang bermesraan seperti dunia milik mereka berdua. Membuat mata Tania semakin memanas, Tania selama ini belum pacaran kembali tapi langsung nikah.

Dulu memang pernah ada seseorang yang setiap saat selalu di sisinya waktu sekolah dulu. Laki-laki sederhana yang apa adanya, menenangkannya di saat ia sedih. Tapi lenyap seketika kebahagian itu. Hari itu hari dimana laki-laki yang sudah mengisi hatinya selama enam tahun, pergi ke luar negeri untuk sekolah lagi. Waktu hari itu Tania sedih tanpa ada yang menemaninya, orang yang selalu mengahapus air matanya itu pergi meninggalkanya. Entahlah setelah hari-hari itu tak ada kabar darinya, sampai saat ini.

Air dari sudut matanya terus mengalir, apalagi menyangkut masa lalu yang sampai saat ini selalu mengahantuinya saat ini.

_______________________________________________

Maaf ya teman-teman upnya lama terus juga sedikit.

Jangan lupa vote dan komen tak lupa juga follow akunya ya. Maaf kalau banyak typonya.

Next cerita selanjutnya...



17 Oktober 2019

My Husband My RivalWhere stories live. Discover now