awal

2.7K 64 0
                                    


Memulai karir setelah vakum bertahun-tahun membuatku kesulitan. Ditambah dengan setatus yang kini ku sandang seorang janda dengan satu anak laki-laki berusia 4 tahun. Aku memang menikah muda, diusia 21 tahun aku memutuskan menikah dengan laki-laki yang menjadi cinta pertamaku. Tapi seiring berjalannya waktu perasaanku mulai hambar, kita bersama karena terikat bukan lagi karena cinta. Ditahun kelima, aku memutuskan berpisah baik-baik. Dan ternyata diapun merasakan hal yang sama sepertiku.

Aku, Radina. Cukup kalian mengenalku dengan nama itu.

Saat ini, setelah selesai urusan perceraianku aku memulai babak baru. Selama menikah, aku sudah tidak bekerja lagi. Aku hanya tamatan SMA, orang tuaku tak punya biaya untuk melanjutkan pendidikanku. Aku memang berasal dari kalangan biasa saja. Dengan bekal ijazah SMA dan sertifikat mahir komputer aku bekerja sebagai admin disalah satu perusahaan jasa pembuatan design interior.

Kenzo, putraku. Selama aku bekerja aku titipkan dia di Daycare terdekat dari kantor. Usianya memang sudah memasuki usia sekolah. Aku enggan menyewa pengasuh atau meminta orang tuaku mengasuhnya. Karena memang orang tuaku yang berada di kampung, dan aku tak mau jauh dari Kenzo.

Mantan suamiku masih aktif mengirim biaya untuk sekolah dan keperluan Kenzo, oleh karenanya aku bisa menabung untuk melanjutkan pendidikanku yang sempat tertunda.

Aku memulai kuliah di awal semester tahun ini, dan lebih sering mengambil kuliah online. Hanya sekali dalam satu minggu mengambil kuliah offline.

Aku merasa hidupku lebih hidup setelah berpisah dengan mantan suamiku. Impianku satu persatu mulai tercapai, walau aku harus memutar otak agar waktu untuk Kenzo tetap cukup dan dia tak merasakan kekurangan kasih sayang dari orang tuanya.

------

Hari ini, Senin. Aku dengar akan ada karyawan baru dikantor. Kantorku ini memang bukan kantor besar, hanya ada dua admin, tiga designer tetap, 2 orang pemasaran, 3 orang keuangan, satu orang asisten, dan pemilik tempat ini sendiri.

Kantorku ini memang tergolong baru, tapi pelanggan sudah cukup banyak. Aku pernah beberapa kali menghubungi designer freelance yang memang sudah dipercaya boss untuk menangani klien.

"Mbak Din, gue denger designer yang masuk hari ini tuh adeknya pak boss lho." Sofie, sesama admin dikantor ini memutuskan lamunanku.

"Kalau sifatnya sama kaya si boss bagus dong." Boss ditempatku bekerja ini emang baik banget, dia lulusan hukum tapi entah kenapa buka kantor design. Urusan legal juga dia sendiri yang turun.

"Tapi katanya, sifatnya beda sama pak boss mba. Pak boss pengacara gitu ramah banget. Sampai bikin ABG kaya aku baper."

"ABG dari manee? Kita cuma beda enam taun. Gue dua enam lo dua puluh. ABG tua iya!" Aku tertawa sendiri karena ucapanku, Sofie hanya bisa manyun.

"Tapi, selama duapuluh tahun usia jomblo terus mba. Kan sama kaya ABG, kalah malah"
Memang di kantor ini aku termasuk yang tertua setelah boss. Yang lain masih dibawah dualima semua. Dan Sofie ini termasuk yang paling muda dan paling Junior.
Tapi walau aku yang paling tua, aku lebih suka berbicara santai dengan mereka.

"Mba, Kenzo ajak kesini lagi dong. Seru tahu kalau ada dia, waktu hamil mba nyidam apa sih kok pas lahir ganteng, manis, laki tapi cerewet gitu sih?"

"Kenzo itu ngikutin emaknya, emaknya cerewet anaknya ikutan." Itu suara Radit, yang entah sejak kapan berada di depan mejaku dan Sofie.

"Tapi mbak, Kenzo itu plek jiplek kamu ya bapaknya cuma ambil sedikit." Azwa karyawan bagian keuangan ikut menimpali sambil cekikikan.

"Bukan anak suaminya kali, makannya cerai." Nadia, asisten boss yang emang suka julid ikut menimpali. Aku cuma ketawa, ngga tersinggung sama sekali. Udah kebal aku tuh.

"Mulutnya mbak Nad." Kalau Nadia lagi nyinyir, lebih sering Sofie yang marah ketimbang aku.

"Ya lagian, aku udah capek hamil sembilan bulan masa ngga mirip sama sekali, rugi dong." Aku tertawa, Radit dan Azwa ikut tertawa Sofie masih manyun. Dia masih belum terima aku dinyinyirin sama Nadia. Sesayang itu emang dia sama aku.

"Udah yuk, ngumpul diruang tengah. Katanya karyawan barunya bentar lagi dateng sama si boss."

Ruang tengah adalah ruang meeting, ruang istirahat, ruang ngopi, pokoknya ruang sederhanya nyaman yang dibuat khusus oleh boss.

"Tapi tumben karyawan baru, kita yang ngumpul bukan dia yang keliling ngenalin diri ke kita."

"Dia karyawan VIP mbak, adeknya siboss katanya. Bener ngga Nad?" Azwa meyakinkan dengan bertanya ke Nadia selaku asisten boss.

"Katanya si gitu." Katanya sambil lalu menuju ruang tengah.

Aku mengangguk, mengikuti yang lain keruang tengah. Sofie menyusul dibelakang.

Desas desus yang mengatakan bahwa karyawan baru adalah adik boss terbukti kebenarannya.
Dia adalah designer freelance yang sering aku hubungi. Tenyata, selain jadi designer dia juga yang akan memimpin kantor ini. Nadia yang duduk di depanku senyum-senyum sendiri dari tadi. Dan Sofie mencolek lenganku.

"Ganteng bet mba, boss punya adik kaya gitu diumpetin mulu deh." Sofie berbisik disampingku

"Dia sering kesini kali Sof, dia kan Designer Freelance yang sering dipakai boss itu lhoo."

"Oohh.. tapi aku ngga pernah liat dia ke kantor ini mbak." Aku cuma mengangkat bahu, ngga tahu menahu.

Adik si boss, emang dulu sering ke kantor. Tapi sejak Sofie kerja di kantor ini, dia jarang dateng, tapi setahuku masih mengerjakan proyek kecil si boss.

"Radina." Suara pak boss mengagetkanku. Oh ya, aku lupa belum memberitahu nama boss ya? Namanya Jhony. Pak Jhony usianya sekitar 30tahun.

"Iya pak?" Jawabku tenang.

"Ini adik saya, Jeff."

"Selamat pagi pak Jeff, selamat bergabung." Ucapku sambil menjabat tangannya. Aku kaget, tangannya halus banget, aku sampai minder kepengin buru-buru lepas tapi malah ditahan sama si Jeff.

"Selamat pagi mbak Adin, jangan panggil pak dong. Jeff aja atau mas Jeff." Katanya genit.

Ini apa sih adiknya pak boss.

Sofie, yang disampingku nyengir pepsodent, berharap disalami agak lama seperti aku tadi. Tapi yang ada dia cuma disalami sekilas. Aku yang melihat dia manyun, hampir tertawa tapi aku tahan. Dan saat aku memalingkan muka kedepan, Jeff sedang menatapku sambil tersenyum. Menampilkan lesung pipitnya.

Saat itu, jiwa janda kurang belaian mulai bangkit.

'Dasar janda, belum genap setahun pisah, liat yang bening dikit depan mata langsung basah.' Makiku pada diriku sendiri

-------

Bismillah, semoga syuka yes. Ini aku buat atas jiwa haluku kepada si Jahe.

Dec 14, 2019

Love

Obing.

Tak Cukup Dengan CintaWhere stories live. Discover now