39. MHMR

27.2K 984 42
                                    

Happy reading

***

"Adam gue mau sate, tolong beliin ya." Ucap suara di seberang sambungan teleponya.

Adam detik ini masih berada di kantor, pukul 10 : 30 Tania meminta membelikan sate. Demi neptunus Adam ingin menjitak Tania saat ini, mana ada si penjual sate di siang bolong seperti ini. Sabar Dam, sabar orang sabar di sayang Allah.

"Aduh Tan, gue lagi sibuk nih. Penjual sate di siang bolong gini siapa si yang jual." Protes Adam.

"Pokoknya beliin sate. Titik." Tut, bunyi panggilan di matikan oleh Tania.

Adam menghelah nafasnya. Kalau ngak di turuti nanti bisa di omelin Mamanya. Sekarang Tania jadi tukang ngaduh kalau ngak di turuti kemauanya. Huf, berat jadi seorang pria yang istrinya sedang ngidam, apalagi orangnya seperti Tania yang cerewet itu.

Tugas di kantor menumpuk dan harus membelikan sate yang entah dimana yang jual sate di siang bolong ini, mungkin ada tapi sekarang Adam tidak tahu harus kemana menjarinya. Seharusnya Tania meminta yang mudah mencarinya, seperti ayam geprek atau apalah.

Ponsel di atas meja kembali berbunyi nyaring, tertera di sana nama Mamanya, sudah pasti kelakuan Tania yang mengaduh kalau Adam tidak menuruti kemauanya.

"Iya Ma, ada apa lagi?" Tanya Adam setelah mengeser tombol hijau di layar ponselnya.

"Katanya kamu ngak mau turutin kemauan istri kamu Dam. Itu anak kamu yang minta loh Dam, harus di turuti kalau ngak nanti anaknya ileran, mau kamu?" Cerocos Mama di sebrang sana.

 Adam menjauhkan ponsel dari telinga. Suara Mamanya begitu nyaring, menusuk ke dalam teling makanya ia menjauh. Baru beberapa detik ia mengangkat dan bertanya sudah mendapatkan cerocosan dari mulut Mamanya yang seperti toa masjid itu. Ini juga gara-gara Tania yang seenak jidat mau ini, mau itu. Sabar.

Adam juga kesal waktu ia harus menghabiskan seblak pedas waktu itu. Bolak-balik toilet karena sakit perut. Tania sama sekali tidak memintah maaf atau perhatiaan ia sedang sekarat akibat mulas itu. Tidak sama sekali, cuek bebek. Huf, Adam waktu itu tidak marah ingin marahpun ia tidak bisa karena harus bolak-balik toilet beberapa menit.

"Hallo."

"Hallo."

"Ah iya Ma. Iya iya Adam turutin kemauan Tania yang aneh itu." Sambungan terputus setelah Adam mengatakan akan menurutinya.

Penderitaan akan di mulai sekarang.

***

Mobil yang dinaiki Adam berhenti tepat di rumah makan betawi, yang menjual berbagai makanan khas betawi. Ia sudah membrosing di internet warung sate yang buka di siang hari. Hari ini ke beruntungan sedang berpihak pada Adam.

Langkahnya terhenti di depan ruko kecil, rumah makanya pun tak sepi pengunjung. Sekarang Adam menjadi pusat perhatian saat ini, banyak pasang mata yang menatap heran, mungkin mereka berfikir orang atas mau makan di tempat kecil seperti ini tidak di restoran mewah. Tetapi di hekang mata-mata itu. Ada juga yang berbisik, tampan lah, pasti tajir melihat mobil yang Adam naiki. Perempuan mana yang tidak akan tergiur jika pemandangan indah di depan mata, hanya orang yang sedang sakit mata saja yang mengabaikanya.

Seorang wanita sekitar umur 19 tahun itu menghampiri Adam, dengan memakai celemek di tubuhnya.

"Mau pesan apa pak?" Tanyanya.

"Pesan sate dua porsi."

"Silahkan duduk dulu pak." Ucapnya sebelum berlalu.

Adam kemudian duduk sambil memainkan ponsel pintar di tanganya. Hari ini seharusnya ada rapat penting, karena permintaan Tania yang harus di laksanakan itu tanpa bantahan, Adam membetalkanya. Kesal, marah tapi tak bisa.

My Husband My RivalWhere stories live. Discover now