Dio : nanti kalau datang terapi, sama Kai sekalian yaGue membaca pesan dari Dio yang mengabari bahwa saat terapi nanti gue boleh mengajak Kai. Karena biasanya gue selalu datang sendiri, Kai sebenernya pengen selalu nemenin tapi gue yang ngelarang dia.
Jadi ketika Dio bilang gue harus datang sama Kai pasti mau bilang sesuatu yang penting.nñ
Segera setelah membalas pesan Dio tersebut gue mengabari Kai tentang permintaan Dio dan Kai menyetujuinya.
Dia juga pengen tau perkembangan gue, karena biasanya gue cuma menceritakan sekilas-sekilas aja. Katanya dia mau denger dari Dio langsung.
Jadi pas jadwal gue terapi gue ngajak Kai sesuai instruksi dari Dio.
Sebelum hamil dulu jadwal gue terapi biasanya seminggu sekali, tapi sejak hamil gue jadi gampang capek dan gampang ngantuk jadi jadwal gue perpanjang jadi dua minggu sekali.
"Duduk dulu." Dio mempersilakan gue sama Kai untuk duduk sesaat setelah kita memasuki ruangannya. "Gimana kabarnya?"
"Baik Yo."
"Gimana Yo? Gue deg-degan deh lo nyuruh gue dateng juga." Kai langsung bertanya ke Dio setelah selesai menanyakan kabar masing-masing.
"Ini gue mau ngasih tau perkembangan Krystal." Dio kemudian membuka catatannya dan menunjukkan progres terapi gue dari awal sampai pertemuan terakhir dua minggu lalu.
Gue deg-degan sendiri jadinya pas Dio terlihat serius memperhatikan hasil terapi gue. Ya walaupun Dio selalu serius tapi rasanya beda kalau dia lagi menangani gue. Bisa dua kalj lipat seriusnya.
"Terapinya melelahkan ya, tal?" Dio bertanya sembari tersenyum dan gue mengangguk menyetujuinya, karena emang capek banget walaupun keliatannya sederhana.
"Gini Kai, perkembangan Krystal udah semakin baik. Terakhir dari proses yang kita lakukan udah sangat-sangat membaik." Dio menunjukkan grafik kenaikan dari terapi gue ke kita berdua, bikin Kai terlihat tertarik dan memperhatikan yang ditunjukkan Dio.
"Masalah PTSD-nya, Krystal udah bisa mengatasi dengan baik. Kita nggak bisa menghilangkan ingatan dia tentang traumanya, tetapi kita melakukan terapi biar Krystal bisa menerima kejadian tersebut sebagai kenangan. Kejadian itu emang nggak bisa dihapus, dia masih bisa menceritakan runtutan peristiwanya tapi dia udah bisa menceritakan kejadian tersebut tanpa rasa takut dan khawatir yang berlebihan."
Penjelasan dari Dio barusan membuat gue dan Kai saling bertatapan dan kemudian Kai menggenggam tangan gue erat.
"Jadi Krystal udah ada di tahap menerima. 'Penerimaan' ini udah termasuk tahap kalau dia nggak menyalahkan dirinya sendiri atau takut pada dirinya. Dia juga udah nggak merasakan sensasi kayak jantung berdebar atau sesak napas lagi ketika bercerita tentang kejadian yang terkait traumanya." Dio kembali menjelaskan perkembangan psikologis gue.
Gue sendiri juga merasakan hal yang sama seperti apa yang diceritakan Dio tersebut. Ketika mengingat tentang perceraian orang tua gue rasanya udah nggak sesakit dulu. Rasanya sekarang gue udah bener-bener menerima keadaan tersebut.
Gue juga merasa lebih bahagia belakangan ini, entah kenapa kayak banyak energi positif yang gue dapatkan. Perasaan gue kayak jadi lebih tenang.
"Terus gimana Yo?"
"Kita bisa hentikan terapinya." Dio tersenyum sambil menatap gue dan Kai.
Mendengar kata-kata Dio barusan gue kembali menggenggam tangan Kai, rasanya lega banget karena Dio udah menyatakan kalau gue bisa berhenti terapi karena masalah gue udah bisa teratasi dengan baik.

YOU ARE READING
Ad Astra Per Aspera
RomanceCerita sederhana kehidupan rumah tangga Kai dan Krystal *private for mature content