enam

1.2K 44 0
                                    

Sudah dua minggu sejak kejadian 'itu'. Jeff tak pernah terlihat dikantor. Menurut informasi dari Sofie, dia sedang mengerjakan proyek diluar kota. Aku tak perlu bertanya pada Sofie, karena dengan sendirinya dia akan bercerita apapun tentang siapapun di kantor ini. Apalagi kalau sudah membawa nama Jeff. Kalau aku fans nomor satu Pak Jhony, Sofie fans nomor satu Jeff -dua mungkin karena urutan nomer satu pasti diambil oleh Nadia-.

"Hari ini mas Jeff masuk dong mba. Uh akhirnya ada pemandangan segar juga dikantor ini." Sofie selalu mengagetkanku dengan suaranya yang cempreng.

"Ooh ... "

"Kok cuma oh mba." Ucapnya cemberut lalu mengambil duduk dikursinya, kursi sebelahku.

"Terus aku harus kaya kamu juga jingkrak-jingkrak sambil teriak gitu?"

"Emang aku gitu mba?" Tanyanya melotot.

"Ngga sadar diri."

Sofie tetap melanjutkan celotehan tentang Jeff, aku diam-diam tersenyum hatiku merasa bahagia mendengar kabar Jeff masuk kantor hari ini.

Tanpa sadar aku menunggu kehadiran Jeff, berulang kali aku melirik kearah pintu masuk. Sudah hampir jam sepuluh, tapi Jeff belum kelihatan. Hatiku yang tadi merasa bahagia tiba-tiba merasa kecewa.

"Mas Jeff!" Teriak Sofie girang, aku ikut mendongak lalu tersenyum.
"Mas Jeff lama banget ngga masuk kantor. Kita kan kangen."

"Aku ada kerjaan diluar Sof, beneran kalian kangen?" Tanya Jeff sambil melirikku.

"Beneran mas, apalagi mba Radi nih, dari tadi liatin pintu mulu." Aku fikir Sofie tidak tahu kelakuanku yang dari tadi melirik pintu masuk. Aku menendang kaki Sofie.

"Pagi mas Jeff" aku menyapa -mengalihkan pembicaraan tentu saja-. "Tumben agak siang mas." Jeff itu termasuk orang yang tepat waktu, karena itu saat aku dengar dia akan masuk hari ini aku fikir dia akan datang pada jam kantor seperti biasa.

"Aku baru sampai bandara pagi tadi, terus harus nungguin seseorang juga."

"Jeff !!" Teriak orang dari belakang Jeff. Wanita dan langsung menggelayut manja di lengan Jeff.

"Aku kan bilang tunggu dimobil." Ucap Jeff lembut.

"Kamu lama, panas diluar."

"Mas, siapa?? Pacarnya ya?" Goda Sofie, entah dia benar-benar menggoda atau alasan supaya kekepoannya terjawab.

"Haii ... aku Mikha ... aku belum jadi pacarnya Jeff, masih digantung. Do'ain ya ... siapa?" Tanya wanita yang mengenalkan dirinya dengan nama Mikha.

"Sofie mbak, dan ini mbak Radi." Bergantian aku dan Sofie menjabat tangan Mikha. Senyumku agak terpaksa kali ini. Semoga saja, ngga dianggap aneh oleh mereka.

"Salam kenal ya, aku akan sering kesini."

"Aku kedalam dulu, kamu ikut apa mau disini aja?" Tanya Jeff kepada Mikha.

"Ikutt ... " ucap Mikha manja, Jeff berjalan menuju keruangannya tanpa menyapa kami lagi.

"Aku kedalam dulu ya Sofie, mbak Radi." Mikha berucap sambil berlari menyusul Jeff kemudian menggandeng manja tangan Jeff lagi.

Aku yang melihat punggung mereka merasa denyutan aneh di dada. Aku ngga mungkin cemburu kan?

"Wahh ... cantik banget gebetannya mas Jeff mbak. Kasihan tuh Nadia, ngga ada apa-apanya dibanding mba Mikha." Sofie menoleh kearahku. "Mbak kenapa diem aja? Cemburu ya? Diem-diem mbak naksir mas Jeff ya? Makannya mba cemburu liat dia gandengan sama cewe lain."

"Kamu ada-ada aja Sof, ngga mungkin lah aku naksir mas Jeff. Aku tuh sukanya lelaki dewasa kayak pak Jhony itu."

"Iya deh iya, yang cocok dijadiin bapak buat Kenzo ya mba? Tapi inget mba pak Jhony bentar lagi nikah."

"Aku kan cuma bilang kaya Sof, bukan pak Jhony juga. Aku tahu diri lah."

Iya, harusnya aku tahu diri. Dari awal aku sudah tahu kan kalau Jeff cuma main-main. Dari awal juga aku sudah mengingatkan diri sendiri agar ngga baper. Tapi kenapa tetep nyeri sih.

Mikha cantik. Sangat cantik malah. Benar kata Sofie, Nadia ngga ada apa-apanya dibanding Mikha. Nadia cantik dengan makeup tebalnya. Tapi Mikha dia hanya memakai polesan makeup tipis tapi aura kecantikannya memancar luar biasa. Jadi mana mungkin Jeff serius dengan ucapannya yang kemarin itu.

-----

Saat Mikha mengatakan akan sering ke Kantor itu benar adanya. Selama seminggu ini setiap hari menjelang makan siang dia datang dan pulang saat jam kantor berakhir.

Aku sudah terbiasa dengan hal itu, walau masih ada rasa aneh saat melihat kedekatan Jeff dengan Mikha tapi aku mulai bisa mengatasinya.

Ini sabtu, aku berharap semoga Mikha tak datang. Entahlah, aku hanya ingin sehari saja tak melihat kemesraan mereka.

Jam sebelas siang Jeff belum juga datang. Aku melirik pintu masuk dan dikejutan dengan kedatangan mas Zaki dan Kenzo.

"Lho mas, ngapain kesini?" Tanyaku kaget.

"Aku mau ajak Kenzo nginep di rumah mama, karena disana ada acara. Aku mau chat kamu, tapi kebetulan kita lagi jalan disekitar sini jadi mampir sekalian izin secara langsung." Mas Zaki masih seperti biasa, berbicara dengan lemah lembut. Hubungan kami sampai saat ini memang baik-baik saja. Setelah kita berpisah, kita merasa lebih baik begini berteman dan melimpahi kasih sayang Kenzo dengan lengkap. Ya walaupun tetap beda bagi Kenzo. Tapi lebih baik begini kan?

Aku melirik Kenzo yang sudah asik bermain lego dipojok ruangan. "Berapa lama mas?" Tanyaku penasaran, Kenzo memang sering menginap dirumah orang tua mas Zaki saat ada acara keluarga begini. Tapi tak pernah tetap seberapa lama dia menginap.

"Satu minggu boleh kan?"

"Kok lama?"

"Iya, katanya mama kangen banget sama Kenzo. Dan setelah acara itu, kita sekeluarga mau liburan sebentar." Jelas mas Zaki pelan. "Kamu ngga usah khawatir, seminggu kedepan kamu fokus kerjaan sama kuliah aja dulu. Me time. Kamu juga perlu waktu buat diri sendiri Din."

Aku memang sudah lama terlalu sibuk. Tapi untuk berjauhan dengan Kenzo selama seminggu, apa aku sanggup.
"Tapi nanti aku kangen mas." Mas Zaki tertawa.

"Kan bisa video call. Pokoknya manfaatin waktu seminggu ini, tuh liat kantung mata kamu udah tebel banget, rambut kamu juga nih udah kusut pasti kamu udah jarang ke salon kan?" Tanyanya sambil mengelus rambutku.

Selama pernikahanku dengannya aku memang rajin perawatan, kesalon rutin satu minggu sekali. Tapi sekarang, ngga kepikiran tuh. Bisa rebahan dihari minggu aja udah nikmat banget.

"Mba Radi, bisa ikut saya sebentar?" Aku tersentak kaget mendengar suara Jeff yang datar dan dalam.
Kenapa Jeff kaya jin sih. Kalau dia datang pasti tiba-tiba. Atau aku yang memang ngga memperhatikan sekitar?

"Ada apa ya mas?" Tanyaku heran. Iyalah heran, kita kan jarang banget berhadapan langsung dengan bagian design. Apalagi mas Jeff yang notabennya Head Designer sekaligus wakil pak Jhony.

"Ikut aja ayuk kedalam!" Kali ini suaranya sudah dinaikkan. Dan berlalu pergi tanpa menyapa mas Zaki atau menatapku lagi.

"Aku salah apa lagi sih?"

"Ikut aja sana, nanti kamu kena marah. Aku yang disalahin." Mas Zaki tersenyum menenangkan. "Pokoknya seminggu kedepan kamu bisa santai dirumah, perawatan, apalah terserah kamu. Sayangi diri kamu sendiri Radina. Jangan khawatirin Kenzo, dia aman sama aku." Mas Zaki menepuk kepalaku pelan. Jarak umurku dan mas Zaki adalah 3 tahun, dan setelah bercerai aku jadi merasa punya seorang kakak. Kami masih saling menyemangati tanpa rasa canggung sama sekali.

"Mba Radina ... cepat kesini !!" Kami dikagetkan dengan suara Jeff lagi. Aku menghampiri Kenzo sebentar dan mengecup kepalanya. Kemudian berlari ke ruangan Jeff.

Dia lagi kenapa sih? Dateng langsung bentak-bentak. PMS kali ya??

------

Ide sedang mengalir lancar pemirsah...

Obing

Feb 15, 2020

Tak Cukup Dengan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang